Informasi Penting

Monday, April 4, 2011

Budidaya Cabe Menggunakan Mulsa Plastik

Teknik budidaya dengan system mulsa plastic hitam perak(MPHP) merupakan pengembangan teknologi system mulsa plastic untuk berbagai usaha tani tanaman sayuran dan buah-buahan yang dirintis oleh negara Jepang dan Taiwan. MPH ini memiliki dua muka dan dua warna yaitu muka pertama berwana hitam dan muka kedua berwarna perak. Warna hitam dimaksudkan untuk menutup permukaan tanah , sedangkan warna perak dimaksudkan sebagai permukaan atas tempat menanam suatu tanaman budidaya. Teknik budidaya tanaman dengan system MPH banyak memiliki keuntungan, antara lain cukup efektif dalam menjaga tanaman dari serangan hama maupun virus penyakit, mampu menjaga kestabilan suhu dan kelembapan tanah atau kegemburan tanah, serta dapat mengurangi pekerjaan penyiangan dan penggemburan tanah sehingga menghemat biaya usaha budidaya.
Penggunaan system MPHP kini telah berkembang di Indonesia, termasuk pada usaha budidaya cabai hibrida. Alasan utama penggunaan system MPHP dalam usaha budidaya cabai hibrida adalah untuk mengimbangi biaya pengadaan MPHP dari peningkatan hasil cabai yang lebih tinggi daripada cabai biasa sehingga secara ekonomis menguntungkan. Di samping itu, budidaya cabai hibrida dengan system MPHP merupakan perbaikan kultur teknik ke arah yang intensif. Adapun kegiatan pokok teknik budidaya cabai hibrida dengan system MPHP meliputi:

A. Penyiapan Lahan
Dua hal penting untuk diperhatikan dalam penyiapan lahan kebun cabai hibrida dengan system MPHP adalah pemilihan lahan yang memenuhi persyaratan dan tahapan cara pengolahan tanah.
Adapun persyaratan lahan untuk kebun cabai hibrida dengan system MPHP yaitu:
1. Tempatnya harus terbuka agar mendapat sinar matahari secara penuh.
2. Lahan bukan bekas penanaman tanaman yang sefamili, seperti kentang,
tomat, terung ataupun tembakau, untuk menghindari resiko serangan
penyakit.
3. Lahan yang paling baik berupa tanah sawah bekas tanaman padi, agar tidak
perlu membajak cukup berat.
4. Lahan tegalan(tanah kering) dapat digunakan asalkan cukup tersedia air.
Sedangkan tahap-tahap pengolahan tanahnya dilakukan dengan tata
cara sebagai berikut:
1. Pembersihan lahan dari sisa-sisa tanaman atau perakaran dari pertanaman
sebelumnya.
2. Pembajakan atau pengolahan lahan sedalam 30 cm- 40 cm , kemudian di
kering-anginkan selama 7 hari sampai 14 hari.
3. Pembuatan bedengan-bedengan selebar 110 cm-120 cm, tinggi 40 cm-50
cm,lebar parit 60 cm – 70 cm, dan panjang bedengan sebaiknya tidak lebih
dari 12 meter. Kedalaman parit untuk tanah yang banyak mengandung
air(mudah becek) sebaiknya dibuat sedalam 60 cm-70 cm.
4. Pembuatan parit keliling selebar dan sedalam 70 cm untuk pemasukan dan
pengeluaran air.
5. Pemberian pupuk kandang( kotoran ayam, domba, kambing, sapi, ataupun
kompos) yang telah matang sebanyak 1 kg -1,5 kg per tanaman atau Super
TW plus 4 ton -5 ton per hektar.
6. Pengapuran sebanyak100 gr – 125 gr per tanaman. Pupuk kandang dan
kapur pertanian dicampur dengan tanah bedengan secara merata sambil
dibalikkan, kemudian dibiarkan diangin-anginkan selama kurang lebih 2
minggu. Sebagai catatan jika populasi cabai hibrida per hektar antara 18.000
tanaman hingga 20.000 tanaman pada jarak tanam 60 cm x 70 cm, maka
memerlukan pupuk kandang 18 ton - 30 ton atau Super TW plus 4 ton – 5
ton, dan kapur pertanian 1,8 ton – 2 ton berupa Calcit atau Dolomit atau
Zeagro-1.

