BUDIDAYA DOMBA
Deskripsi
Pengembangan usaha budidaya Domba Garut khususnya di Jawa Barat memiliki prospek yang sangat bagus untuk dikembangkan sebagai usaha sampingan ataupun bisnis skala besar. Domba Garut merupakan plasma nutfa yang harus terus dikembangkan mengingat Domba Garut merupakan domba kebanggaan masyarakat Jawa Barat.
Kandang domba juga dilengkapi dengan tempat pakan (palung pakan) dan tempat minum, gudang menimpan pakan ternak dan penampungan feses dan urin (kotoran domba)
Pemberian
2) Reproduksi dan Perkawinan
Hal yang harus di ketahui oleh para peternak dalam pengelolaan
reproduksi
adalah pengaturan perkawinan yang terencana dan tepat waktu.
a) Dewasa Kelamin, yaitu saat ternak domba memasuki masa birahi
yang
pertama kali dan siap melaksanakan proses reproduksi. Fase
ini dicapai
pada saat domba berumur 6-8 bulan, baik pada yang jantan
maupun yang
betina.
b) Dewasa tubuh, yaitu masa domba jantan dan betina siap untuk
dikawinkan. Masa ini dicapai pada umur 10-12 bulan pada
betina dan 12
bulan pada jantan. Perkawinan akan berhasil apabila domba
betina dalam
keadaan birahi.
3) Proses Kelahiran
Lama kebuntingan bagi domba adalah 150 hari (5 bulan). Menjelang
kelahiran anak domba, kandang harus bersih dan diberi alas yang
kering.
Bahan untuk alas kandang dapat berupa karung goni/jerami kering.
Obat
yang perlu dipersiapkan adalah jodium untuk dioleskan pada bekas
potongan
tali pusar.
Induk domba yang akan melahirkan dapat diketahui melalui
perubahan fisik
dan perilakunya sebagai berikut:
a. Keadaan perut menurun dan pinggul mengendur.
b. Buah susu membesar dan puting susu terisi penuh.
c. Alat kelamin membengkak, berwarna kemerah-merahan dan lembab.
d. Ternak selalu gelisah dan nafsu makan berkurang.
e. Sering kencing.
Proses kelahiran berlangsung 15-30 menit, jika 45 menit setelah
ketuban
pecah, anak domba belum lahir, kelahiran perlu dibantu. Anak
domba yang
baru lahir dibersihkan dengan menggunakan lap kering agar dapat
bernafas.
Biasanya induk domba akan menjilati anaknya hingga kering dan
bersih.
6.3. Pemeliharaan
1) Sanitasi dan Tindakan Preventif
Sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan membersihkan kandang
dan
peralatan dari sarang serangga dan hama. kandang terutama tempat
pakan
dan tempat minum dicuci dan dikeringkan setiap hari. Perlu
dilakukan
pembersihan rumput liar di sekitar kandang. Kandang ternak
dibersihkan
seminggu sekali.
2) Pengontrolan Penyakit
Domba yang terserang penyakit dapat segera diobati dan dipisahkan
dari
yang sehat. Lakukan pencegahan dengan menyuntikan vaksinasi pada
domba-domba yang sehat.
3) Perawatan Ternak
Induk bunting diberi makanan yang baik dan teratur, ruang gerak yang
lapang dan dipisahkan dari domba lainnya. induk yang baru melahirkan
diberi minum dan makanan hijauan yang telah dicampurkan dengan
makanan penguat lainnya. Selain itu, induk domba harus dimandikan.
Anak
domba (Cempe) yang baru dilahirkan, dibersihkan dan diberi makanan
yang
terseleksi. Cempe yang disapih perlu diperhatikan. pakan yang
berkualitas
dalam bentuk bubur tidak lebih dari 0,20 kg satu kali sehari.
Perawatan ternak dewasa meliputi:
a. Memandikan ternak secara rutin minimal seminggu sekali. dengan cara
disikat dan disabuni. pada pagi hari, kemudian dijemur dibawah
sinar
matahari pagi.
b. Mencukur Bulu
Pencukuran bulu domba dengan gunting biasa/cukur ini. dilakukan
minimal 6 bulan sekali dan disisakan guntingan bulu setebal
kira-kira 0,5
cm. Sebelumnya domba dimandikan sehingga bulu yang dihasilkan
dapat
dijadikan bahan tekstil. Keempat kaki domba diikat agar tidak lari
pada
saat dicukur. Pencukuran dimulai dari bagian perut kedepan dan
searah
dengan punggung domba.
c. Merawat dan Memotong Kuku
Pemotongan kuku domba dipotong 4 bulan sekali dengan golok, pahat
kayu, pisau rantan, pisau kuku atau gunting.
