Budiaya Mawar Potong
Pendahuluan
MAWAR (Rosa hybrida) yang dijuluki “ratu dari segala bunga” dikenal karena keindahan, keanggunan, dan keharumannya. Ditinjau dari kegunaannya mawar dapat digunakan sebagai bunga potong, mawar taman, mawar tabur, dan bahan kosmetik. Permintaan mawar bunga potong meningkat pada hari-hari besar, seperti tahun baru, Idulfitri, Valentine, dan hari peringatan kemerdekaan. Untuk menghasilkan mawar dengan kualitas yang baik, syarat tumbuh mawar harus dipenuhi.
Mawar potong sebaiknya ditanam di dataran tinggi (1.000-1.500 dpal). Tanah yang gembur serta kaya bahan organik atau humus dengan pH 5,6-6,5, drainase yang baik dan sinar matahari yang cukup banyak diperlukan untuk pertmbuhan dan produksi bunga. Pertanaman mawar potong memerlukan rumah plastik untuk menjaga bunga dari siraman air hujan, sehingga kualitas dan keragaan bunga (vase life) dapat dipertahankan.
- Mawar ditanam dalam rumah plastik dengan atap terbuat dari plastik UV
- Tanah untuk media tanam diolah sedalam 30 cm. Media tanam harus gembur, merupakan campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos. Keasamaan (pH) media tanam berkisar antara 5,6 – 6,5.
- Media tanam disterilisasi dengan nematisida berbahan aktif dazomet, kemudian ditutup mulsa plastik hitam selama dua minggu. Setelah dua minggu, mulsa dibuka dan dibiarkan selama satu minggu.
- Lubang tanam dibuat dengan jarak tanam 20 X 30 cm atau 15 X 40 cm, dan setiap bedengan dibuat dua barisan tanam.
- Kemudian bibit mawar ditanam dalam lubang tanam yang telah tersedia dengan mata tempel menghadap ke luar bedengan.
- Tanah untuk media tanam diolah sedalam 30 cm. Media tanam harus gembur, merupakan campuran tanah dan pupuk kandang atau kompos. Keasamaan (pH) media tanam berkisar antara 5,6 – 6,5.
- Media tanam disterilisasi dengan nematisida berbahan aktif dazomet, kemudian ditutup mulsa plastik hitam selama dua minggu. Setelah dua minggu, mulsa dibuka dan dibiarkan selama satu minggu.
- Lubang tanam dibuat dengan jarak tanam 20 X 30 cm atau 15 X 40 cm, dan setiap bedengan dibuat dua barisan tanam.
- Kemudian bibit mawar ditanam dalam lubang tanam yang telah tersedia dengan mata tempel menghadap ke luar bedengan.
Pemupukan
- Pupuk kandang dengan dosis 30 ton/ha atau 0,5 kg/tanaman (tergantung jumlah populasi tanaman mawar per hektare) diberikan sebelum tanam.
- Pupuk makro dan mikro diberikan dua kali dalam seminggu. Komposisi pupuk mawar dengan EC 1,5 ds/m yakni NO3 – 158 mg/liter, NH4 – N 18 mg/liter, P 38 mg/liter, K 196 mg/liter, S 40 mg/liter, Ca 140 mg/liter, Mg 18 mg/liter, Fe 1,4 mg/liter, Mn 0,3 mg/liter, Zn 0,2 mg/liter, B 0,2 mg/liter, Cu 0,005 mg/liter, dan Mo 0,05 mg/liter.
- Pemupukan dengan sistem irigasi otomatis dapat dilakukan bersamaan dengan penyiraman.
- Pupuk makro dan mikro diberikan dua kali dalam seminggu. Komposisi pupuk mawar dengan EC 1,5 ds/m yakni NO3 – 158 mg/liter, NH4 – N 18 mg/liter, P 38 mg/liter, K 196 mg/liter, S 40 mg/liter, Ca 140 mg/liter, Mg 18 mg/liter, Fe 1,4 mg/liter, Mn 0,3 mg/liter, Zn 0,2 mg/liter, B 0,2 mg/liter, Cu 0,005 mg/liter, dan Mo 0,05 mg/liter.
- Pemupukan dengan sistem irigasi otomatis dapat dilakukan bersamaan dengan penyiraman.
Sistem arsitektur tanaman
Sistem Jepang yang dimodifikasi.
• Bending, bagian tanaman atau tunas tidak produktif dirundukkan tepat di atas mata tunas ke 2 atau ke 3 tapi tangkainya tidak patah.
• Pada sistem Jepang yang dimodifikasi, bending hanya dilakukan ke satu arah.
• Tangkai bunga yang dipanen berasal dari tunas utama (bottom break).
• Bending, bagian tanaman atau tunas tidak produktif dirundukkan tepat di atas mata tunas ke 2 atau ke 3 tapi tangkainya tidak patah.
• Pada sistem Jepang yang dimodifikasi, bending hanya dilakukan ke satu arah.
• Tangkai bunga yang dipanen berasal dari tunas utama (bottom break).