B. Penyiapan Benih dan Pembibitan
Bersamaan dengan terbentuknya bedengan kasar , dilakukan penyiapan benih dan pembibitan di pesemaian. Untuk lahan(kebun) seluas 1 hektar diperlukan benih kurang lebih 180 gram atau 18 bungkus kemasan masing-masing berisi 10 gram.
Benih cabai dapat disemai langsung satu persatu dalam bumbung (koker) yang terbuat dari daun pisang ataupun polybag kecil ukuran 8 x 10 cm, tetapi dapat pula dikecambahkan terlebih dahulu. Sebelum dikecambahkan, benih cabai sebaiknya direndam dulu dalam air air dingin ataupun air hangat bersuhu 55°C - 60°C selama 15 menit hingga 30 menit untuk mempercepat proses perkecambahan dan mencucihamakan benih tersebut.

Bila benih cabai akan disemai langsung dalam polybag, sebelumnya polybag harus diisi dengan media campuran tanah halus, pupuk kandang matang halus, ditambah pupuk NPK yang dihaluskan serta Furadan atau Curater. Pedoman untuk campuran adalah tanah halus 2 bagian (2 ember volume 10 liter) + 1 bagian pupuk kandang matang dan halus(1 ember volume 10 liter) + 80 gr pupuk NPK yang dihaluskan (digerus) + 75 gr Furadan atau campuran tanah 1 bagian + pupuk organic Super TW plus 6 bagian (1:6). Bahan media semai tersebut dicampur secara merata, lalu dimasukkan ke dalam polybag hingga 90 % penuh. Benih cabai hibrida yang telah direndam, disemaikan satu per satu sedalam 1-1,5 cm, lalu ditutup dengan tanah tipis. Selanjutnya semua polybag yang telah diisi benih cabai disimpan di bedengan secara teratur dan segera ditutup dengan karung goni basah selama kurang lebih 3 hari agar cepat berkecambah. Bila benih dikecambahkan terlebih dahulu, sehabis direndam harus segera dimasukkan ke dalam lipatan kain basah(lembap) selama kurang lebih 3 hari.

Benih cabai yang telah tampak keluar bakal akarnya sepanjang 2 mm – 3 mm dapat segera disemaikan ke dalam polybag. Tata cara penyemaian benih ke dalam polybag pada prinsipnya sama seperti cara di atas hanya perlu alat Bantu pinset agar kecambah benih cabai tidak rusak.
Penyimpanan polybag berisi semaian cabai dapat ditata dalam rak-rak kayu atau bambu, atau dapat pula diatur rapi di atas bedengan-bedengan selebar 110 cm – 120 cm. Setelah semaian cabai tersebut diatur rapi, harus segera dilindungi dengan sungkup dari bilah bamboo beratapkan plastic bening (transparan) ataupun jaringan net kassa.
Selama bibit di persemaian, kegiatan rutin pemeliharaan adalah penyiraman 1-2 kali sehari atau tergantungcuaca, dan penyemprotan pupuk daun pada dosis rendah 0,5 gram per liter air saat tanaman muda berumur 10-15 hari, serta penyemprotan pestisida pada konsentrasi setengah dari yang dianjurkan untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit.

C. Pemasangan MPHP
Bedengan yang akan ditutup dengan MPHP terlebih dahulu harus dipupuk dengan pupuk buatan secara total sekaligus. Perhitungan dosis dan jenis pupuk untuk setiap bedengan dapat diambil contoh sebagai berikut : misalnya, panjangan bedengan 12 meter, jarak tanam 60 cm x 70 cm akan berisi 40 tanaman. Jadi, pupuk yang diperlukan sejumlah kurang lebih 4 kg yang terdiri dari perbandingan 3 ZA : 1 Urea : 2 TSP : 1,5 KCl dengan catatan tiap 100 kg pupuk campuran tadi ditambahkan 1 kg Borate dan 1,5 Furadan.

Campuran pupuk buatan ini disebar merata sambil diaduk dan dibalikkan dengan tanah bedengan. Kemudian, bedengan diratakan kembali sambil dirapikan dan setelah itu disiram air secukupnya agar pupuk dapat larut ke lapisan tanah.