4)
Pakan untuk domba berupa campuran dari keempat golongan di atas yang
disesuaikan dengan tingkatan umur. Adapun proporsi dari campuran
tersebut
adalah:
a. Ternak dewasa: rumput 75%, daun 25%
b. Induk bunting: rumput 60%, daun 40%, konsentrat 2-3 gelas
c. Induk menyusui: rumput 50%, daun 50% dan konsentrat2-3 gelas
d. Anak sebelum disapih: rumput 50%, daun 50%
e. Anak lepas sapih: rumput 60%, daun 40% dan konsentrat 0,51 gelas
Sedangkan dosis pemberian ransum untuk pertumbuhan domba adalah
sebagai berikut:
a. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=180 kg/hari, pertambahan bobot=50
gram/hari
b. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=340 kg/hari, pertambahan bobot=100
gram/hari
c. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=410 kg/hari, pertambahan bobot=150
gram/hari
d. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=110 kg/hari, pertambahan bobot=50
gram/hari
e. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=280 kg/hari, pertambahan bobot=100
gram/hari
f. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=440 kg/hari, pertambahan bobot=150
gram/hari
g. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=160 gram/hari, pertambahan bobot=50
gram/hari
h. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=320 gram/hari, pertambahan bobot=100
gram/hari
i. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=470 gram/hari, pertambahan bobot=150
gram/hari
j. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=100 gram/hari, pertambahan bobot=50
gram/hari
k. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=260 gram/hari, pertambahan bobot=100
gram/hari
l. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=410 gram/hari, pertambahan bobot=150
gram/hari
m.Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=60 gram/hari, pertambahan bobot=50
gram/hari
n. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=180 gram/hari, pertambahan bobot=100
gram/hari
o. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=340 gram/hari, pertambahan bobot=150
gram/hari
p. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=50 gram/hari, pertambahan bobot=50
gram/hari
q. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=110 gram/hari, pertambahan bobot=100
gram/hari
r. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=260 gram/hari, pertambahan bobot=150
gram/hari
s. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=40 gram/hari, pertambahan
bobot=50
gram/hari
t. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=280 gram/hari, pertambahan
bobot=100
gram/hari
u. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=440 gram/hari, pertambahan
bobot=150
gram/hari
5) Pemberian Vaksinasi dan Obat
Pemberian vaksinasi dapat dilakukan setiap enam bulan sekali
vaksinasi
dapat dilakukan dengan menyuntikan obat kedalam tubuh domba.
Vaksinasi
mulai dilakukan pada anak domba (cempe) bila telah berusia 1
bulan,
selanjutnya diulangi pada usia 2-3 bulan. Vaksinasi yang biasa
diberikan
adalah jenis vaksin Spora (Max Sterne), Serum anti anthrax, vaksin
AE, dan
Vaksin SE (Septichaemia Epizootica).
6) Pemeliharaan Kandang
Pemeliharaan kandang meliputi pembersihan kotoran domba menimal
satu
minggu sekali, membuang kotoran ke tempat penampungan limbah,
membersihkan lantai atau alas, penyemprotan dan pengapuran kandang
untuk disinfektan.
7. HAMA DAN PENYAKIT
1) Penyakit Mencret
Penyebab: bakteri Escherichia coli yang menyerang anak domba
berusia 3
bulan. Pengobatan: antibiotika dan sulfa yang diberikan lewat
mulut.
2) Penyakit Radang Pusar
Penyebab: alat pemotongan pusar yang tidak steril atau tali pusar
tercemar
oleh bakteri Streptococcus, Staphyloccus, Escherichia coli dan
Actinomyces
necrophorus. Usia domba yang terserang biasanya cempe usia 2-7
hari.
Gejala: terjadi pembengkakan di sekitar pusar dan apabila disentuh
domba
akan kesakitan. Pengendalian: dengan antibiotika, sulfa dan pusar
dikompres dengan larutan rivanol (Desinfektan).
3) Penyakit Cacar Mulut
Penyakit ini menyerang domba usia sampai 3 bulan. Gejala: cempe
yang
terserang tidak dapat mengisap susu induknya karena tenggorokannya
terasa sakit sehingga dapat mengakibatkan kematian. Pengendalian:
dengan sulfa seperti Sulfapyridine, Sulfamerozine, atau
pinicillin.
4) Penyakit Titani
Penyebab: kekurangan Defisiensi Kalsium (Ca) dan Mangan (Mn). Domba
yang diserang biasanya berusia 3-4 bulan. Gejala: domba selalu
gelisah,
timbul kejang pada beberapa ototnya bahkan sampai keseluruh badan.