Hama penyakit utama dan pengendalian Tungau (Tetranychus sp.)
• Berwarna hijau atau merah dan biasa terdapat di bawah permukaan daun.
• Daun-daun yang terserang terlihat menguning sampai cokelat keperakan.
• Pengendaliannya dengan penyemprotan akarisida berbahan aktif abamektrin, dikofol, amitraz atau dengan menggunakan akarisida nabati dengan perlakuan 1-2 kali per minggu.
• Daun-daun yang terserang terlihat menguning sampai cokelat keperakan.
• Pengendaliannya dengan penyemprotan akarisida berbahan aktif abamektrin, dikofol, amitraz atau dengan menggunakan akarisida nabati dengan perlakuan 1-2 kali per minggu.
Kutu daun (Aphids)
• Macrosiphum rosae Linnaeus (Rose aphid) dan Myzaphus rosarum Kaltenbach (Small green rose aphid).
• Gejala serangan pada daun dan petal bunga berubah bentuk menjadi tidak normal.
• Cara pengendaliannya dengan melakukan penyemprotan menggunakan insektisida dengan bahan aktif imidakloprid, malathion, irethtrindanmetidation atau menggunakan akarisida nabati 1-2 kali per minggu.
• Gejala serangan pada daun dan petal bunga berubah bentuk menjadi tidak normal.
• Cara pengendaliannya dengan melakukan penyemprotan menggunakan insektisida dengan bahan aktif imidakloprid, malathion, irethtrindanmetidation atau menggunakan akarisida nabati 1-2 kali per minggu.
Hama thrips (Frankliniella tritici Fitch)
• Petal bunga menjadi kecoklatan atau berubah bentuk.
• Pengendaliannya dengan penyenprotan insektisida yang berbahan aktif diclorvos, karbaril, malathion, dimetoat, dan asefat.
• Pengendaliannya dengan penyenprotan insektisida yang berbahan aktif diclorvos, karbaril, malathion, dimetoat, dan asefat.
Penyakit embun tepung (Oidium sp./Powdery Mildew)
• Daun atau angkai tertutup lapisan putih seperti tepung, bentuk daun tidak normal, daun rontok.
• Pengendaliannya dengan melakukan penyemprotan menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, tridimenol, triadimefon, miklobutanil, dan fluzilazola.
• Pengendaliannya dengan melakukan penyemprotan menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, tridimenol, triadimefon, miklobutanil, dan fluzilazola.
Penyakit bercak hitam (Diplocarpon rosae Wolf/Black Spot)
• Bercak hitam pada permukaan daun bagian atas, daun menguning dan rontok
• Cara pengendaliannya dengan melakukan penyemprotan menggunakan fungisida yang berbahan aktif heksakonazol, benomil, difenoconazol, dan bitertanol.
• Cara pengendaliannya dengan melakukan penyemprotan menggunakan fungisida yang berbahan aktif heksakonazol, benomil, difenoconazol, dan bitertanol.
Pemeliharaan lain
• Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan tanaman pengganggu (gulma) dengan frekuensi dua minggu sekali, tergantung cepat tidaknya gulma tumbuh.
• Tangkai-tangkai yang kering atau diserang hama dan penyakit, serta tunas-tunas liar dibuang.
• Tangkai-tangkai yang kering atau diserang hama dan penyakit, serta tunas-tunas liar dibuang.
Panen dan pascapanen
• Bunga dipanen pada saat bunga 1 -2 petal telah membuka dan sepal masih melekat pada kuncupnya.
• Panen dilakukan pada pagi atau sore hari.
• Pemotongan tangkai bunga tepat di atas mata tunas ke 2 atau ke 3 dari pangkal.
• Kemudian bunga mawar dikemas dengan kemasan terbuka dan disimpan di dalam ruang dingin (cool storage) dengan suhu 2 – 50oC.
• Agar bunga tahan lama dalam vas sebaiknya diberi larutan pengawet : gula 1-5%, perak nitrat 100 ml/l atau 2 ml/l chlorox 5% dan asam sitrat 300-500 mg/l supaya pH larutan 3-4; atau digunakan bahan pengawet yang sudah tersedia dipasaran.***
• Panen dilakukan pada pagi atau sore hari.
• Pemotongan tangkai bunga tepat di atas mata tunas ke 2 atau ke 3 dari pangkal.
• Kemudian bunga mawar dikemas dengan kemasan terbuka dan disimpan di dalam ruang dingin (cool storage) dengan suhu 2 – 50oC.
• Agar bunga tahan lama dalam vas sebaiknya diberi larutan pengawet : gula 1-5%, perak nitrat 100 ml/l atau 2 ml/l chlorox 5% dan asam sitrat 300-500 mg/l supaya pH larutan 3-4; atau digunakan bahan pengawet yang sudah tersedia dipasaran.***
Ir. Darliah, M.S.
Peneliti mawar pada Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Segunung, Cipanas, Cianjur.
Peneliti mawar pada Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Segunung, Cipanas, Cianjur.
0 komentar:
Post a Comment