Pemasangan MPHP sebaiknya memperhatikan cuaca, yakni pada saat terik matahari antara pukul 2 siang hingga pukul 4 sore, agar plastik tersebut memanjang (memuai) dan menutup tanah serapat mungkin. Pemasangan MPHP ini minimal dilakukan oleh dua orang. Caranya adalah kedua ujung MPHP ditarik ke setiap ujung bedengan arah memanjang. Kemudian, MPHP dikuatkan dengan pasak bilah bamboo berbentuk huruf U yang ditancapkan di setiap sisi bedengan. Berikutnya, lembar MPHP ditarik pula ke bagian sisi kiri kanan(lebar) bedengan hingga nampak rata menutup permukaan bedengan. MPHP yang telah terpasang dan menutup permukaan bedengan dikuatkan dengan pasak bilah bambu pada setiap jarak 40 cm – 50 cm. Bedengan yang telah ditutup MPHP ini dibiarkan kurang lebih 5 hari agar pupuk buatan larut dalam tanah dan tidak membahayakan (toksis) bibit cabai yang ditanam.

D. Penanaman
Waktu tanam yang paling baik adalah pagi atau sore hari dan bibit cabai telah berumur 17 hari hingga 23 hari atau berdaun 2 helai sampai 4 helai. Sehari sebelum tanam, bedengan yang telah ditutup MPHP harus dibuatkan lubang tanam terlebih dahulu. Jarak tanam untuk cabai merah hibrida adalah 60 cm x 70 cm atau 70 cm x 70 cm dan untuk cabai paprika 50 cm x 70 cm atau 60 cm x 70 cm.
Untuk membuat lubang tanam dapat digunakan alat bantu khusus yang terbuat dari potongan pipa besi disi arang. Penggunaan alat ini dilakukan dengan cara menempelkan ujung bawahnya pada MPHP sesuai dengan jarak tanam yang telah ditetapkan. Dengan cara demikian, MPHP akan berlubang berupa bulatan-bulatan kecil berdiameter kurang lebih 6 cm – 8 cm. Selain itu, pelubangan MPHP juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat Bantu bekas kaleng susu yang salah satu permukaannya telah dipotong. Cara penggunaan kaleng bekas susu ini adalah menutup calon lubang tanam yang telah ditetapkan dengan kaleng bekas susu tersebut, kemudian memutar kaleng itu sambil menekannya ala kadarnya sehingga terbentuk lubang kecil. Cara lain adalah menggunakan pisau silet atau pisau cater dengan cara dikeratkan langsung pada MPHP berbentuk bulatan kecil.

Bibit cabai hibrida yang siap dipindah-tanamkan segera disiram dengan air bersih secukupnya. Kemudian, bibit diredam bersama dengan polybagnya dalam larutan fungisida sistemik atau bakterisida pada dosis 0,5 gr – 1 gr per lter air selama 15 menit hingga 30 menit untuk mencegah penularan hama dan penyakit. Setelah media semainya cukup kering, bibit cabai hibrida dikeluarkan dari polybag secara hati-hati. Caranya adalah polybag yang berisi bibit dibalikkan dan pangkal batang bibit cabai dijepit dengan jari telunjuk dan jari tengah. Bagian dasar polybag ditepuk-tepuk secara perlahan-lahan dan hati-hati sehingga bibit cabai keluar bersama akar dan mediannya. Bibit cabai hibrida yang telah dikeluarkan dari polybag siap langsung ditanam pada lubang tanam yang tersedia.

Cara penanaman bibit cabai mula-mula sebagian tanah pada lubang tanam diangkat kira-kira seukuran media polybag. Kemudian , bibit dimasukkan sambil diurug tanah hingga dekat pangkal batangnya sambil sedikit dipadatkan. Bibit cabai hibrida yang disemai dalam polybag ini begitu dipindah-tanamkan langsung tumbuh (segar) tanpa mengalami kelayuan (stagnasi). Bibit cabai yang telah ditanam tersebut segera disiram air sampai tanahnya cukup basah.
Untuk penanaman cabai hibrida jenis paprika, selain dapat dilakukan pada bedengan bermulsa plastik, juga dapat dilakukan dalaam polybag berdiameter 20 cm-30 cm. Sedangkan tata cara penanaman cabai paprika dalam polybag adalah sebagai berikut:
1. Siapkan polybag yang telah dilubangi pada bagian dasarnya untuk
pembuangan air (drainase).
2. Siapkan media berupa campuran tanah dengan pupuk kandang ( 1 : 1 )atau
tanah dengan pupuk organic Super TW plus ( 5:1 ) atau arang sekam padi
yang dibakar setengah matang untuk system hidroponik.
3. Isikan (masukkan) media ke dalam polybag hingga 90 % tampak penuh.
4. Tanamkan bibit cabai paprika pada polybag yang tersedia. Tiap polybag ditanami satu bibit cabai paprika.
5. Siram media dalam polybag hingga cukup basah.