Penyakit ini dapat diobati dengan menyuntikan larutan Genconos
calcicus
dan Magnesium.
5) Penyakit Radang Limoah
Penyakit ini menyerang domba pada semua usia, sangat berbahaya,
penularannya cepat dan dapat menular ke manusia. Penyebab: bakteri
Bacillus anthracis.. Gejala: suhu tubuh meninggi, dari lubang hidung
dan
dubur keluar cairan yang bercampur dengan darah, nadi berjalan cepat,
tubuh gemetar dan nafsu makan hilang. Pengendalian: dengan
menyuntikan
antibiotika Pracain penncillin G, dengan dosis 6.000-10.000 untuk /kg
berat
tubuh domba tertular.
6) Penyakit Mulut dan kuku
Penyakit menular ini dapat menyebabkan kematian pada ternak domba,
dan
yang diserang adalah pada bagian mulut dan kuku. Penyebab: virus dan
menyerang semua usia pada domba Gejala: mulut melepuh diselaputi
lendir.
Pengendalian: membersihkan bagian yang melepuh pada mulut dengan
menggunakan larutan Aluminium Sulfat 5%, sedangkan pada kuku
dilakukan
dengan merendam kuku dalam larutan formalin atau Natrium karbonat 4%.
7) Penyakit Ngorok
Penyebab: bakteri Pasteurella multocida. Gejala: nafsu makan domba
berkurang, dapat menimbulkan bengkak pada bagian leher dan dada.
Semua usia domba dapat terserang penyakit ini, domba yang terserang
terlihat lidahnya bengkak dan menjulur keluar, mulut menganga, keluar
lendir
berbuih dan sulit tidur. Pengendalian: menggunakan antibiotika lewat
air
minum atau suntikan.
8) Penyakit perut Kembung
Penyebab: pemberian makanan yang tidak teratur atau makan rumput yang
masih diselimuti embun. Gejala: lambung domba membesar dan dapat
menyebabkan kematian. Untuk itu diusahakan pemberian makan yang
teratur jadwal dan jumlahnya jangan digembalakan terlalu pagi
Pengendalian: memberikan gula yang diseduh dengan asam, selanjutnya
kaki domba bagian depan diangkat keatas sampai gas keluar.
9) Penyakit Parasit Cacing
Semua usia domba dapat terserang penyakit ini. Penyebab: cacing
Fasciola
gigantica (Cacing hati), cacing Neoascaris vitulorum (Cacing gelang),
cacing
Haemonchus contortus (Cacing lambung), cacing Thelazia rhodesii
(Cacing
mata). Pengendalian: diberikan Zanil atau Valbazen yang diberikan
lewat
minuman, dapat juga diberi obat cacing seperti Piperazin dengan dosis
220
mg/kg berat tubuh domba.
10) Penyakit Kudis
Merupakan penyakit menular yang menyerang kulit domba pada semua
usia.
Akibat dari penyakit ini produksi domba merosot, kulit menjadi
jelek dan
mengurangi nilai jual ternak domba. Penyebab: parasit berupa
kutu yang
bernama Psoroptes ovis, Psoroptes ciniculi dan Chorioptes bovis.
Gejala:
tubuh domba lemah, kurus, nafsu makan menurun dan senang
menggaruk
tubuhnya. Kudis dapat menyerang muka, telinga, perut punggung,
kaki dan
pangkal ekor. Pengendalian: dengan mengoleskan Benzoas
bensilikus 10%
pada luka, menyemprot domba dengan Coumaphos 0,05-0,1%.
11) Penyakit Dermatitis
Adalah penyakit kulit menular pada ternak domba, menyerang kulit
bibit
domba. Penyebab: virus dari sub-group Pox virus dan menyerang
semua
usia domba. Gejala: terjadi peradangan kulit di sekitar mulut,
kelopak mata,
dan alat genital. Pada induk yang menyusui terlihat radang
kelenjar susu.
Pengendalian: menggunakan salep atau Jodium tinctur pada luka.
12) Penyakit Kelenjar Susu
Penyakit ini sering terjadi pada domba dewasa yang menyusui,
sehingga air
susu yang diisap cempe tercemar. Penyebab: ambing domba induk
yang
menyusui tidak secara ruti dibersihkan. Gejala: ambing domba
bengkak, bila
diraba tersa panas, terjadi demam dan suhu tubuh tinggi, nafsu
makan
kurang, produsi air susu induk berkurang. Pengendalian:
pemberian obat-
obatan antibiotika melalui air minum.