Harus diingat bahwa cabai paprika sifatnya peka terhadap sinar matahari sehingga perlu diberi naungan beratap plastic bening(transparan). Jika tidak diberi naungan, maka cabai paprika akan banyak menalami kerontokan buah dan terbakar sinar matahari. Pemasangan kerangka naungan ini dapat dilakukan per bedengan atau dua bedengan bahkan tiap empat bedengan sekaligus, tergantung pada kepraktisan dan keterseiaan bahan.

Adapun tata cara pemasangan naungan(sungkup) untuk cabai paprika yaitu:
a. Pasang tiang-tiang dari bambu gelondongan setinggi 50 cm – 80 cm di
bagian pinggir bedengan dan arahnya memanjang pada jarak tiap 3 m–4 m.
b. Pasang bilah bambu yang bentuknya dilengkungkan setengah lingkaran
setinggi 160 cm – 200 cm dari permukaan tanah. Caranya adalah dengan
memasukkan ujung bilah bamboo ke dalam lubang bambu gelondongan
yang letaknya berpasangan.
c. Hubungkan antara kerangka sungkup yang satu dengan yang lainnya
memakai bilah bambu yang dipasang memanjang, kemudian ikat dengan
tali kawat hingga akhirnya sungkup(kerangka) naungan siap dipasangi atap
plastik bening.
d. Pasang atap plastik bening, dan kuatkan dengan tali pengikat agar btidak
mudah lepas oleh terpaan angin.

E. Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan pemeliharaan tanaman untuk semua jenis atau vaietas cabai hibrida pada umumnya adalah sebagai berikut :

1. Pemasangan(Turus)
Cabai hibrida umumnya berbuah lebat sehingga untuk menopang
pertumbuhan tanaman agar kuat dan kokoh serta supaya tidak rebah perlu
dipasang ajir(turus) dari bilah bamboo setinggi 125 cm, lebar kurang lebih 4 cm dan tebalnya kurang lebih 2 cm. Ajir ini dipasang (ditancapkan) tegak atau miring 45° . Tiap tiga tanaman satu ajir atau tiap tiap tanaman satu ajir secara berjajar mengikuti arah panjang bedengan. Antara ajir yang satu dengan ajir lainnya dihubungkan dengan bilah bambu memanjang(gelagar) atau tali rafia atau tali kain bekas kaos tepat pada ketinggian 80 cm dari permukaan tanah.

Pemasangan ajir harus sedini mungkin ,yakni pada saat tanaman belum berumur satu bulan setelah pindah tanam. Pemasangan ajir secara dini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kerusakan akar tanaman cabai sewaktu pemasangan ajir. Batang cabai diikatkan pada ajir dengan system pengikatan melingkar bentuk angka delapan. Pemasangan ajir untuk cabai paprika dapat dilakukan pada setiap tanaman.

2. Pengairan(penyiraman)
Fase awal pertumbuhan atau saat tanaman cabai masih menyesuaikan diri terhadap lingkungan kebun membutuhkan penyiraman secara rutin tiap hari, terutama di musim kemarau. Setelah tanaman tumbuh kuat dan perakarannya dalam, pengairan berikutnya dilakukan dengan cara leb setiap 3 hari sampai 4 hari sekali. Pengairan dengan cara leb ini cukup sampai batas antara tanah bagian bawah denan ujung MPHP. Setelah tanah bedengan basah, air dapat segera dibuang kembali melalui saluran pembuangan. Tanah yang becek atau menggenang akan memudahkan tanaman terserang penyakit layu.
Lahan tertentu yang tidak mungkin dilakukan pengairan dengan cara leb dapat menggunakan teknik kocoran melalui selang yang dialirkan di antara empat tanaman. Ujung selang dimasukkan ke dalam lubang MPHP di tengah –tengah bedengan.