Secara umum pengendalian dan pencegahan penyakit yang terjadi pada
domba dapat dilakukan dengan:
a) Menjaga kebersihan kandang, dan mengganti alas kandang.
b) Mengontrol anak domba (cempe) sesering mungkin.
c) Memberikan nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral,
kalsium dan mangannya.
d) Memberikan makanan sesuai jadwal dan jumlahnya, Hijauan pakan
yang
baru dipotong sebaiknya dilayukan lebih dahulu sebelum
diberikan.
e) Menghindari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang
terkontaminasi siput dan sebelum dibrikan sebainya dicuci dulu.
f) Sanitasi yang baik, sering memandikan domba dan mencukur bulu.
g) Tatalaksana kandang diatur dengan baik.
h) Melakukan vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit.
8. PANEN
Pengembangan usaha budidaya Domba Garut khususnya di Jawa Barat memiliki prospek yang sangat bagus untuk dikembangkan sebagai usaha sampingan ataupun bisnis skala besar. Domba Garut merupakan plasma nutfa yang harus terus dikembangkan mengingat Domba Garut merupakan domba kebanggaan masyarakat Jawa Barat.
Hasil penelitian penentuan standaridisasi mutu bibit Domba Garut yang ada di wilayah Jawa Barat, bobot badan Domba Garut jantan dewasa adalah 57,74 ± 11,96 kg, dan Domba Garut betina dewasa 36,89 ± 9,35 kg. Berdasarkan aspek reproduksi dewasa kelamin domba jantan dan betina pada umur 6 – 8 bulan, sedangkan dewasa tubuh pada umur 1,5 – 2 tahun (Heriyadi dkk., 2002).
Kelebihan Domba Garut yaitu:
1. Postur tubuhnya yang besar dapat dimanfaatkan sebagai penghasil daging (sumber protein) dengan pangsa pasar tidak hanya local melainkan sampai tingkat nasional dan internasional.
2. Ditinjau dari segi budaya dan pariwisata Domba Garut dijadikan sebagai objek wisata untuk seni ketangkasan.
3. Memiliki nilai jual yang cukup tinggi dan stabil terutama menjelang Hari Raya Kurban.
4. Produk lainnya dari ternak domba ini adalah kulit. Pasar kulit domba cukup prospektif. Kulit domba merupakan bahan baku untuk berbagai peralatan rumah tangga dan barang kerajinan. Prospek pasar kulit domba melebihi prospek pasar daging domba. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya para pembeli kulit domba yang sudah menyerahkan uang di muka kepada runah-runah potong hewan, jauh-jauh hari sebelum ternak domba tersebut dipotong.
II. PENGERTIAN RUMINANSIA
Ruminansia berbeda dengan hewan mamalia atau hewan menyusui. Perbedaannya terdapat pada organ pencernaannya. Jika hewan mamalia organ pencernaannya hanya memiliki satu lambung sedangkan ruminansia memiliki lambung yang terbagi menjadi 4 bagian, yaitu yaitu rumen (lambung beludru), retikulum (lambung jala), omasum (lambung buku), dan abomasum (lambung sejati).
Ruminansia digolongkan menjadi dua, yaitu ruminansia besar (sapi dan kerbau) dan ruminansia kecil (domba dan kambing). Proses pencernaan pakan pada bagian lambungnya/perutnya terjadi secara enzimatis, pakan dirombak oleh enzim-enzim pencernaan dan hampir 70% pencernaan terjadi secara fermentatif yang dilakukan oleh mikroba rumen.
Fungsi dan peran ketiga bagian lambung, yaitu rumen, reticulum dan omasum adalah:
1 alat pencerna mekanis
2 penghasil bakteri pencerna serat kasar
3 penghasil protein dan asam amino essensial
4 pensintesis vitamin B
III. TEKNIK BUDIDAYA DOMBA
A. PENYIAPAN SARANA DAN PRASARANA
Ø PERKANDANGAN
v Kandang harus kuat sehingga dapat dipakai dalam waktu yang lama, ukuran sesua dengan jumlah ternak, bersih, memperoleh sinar matahari pagi, ventilasi kandang harus cukup dan terletak lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya agar tidak kebanjiran.
v Untuk memenuhi fungsi kandang seperti di atas, maka kandang harus mempunyai kondisi dan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Lokasi kandang sebaiknya lebih tinggi dari tanah sekitarnya agar air hujan tidak tergenang
2. Kandang sebaiknya dibangun di suatu tempat yang tidak terlalu terbuka terhadap angin kencang. Bila terpaksa maka di sekeliling kandang sebaiknya digunakan pagar hidup sebagai pelindung.
3. Arah Kandang; bila memungkinkan, arah kandang menghadap ke timur sehingga memungkinkan sinar matahari pagi masuk ke dalam kandang.
Sinar matahari berguna untuk :
- Membunuh bibit penyakit
- Membantu proses pembentukan vitamin D
- mengurangi kelembaban kandang
Kandang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai fungsinya, yaitu:
a) Kandang induk utama, tempat digemukkan. Satu ekor domba membutuhkan luas kandang 0,75 x 0,75 m atau 1 x 1 m.
b) Kandang induk dan anaknya, tempat induk yang sedang menyusui anakya selama 3 bulan. Seekor induk domba memerlukan luas 1,5 x 1 m dan anak domba memerlukan luas 0,75 x 1 m
c) Kandang pejantan, tempat domba jantan yang akan digunakan sebagai pemacek seluas 1,5 m x 2 m/pemacek.
Kandang domba juga dilengkapi dengan tempat pakan (palung pakan) dan tempat minum, gudang menimpan pakan ternak dan penampungan feses dan urin (kotoran domba)
v Tipe dan model kandang
a. Tipe kandang panggung
Tipe kandang ini memiliki kolong dan bermanfaat sebagai tempat penampungan kotoran domba. Lantai kandang dibuat dari bahan bambu dan bercelah berfungsi agar kotoran feses maupun urin langsung jatuh ke bawah tempat penampungan kotoran. Tinggi panggung dari tanah dibuat minimal 50 cm. Palung tempat pakan dan minum dibuat di luar sisi kandang.
b. Tipe kandang litter atau lemprak
Tipe kandang ini dibuat untuk usaha domba kereman yang berlantai tanah dan alasnya sisa dari makanan. Untuk menjaga suhu dan kelembaban tetap terjamin diusahakan kandang tidak becek dan kering. Pembuangan kotoran ternak sebaiknya dilakukan 1 minggu sekali.
B. PEMILIHAN BIBIT INDUKAN
v Domba yang unggul adalah domba yang sehat dan tidak terserang oleh hama penyakit, berasal dari bangsa domba dengan persentase kelahiran dan kesuburan tinggi, serta pertumbuhan cepat dan persentase karkas yang baik.
a. Pemilihan bibit, umur Domba > 12 bulan (2 buah gigi seri tetap), dengan tubuh baik, bebas cacat tubuh, puting dua buah dan berat badan > 20 kg, keturunan dari ternak yang beranak kembar.
b. Calon pejantan, umur > 1 1/2 tahun (2 gigi seri tetap), keturunan domba beranak kembar, tidak cacat, skrotum symetris dan relatif besar, sehat dan konfirmasi tubuh seimbang.
v Pada prinsipnya metode penaksiran umur ternak didasarkan atas perkembangan, penggantian dan keausan gigi. Pada prinsipnya perkembangan gigi itu sendiri terdiri dari tiga rase; rase gigi susu, rase pergantian gigi susu oleh gigi tetap, dan rase atau periode keausan pada gigi tetap.
Patokan pendugaan umur pada beberapa jenis ternak adalah sebagai berikut:
Keadaan fase perkembangan gigi dan umur (tahun) |
Jenis Ternak Gigi Susu Gigi susu ganti Gigi aus |
Sapi 1 tahun 1,5 – 2 2 - 2,5 3 - 3,5 4 tua
Domba < 1 1,25 – 2 1,75 - 2 2,25 - 2,5 3 - 3,25 tua
Kambing < 1 1 - 1,5 1,5 - 2 2,5 - 3 3 – 4 tua
Kerbau 2 2,5 3,5 4,5 5 - 6 tua
Gambar 2. Sistematika Cara menentukan Umur Ternak
C. PEMBERIAN PAKAN
Pemberian pakan harus memenuhi kebutuhan nutrisi domba yang mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup, yaitu karbohidrat, lemak protein, vitamin mineral, dan air.
Bahan pakan untuk domba pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan:
- Golongan rumput-rumputan, seperti rumput lapangan, rumput gajah, rumput, rumput setaria, rumput raja, dll.
- Golongan legume dan kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal, daun kacang tanah, albasia, kaliandram glicrida dan siratro.
- Limbah pertanian, seperti jerami padi, jerami jagung, ketela pohon, daun ketela rambat, dll
- Golongan makanan penguat atau konsentrat, seperti dedak, jagung, bungkil kelapa, bungkil kedelai ampas tahu, dll.
v Pemberian hijauan diberikan sebanyak 20% dari berat tubuh. Jika berat tubuh 1 ekor domba 20 kg maka hijauan segar yang diberikan sebanyak 4 kg /ekor/hari.