Tanaman cabai hibrida di bawah umur empat puluh hari memerlukan pengairan yang intensif dan rutin. Tanaman cabai yang sudah produktif (berbuah) tidak mutlak memerlukan air banyak, tetapi keadaan tanah harus tetap dijaga agar tidak kekeringan.

3. Perempelan
Cabai hibrida umumnya bertunas banyak yang tumbuh dari ketiak-ketiak daun. Tunas ini tidak produktif dan akan menganggu pertumbuhan secara optimal. Oleh karena itu, tunas-tunas samping ini perlu dirempel(dibuang).

Perempelan tunas samping dilakukan pada tanaman cabai hibrida yang berumur antara tujuh hari hingga dua puluh hari. Semua tunas samping dibuang agar tanaman tumbuh kuat dan kokoh. Saat terbentuk cabang, perempelan tunas dihentikan. Perempelan tunas ini biasanya dilakukan dua kali hingga tiga kali. Tanpa perempelan tunas samping, pertumbuhan tanaman cabai akan lambat.
Bunga pertama yang muncul di sela-sela percabangan pertama juga harus dirempel. Tujuan perempelan bunga perdana ini adalah merangsang pertumbuhan tunas-tunas dan percabangan di atasnya yang nlebih banyak dan produktif menghasilkan buah yang lebat.

Tanaman cabai hibrida yang sudah berumur 75 hari hingga 80 hari biasanya sudah membentuk percabangan yang optimal. Daun –daun tua yang ada di bawah cabang dapat dirempel, terutama daun yang terserang hama ataupun penyakit. Daun tua tersebut sudah tidak produktif lagi, bahkan sering kali menjadi sumber penularan hama dan penyakit. Perempelan daun-daun tua ini jangan terlalu awal sebab pertumbuhan cabang belum optimal. Kesalahan perempelan daun tua justru dapat menyebabkan tanaman cabai tumbuh merana dan produksinya menurun.


4. Pemupukan Tambahan(Susulan)
Tanaman cabai hibrida , sekalipun sudah dipupuk total pada saat akan MPHP, tetap perlu diberi pupuk tambahan(susulan) agar pertumbuhannya menjadi subur. Jenis pupuk yang digunakan pada fase pertumbuhan vegetatif aktif ( daun dan tunas) adalah pupuk daun yang kandungan nitrogennya tinggi, misalnya pupuk Multimicro dan Complesal cair. Interval penyemprotan pupuk daun adalah antara 10 hari hingga 14 hari sekali. Dosis atau konsentrasi pemupukan mengikuti label yang tertera pada kemasan pupuk daun tersebut.

Cabai hibrida pada saat fase pertumbuhan bunga dan buah (generatif) masih memerlukan pemberian pupuk daun yang mengandung unsure fosfor dan kalium tinggi, misalnya Complesal merah, Kemira merah, ataupun Growmore Kalsium.

Pertumbuhan bunga dan buah pada tanaman cabai yang berumur 50 hari dapat dipacu dengan pupuk susulan berupa NPK tablet komposisi N, P2O5, K2O, CaO (14-21-8-1 + mikro) dosis 1 tablet per pohon atau campuran ZA, Urea, TSP, KCl (1 : 1 : 1 : 1) sebanyak kurang lebih 4 sendok makan. Cara pemberian pupuk adalah dengan melubangi MPHP di antara empat tanaman. Kemudian, pupuk diusahakan melalui lubang tersebut sambil diaduk-aduk dengan tanah dan langsung disiram air bersih agar cepat larut dan meresap ke dalam tanah.

Pemupukan susulan berikutnya masih diperlukan, terutama bila kondisi pertumbuhan tanaman cabai kurang memuaskan atau karena terserang hama dan penyakit. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan adalah NPK sebanyak 4 kg – 5 kg yang dilarutkan dalam 200 liter air(1 drum). Pemberian pupuk adalah dengan cara dikocorkan pada setiap tanaman sebanyak 300 cc – 500 cc atau tergantung pada kebutuhan. Cara pengocoran dapat dilakukan dengan alat Bantu corong atau selang sepanjang 0,5 m -1 m yang dimasukkan ke dalam lubang MPHP dekat pangkal batang tanaman cabai. Pengocoran pupuk larutan ini dapat dilakkan setiap dua minggu sekali.