2) Reproduksi dan Perkawinan
Hal yang harus di ketahui oleh para peternak dalam pengelolaan
reproduksi
adalah pengaturan perkawinan yang terencana dan tepat waktu.
a) Dewasa Kelamin, yaitu saat ternak domba memasuki masa birahi
yang
pertama kali dan siap melaksanakan proses reproduksi. Fase
ini dicapai
pada saat domba berumur 6-8 bulan, baik pada yang jantan
maupun yang
betina.
b) Dewasa tubuh, yaitu masa domba jantan dan betina siap untuk
dikawinkan. Masa ini dicapai pada umur 10-12 bulan pada
betina dan 12
bulan pada jantan. Perkawinan akan berhasil apabila domba
betina dalam
keadaan birahi.
3) Proses Kelahiran
Lama kebuntingan bagi domba adalah 150 hari (5 bulan). Menjelang
kelahiran anak domba, kandang harus bersih dan diberi alas yang
kering.
Bahan untuk alas kandang dapat berupa karung goni/jerami kering.
Obat
yang perlu dipersiapkan adalah jodium untuk dioleskan pada bekas
potongan
tali pusar.
Induk domba yang akan melahirkan dapat diketahui melalui
perubahan fisik
dan perilakunya sebagai berikut:
a. Keadaan perut menurun dan pinggul mengendur.
b. Buah susu membesar dan puting susu terisi penuh.
c. Alat kelamin membengkak, berwarna kemerah-merahan dan lembab.
d. Ternak selalu gelisah dan nafsu makan berkurang.
e. Sering kencing.
Proses kelahiran berlangsung 15-30 menit, jika 45 menit setelah
ketuban
pecah, anak domba belum lahir, kelahiran perlu dibantu. Anak
domba yang
baru lahir dibersihkan dengan menggunakan lap kering agar dapat
bernafas.
Biasanya induk domba akan menjilati anaknya hingga kering dan
bersih.
6.3. Pemeliharaan
1) Sanitasi dan Tindakan Preventif
Sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan membersihkan kandang
dan
peralatan dari sarang serangga dan hama. kandang terutama tempat
pakan
dan tempat minum dicuci dan dikeringkan setiap hari. Perlu
dilakukan
pembersihan rumput liar di sekitar kandang. Kandang ternak
dibersihkan
seminggu sekali.
2) Pengontrolan Penyakit
Domba yang terserang penyakit dapat segera diobati dan dipisahkan
dari
yang sehat. Lakukan pencegahan dengan menyuntikan vaksinasi pada
domba-domba yang sehat.
3) Perawatan Ternak
Induk bunting diberi makanan yang baik dan teratur, ruang gerak yang
lapang dan dipisahkan dari domba lainnya. induk yang baru melahirkan
diberi minum dan makanan hijauan yang telah dicampurkan dengan
makanan penguat lainnya. Selain itu, induk domba harus dimandikan.
Anak
domba (Cempe) yang baru dilahirkan, dibersihkan dan diberi makanan
yang
terseleksi. Cempe yang disapih perlu diperhatikan. pakan yang
berkualitas
dalam bentuk bubur tidak lebih dari 0,20 kg satu kali sehari.
Perawatan ternak dewasa meliputi:
a. Memandikan ternak secara rutin minimal seminggu sekali. dengan cara
disikat dan disabuni. pada pagi hari, kemudian dijemur dibawah
sinar
matahari pagi.
b. Mencukur Bulu
Pencukuran bulu domba dengan gunting biasa/cukur ini. dilakukan
minimal 6 bulan sekali dan disisakan guntingan bulu setebal
kira-kira 0,5
cm. Sebelumnya domba dimandikan sehingga bulu yang dihasilkan
dapat
dijadikan bahan tekstil. Keempat kaki domba diikat agar tidak lari
pada
saat dicukur. Pencukuran dimulai dari bagian perut kedepan dan
searah
dengan punggung domba.
c. Merawat dan Memotong Kuku
Pemotongan kuku domba dipotong 4 bulan sekali dengan golok, pahat
kayu, pisau rantan, pisau kuku atau gunting.