Varietas cabai hibrida umumnya bias berbuah cukup lama sehingga dapat dipanen beberapa kali(dua belas kali hingga empat belas kali), terutama pada cabai hibrida Hot Beauty dan Hero. Setiap kali selesai panen, perlu dilakukan pemupukan susulan untuk mempertahankan produktivitas buah. Jenis dan dosis pupuk susulan adalah NPK atau campuran ZA, Urea, TSP, KCl(1 : 1 : 1 : 1) sebanyak dua sendok per tanaman yang diberikan di antara dua tanaman cabai bagian kiri dan kanan. Untuk pemberian pupuk susulan pada tanaman cabai dalam kondisi pertumbuhan tanaman cabai yang bagus cukup sebulan sekali. Cara pemupukannya dapat dilakukan dengan cara dikocor(disiram) ataupun disemprot dengan larutan pupuk organic Yease + Great, Strong, Excellent, Amino Age, Flaurisher, atau Harmony-P dengan konsentrasi yang tertera pada labelnya.

Pemupukan nitrogen pada cabai hibrida dianjurkan memakai dua macam sumber N, yaitu ZA dan Urea. Hasil penelitian Balithor Lembang menunjukkan bahwa campuran Urea dan ZA dengan proporsi ZA yang banyak ternyata pengaruhnya lebih positif terhadap peningkatan hasil buah cabai. Pupuk ZA, selain mengandung unsure nitrogen, juga kaya akan unsur belerang (S) yang diperlukan untuk pertumbuhan cabai hibrida secara optimal.



5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Strategi(taktik) pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai yang dianjurkan adalah pengendalian terpadu. Komponen Pengendalian Hama dan Penyakit secara Terpadu (PHPT) ini mencakup pengendalian kultur teknik, hayati(biologi), varietas yang tahan (resisten), fisik dan mekanik, peraturan-peraturan, dan cara kimiawi.

Pengendalian hama dan penyakit secara teknik budi daya(agronomik) dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun(sanitasi), penghancuran tanaman inang, pengerjaan tanah yang sempurna, pengelolaan air yang baik, pergiliran tanaman, pemberoan lahan, penanaman serentak, dan penetapan jarak tanam.

Adapun hama dan penyakit tanaman cabai sendiri jumplahnya banyak sekali. Berikut adalah berbagai jenis hama dan penyakit tanaman cabai dan cara pengendaliannya:
A. Hama Cabai
Hama-hama penting yang umum menyerang tanaman cabai adalah sebagai berikut:
1. Ulat Grayak(Spodoptera Litura F.)
Ulat yang pada tubuhnya terdapat bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris kekuningan pada sisinya ini sering merusak tanaman cabai di musim kemarau dengan cara memakan daun dan buahnya mulai dari bagian tepi hingga menyebar ke bagian atas dan bawah. Serangan ulat grayak ini menyebabkan daun dan buah cabai berlubang secara tidak beraturan sehingga menghambat proses fotosintesis. Akibatnya produksi cabai akan menurun.

Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara:
a. Pengendalian secara mekanis , yaitu mengumpulkan telur dan ulat-ulatnya
dan langsung membunuhnya.
b. Pengendalian secara kultur teknis, yaitu menjaga kebersihan kebun dari
gulma dan sisa-sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian hama,
serta melakukan rotasi tanaman.
c. Pengendalian secara kimiawi , yakni sebagai berikut:
1) Pemasangan Sex Pheromone, yaitu perangkap ngengat (kupu-kupu)
jantan. Sex Pheromone merupakan aroma yang dikeluarkan oleh
serangga betina dewasa yang dapat menimbulkan rangsangan
seksual(birahi) pada serangga jantan dewasa untuk menghampiri dan
melakukan sehingga membuahkan keturunan. Sex Pheromone ini berasal
dari Taiwan yang di Indonesia di beri nama Ugratas (Ulat Grayak
Berantas Tuntas) dan berwarna merah. Ugratas ini sangat efektif untuk
dijadikan perangkap kupu-kupu dewasa dari ulat grayak. Cara
pemasanganUgratas ini adalah dimasukkan ke dalam botol bekas Aqua
volume 500 cc yang diberi lubang kecil untuk tempat masuknya kupu-
kupu jantan. Satu hektar kebun cabai cukup dipasang 5 buah hingga 10
buah Ugratas merah dengan cara digantungkan sedikit lebih tinggi di atas
tanaman cabai. Daya tahan (efektifitas) Ugratas ini kurang lebih tiga
minggu dan tiap malam bekerja efektif sebagai perangkap ngengat jantan.
Keuntunganpenggunaan Ugratas ini, antara lain, adalah aman bagi
manusia dan ternak, tidak berdampak negative terhadap lingkungan, dapat
menekan penggunaan insektisida, tidak menimbulkan kekebalan hama,
dan dapat memperlambat perkembangan hama tersebut
2) Penyemprotan insektisida yang mangkus dan sangkil seperti Hostation 40
EC 2 cc per liter atau Orthene 75 SP I gr per liter.

2. Kutu Daun(Myzus Persicae Sulz)
Hama ini menyerang tanaman cabai dengan cara menghisap cairan
daun, pucuk, tangkai, bunga atau bagian tanaman lainnya. Serangan kutu daun yang
berat menyebabkan daun-daun melengkung, keriting, belang-belang
kekuningan(klorosis), dan akhirnya rontok sehingga produksi cabai menurun.
Di samping itu , kutu daun juga menjadi penular (penyebar) berbagai virus. Kutu
daun mengeluarkan cairan manis(madu) yang dapat menutupi permukaan daun.
Cairan manis ini akan ditumbuhi cendawan jelaga berwarna hitam sehingga
menghambat proses fotosintesis. Serangan kutu daun biasanya menghebat di
musim kemarau.

Pengendalian secara terpadu terhadap serangan hama kutu daun dapat
dilakukan dengan cara:
1) Pengendalian secara kultut tehnik, yaitu memanam tanaman perangkap(trap crop) di sekeliling kebun, misalnya jagung.
2) Pengendalian secara kimiawi, yaitu dengan semprotan insektisida yang efektif dan selektif seperti Decis 2,5 EC 0,04 %, Hostathion 40 EC 0,1 % , atau Orthene 75 SP 0,1 %.

3. Lalat Buah(Dacus Ferrugineus Coquillet atau D.Dorsalis Hend)
Serangga dewasa dari lalat buah memiliki panjang tubuh kurang lebih
0,5, berwarna coklat tua, dan meletakkan telurnya di dalam buah cabai. Telur
tersebut akan menetas menjadi ulat dan merusak semua bagian buah cabai. Buah-
buah yang diserang hama lalat buah akan menjadi bercak-bercak bulat, kemudian
membusuk , berlubang kecil dan akhirnya berguguran(rontok).

Adapun pengendalian hama lalat buah dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1) Pengendalian secara kultur teknik, yaitu dengan pergiliran tanaman yang bukan
tanaman inang lalat buah.
2) Pengendalian secara mekanis, yaitu dengan mengumpulkan semua buah cabai
yang telah terserang, kemudian memusnahkannya.
3) Pengendalian secara kimiawi yaitu dengan pemasangan perangkap beracun
seperti Metil Eugenol (CM-Antraktan) atau Promar atau Protein Hydrolisat
yang efektif terhadap serangga jantan dan betina. Selain itu , dapat juga
dilakukan dengan penyemprotan insektisida secara langsung, misalnya dengan
Buldok, Lannate, atau Tamaron.

4.Thrips(Thrips sp)
Serangga Thrips bentuknya sangat kecil dengan panjang tubuh kurang
Lebih 1 mm. Serangga ini berkembang biak tanpa pembuahan sel telur
(Partenogenesis) , dan siklus hidupnya berlangsung selama tujuh hari hingga dua
belas hari.
Hama Thrips menyerang hebat pada musim kemarau dengan
Memperlihatkan gejala serangan berupa strip-strip pada daun dan warna keperakan.
Serangan yang berat dapat mengakibatkan daun menjadi kering(mati) dan bunga-
bunga cabai berguguran. Hama Thrips ini kadang-kadang juga berperan sebagai
penular(vektor) penyakit virus.