4)
Pakan untuk domba berupa campuran dari keempat golongan di atas yang
disesuaikan dengan tingkatan umur. Adapun proporsi dari campuran
tersebut
adalah:
a. Ternak dewasa: rumput 75%, daun 25%
b. Induk bunting: rumput 60%, daun 40%, konsentrat 2-3 gelas
c. Induk menyusui: rumput 50%, daun 50% dan konsentrat2-3 gelas
d. Anak sebelum disapih: rumput 50%, daun 50%
e. Anak lepas sapih: rumput 60%, daun 40% dan konsentrat 0,51 gelas
Sedangkan dosis pemberian ransum untuk pertumbuhan domba adalah
sebagai berikut:
a. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=180 kg/hari, pertambahan bobot=50
gram/hari
b. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=340 kg/hari, pertambahan bobot=100
gram/hari
c. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=410 kg/hari, pertambahan bobot=150
gram/hari
d. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=110 kg/hari, pertambahan bobot=50
gram/hari
e. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=280 kg/hari, pertambahan bobot=100
gram/hari
f. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=440 kg/hari, pertambahan bobot=150
gram/hari
g. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=160 gram/hari, pertambahan bobot=50
gram/hari
h. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=320 gram/hari, pertambahan bobot=100
gram/hari
i. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=470 gram/hari, pertambahan bobot=150
gram/hari
j. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=100 gram/hari, pertambahan bobot=50
gram/hari
k. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=260 gram/hari, pertambahan bobot=100
gram/hari
l. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=410 gram/hari, pertambahan bobot=150
gram/hari
m.Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=60 gram/hari, pertambahan bobot=50
gram/hari
n. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=180 gram/hari, pertambahan bobot=100
gram/hari
o. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=340 gram/hari, pertambahan bobot=150
gram/hari
p. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=50 gram/hari, pertambahan bobot=50
gram/hari
q. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=110 gram/hari, pertambahan bobot=100
gram/hari
r. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=260 gram/hari, pertambahan bobot=150
gram/hari
s. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=40 gram/hari, pertambahan
bobot=50
gram/hari
t. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=280 gram/hari, pertambahan
bobot=100
gram/hari
u. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=440 gram/hari, pertambahan
bobot=150
gram/hari
5) Pemberian Vaksinasi dan Obat
Pemberian vaksinasi dapat dilakukan setiap enam bulan sekali
vaksinasi
dapat dilakukan dengan menyuntikan obat kedalam tubuh domba.
Vaksinasi
mulai dilakukan pada anak domba (cempe) bila telah berusia 1
bulan,
selanjutnya diulangi pada usia 2-3 bulan. Vaksinasi yang biasa
diberikan
adalah jenis vaksin Spora (Max Sterne), Serum anti anthrax, vaksin
AE, dan
Vaksin SE (Septichaemia Epizootica).
6) Pemeliharaan Kandang
Pemeliharaan kandang meliputi pembersihan kotoran domba menimal
satu
minggu sekali, membuang kotoran ke tempat penampungan limbah,
membersihkan lantai atau alas, penyemprotan dan pengapuran kandang
untuk disinfektan.
7. HAMA DAN PENYAKIT
1) Penyakit Mencret
Penyebab: bakteri Escherichia coli yang menyerang anak domba
berusia 3
bulan. Pengobatan: antibiotika dan sulfa yang diberikan lewat
mulut.
2) Penyakit Radang Pusar
Penyebab: alat pemotongan pusar yang tidak steril atau tali pusar
tercemar
oleh bakteri Streptococcus, Staphyloccus, Escherichia coli dan
Actinomyces
necrophorus. Usia domba yang terserang biasanya cempe usia 2-7
hari.
Gejala: terjadi pembengkakan di sekitar pusar dan apabila disentuh
domba
akan kesakitan. Pengendalian: dengan antibiotika, sulfa dan pusar
dikompres dengan larutan rivanol (Desinfektan).
3) Penyakit Cacar Mulut
Penyakit ini menyerang domba usia sampai 3 bulan. Gejala: cempe
yang
terserang tidak dapat mengisap susu induknya karena tenggorokannya
terasa sakit sehingga dapat mengakibatkan kematian. Pengendalian:
dengan sulfa seperti Sulfapyridine, Sulfamerozine, atau
pinicillin.
4) Penyakit Titani
Penyebab: kekurangan Defisiensi Kalsium (Ca) dan Mangan (Mn). Domba
yang diserang biasanya berusia 3-4 bulan. Gejala: domba selalu
gelisah,
timbul kejang pada beberapa ototnya bahkan sampai keseluruh badan.
Penyakit ini dapat diobati dengan menyuntikan larutan Genconos
calcicus
dan Magnesium.
5) Penyakit Radang Limoah
Penyakit ini menyerang domba pada semua usia, sangat berbahaya,
penularannya cepat dan dapat menular ke manusia. Penyebab: bakteri
Bacillus anthracis.. Gejala: suhu tubuh meninggi, dari lubang hidung
dan
dubur keluar cairan yang bercampur dengan darah, nadi berjalan cepat,
tubuh gemetar dan nafsu makan hilang. Pengendalian: dengan
menyuntikan
antibiotika Pracain penncillin G, dengan dosis 6.000-10.000 untuk /kg
berat
tubuh domba tertular.
6) Penyakit Mulut dan kuku
Penyakit menular ini dapat menyebabkan kematian pada ternak domba,
dan
yang diserang adalah pada bagian mulut dan kuku. Penyebab: virus dan
menyerang semua usia pada domba Gejala: mulut melepuh diselaputi
lendir.
Pengendalian: membersihkan bagian yang melepuh pada mulut dengan
menggunakan larutan Aluminium Sulfat 5%, sedangkan pada kuku
dilakukan
dengan merendam kuku dalam larutan formalin atau Natrium karbonat 4%.
7) Penyakit Ngorok
Penyebab: bakteri Pasteurella multocida. Gejala: nafsu makan domba
berkurang, dapat menimbulkan bengkak pada bagian leher dan dada.
Semua usia domba dapat terserang penyakit ini, domba yang terserang
terlihat lidahnya bengkak dan menjulur keluar, mulut menganga, keluar
lendir
berbuih dan sulit tidur. Pengendalian: menggunakan antibiotika lewat
air
minum atau suntikan.
8) Penyakit perut Kembung
Penyebab: pemberian makanan yang tidak teratur atau makan rumput yang
masih diselimuti embun. Gejala: lambung domba membesar dan dapat
menyebabkan kematian. Untuk itu diusahakan pemberian makan yang
teratur jadwal dan jumlahnya jangan digembalakan terlalu pagi
Pengendalian: memberikan gula yang diseduh dengan asam, selanjutnya
kaki domba bagian depan diangkat keatas sampai gas keluar.
9) Penyakit Parasit Cacing
Semua usia domba dapat terserang penyakit ini. Penyebab: cacing
Fasciola
gigantica (Cacing hati), cacing Neoascaris vitulorum (Cacing gelang),
cacing
Haemonchus contortus (Cacing lambung), cacing Thelazia rhodesii
(Cacing
mata). Pengendalian: diberikan Zanil atau Valbazen yang diberikan
lewat
minuman, dapat juga diberi obat cacing seperti Piperazin dengan dosis
220
mg/kg berat tubuh domba.
10) Penyakit Kudis
Merupakan penyakit menular yang menyerang kulit domba pada semua
usia.
Akibat dari penyakit ini produksi domba merosot, kulit menjadi
jelek dan
mengurangi nilai jual ternak domba. Penyebab: parasit berupa
kutu yang
bernama Psoroptes ovis, Psoroptes ciniculi dan Chorioptes bovis.
Gejala:
tubuh domba lemah, kurus, nafsu makan menurun dan senang
menggaruk
tubuhnya. Kudis dapat menyerang muka, telinga, perut punggung,
kaki dan
pangkal ekor. Pengendalian: dengan mengoleskan Benzoas
bensilikus 10%
pada luka, menyemprot domba dengan Coumaphos 0,05-0,1%.
11) Penyakit Dermatitis
Adalah penyakit kulit menular pada ternak domba, menyerang kulit
bibit
domba. Penyebab: virus dari sub-group Pox virus dan menyerang
semua
usia domba. Gejala: terjadi peradangan kulit di sekitar mulut,
kelopak mata,
dan alat genital. Pada induk yang menyusui terlihat radang
kelenjar susu.
Pengendalian: menggunakan salep atau Jodium tinctur pada luka.
12) Penyakit Kelenjar Susu
Penyakit ini sering terjadi pada domba dewasa yang menyusui,
sehingga air
susu yang diisap cempe tercemar. Penyebab: ambing domba induk
yang
menyusui tidak secara ruti dibersihkan. Gejala: ambing domba
bengkak, bila
diraba tersa panas, terjadi demam dan suhu tubuh tinggi, nafsu
makan
kurang, produsi air susu induk berkurang. Pengendalian:
pemberian obat-
obatan antibiotika melalui air minum.
Secara umum pengendalian dan pencegahan penyakit yang terjadi pada
domba dapat dilakukan dengan:
a) Menjaga kebersihan kandang, dan mengganti alas kandang.
b) Mengontrol anak domba (cempe) sesering mungkin.
c) Memberikan nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral,
kalsium dan mangannya.
d) Memberikan makanan sesuai jadwal dan jumlahnya, Hijauan pakan
yang
baru dipotong sebaiknya dilayukan lebih dahulu sebelum
diberikan.
e) Menghindari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang
terkontaminasi siput dan sebelum dibrikan sebainya dicuci dulu.
f) Sanitasi yang baik, sering memandikan domba dan mencukur bulu.
g) Tatalaksana kandang diatur dengan baik.
h) Melakukan vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit.
8. PANEN
0 komentar:
Post a Comment