Pengendalian hama Thrips dapat dilakukan dengan cara:
1) Pengendalian secara kultur teknis, yaitu dengan pergiliran tanaman atau tidak
menanam cabaisecara bertahap dengan selisih waktu cukup lama karena
tanaman muda akan mudah terserang parah hama Thrips.
2) Pengendalian memakai perangkap hama, yaitu dengan memasang Insect Adesive
Trap Paper( IATP ) berupa lembar kertas berwarna kuning ukuran 21,5 cm x 15
cm asal Taiwan. Cara pemasangannya adalah digulung dan digantung setinggi 15
cm – 30 cm dari pucuk tanaman cabai. Dengan cara demikian, serangga hama
Thrips yang berterbangan dan mengenai IATP akan langsung terperangkap.
3) Pengendalian secara kimiawi yaitu dengan penyemprotan insektisida Dicarzol 25
SP, Confidor 200 SL, Pegagus 500 SC, Decis 2,5 EC(0,04 %), Hostathion 40
EC(0,2 %), dan Mesurol 50 WP(0,1 % - 0,2 %). Dosis atau konsentrasi
penyemprotan disesuaikan dengan label yang terdapat pada label kemasan obat
tersebut.

5. Tungau
Jenis tungau yang sering menyerang cabai adalah tungau
kuning(Polyphagotarsonemus Latus Bank) dan tungau merah( Tetranyus
Innabarinus Boisd). Tungau menyerang tanaman cabai dengan cara menghisap
cairan sel daun atau pucuk tanaman. Serangan tungau dapat mengakibatkan
bintik-bintik kuning atau keputihan pada daun cabai. Serangan tungau yang berat,
terutama pada musim kemarau, menyebabkan cabai tumbuh tidak normal dan
daun-daunnya keriting. Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan
penyemprotan insektisida akarisida seperti Pmite 57 EC (0,2 %) atau Mitac 200
EC (0,2 %).

B. Penyakit Cabai
Penyakit utama cabai adalah sebagi berikut:

1. Layu Bakteri(Pseudomonas Solanacearum E.F. Smith)
Penyakit layu bakteri dapat menyebar melalui benih, bibit, bahan
tanaman yang sakit, residu tanaman, irigasi(air), serangga, nematoda, dan alat-
alat pertanian. Penyakit layu bakteri biasanya menghebat pada tanaman cabai di
daerah dataran rendah. Gejala kelayuan tanaman cabai terjadi secara tiba-
tiba(mendadak) yang akhirnya menyebabkan kematian tanaman dalam beberapa
hari kemudian. Penyakit layu bakteri menyerang system perakaran tanaman
cabai. Bila pangkal batang cabai yang diserang penyakit ini dipotong atau
dibelah, kemudian direndam dalam gelas berisi air bening, setelah beberapa menit
digoyang-goyangkan, akan keluarlah cairan berwarna cokelat susu atau berkas
pembuluh batangnya berwarna cokelat berlendir(slime bakteri)

Gejala yang dapat diamati secara visual pada tanaman cabai yang
terserang penyakit layu bakteri adalah kelayuan tanaman mulai dari bagian pucuk,
kemudian menjalar ke seluruh bagian tanaman, daun menguning dan akhirnya
mengering serta rontok. Penyakit layu bakteri dapat menyerang tanaman cabai
pada semua tingkatan umur, tetapi yang paling peka adalah tanaman cabai yang
masih muda, tanaman cabai menjelang fase berbunga, atau tanaman cabai ketika
berbuah.
Pengendalian penyakit layu bakteri harus dilakukan secara terpadu
dengan cara sebagai berikut:
a. Benih atau bibit sebelum tanam direndam dengan bakterisida Agrimycin atau
Agrept 0,5 gram per liter selama lima menit hingga lima belas menit.
b. Drainase tanah di sekitar kebun diperbaiki agar tidak becek atau menggenang.
c. Tanaman yang sakit dicabut agar penyakit tidak menular ke tanaman yang sehat.
d. Bakterisida Agrimycin atau Agrept digunakan dengan cara disemprotkan atau
dikocor di sekitar batang tanaman cabai yang diperkirakan terserang layu bakteri.
e. Lahan dikelola misalnya dengan pengapuran tanah atau pergiliran tanaman yang
bukan termasuk famili Solanaceae.

2. Layu Fusarium(Fusarium Oxysporum Sulz)
Layu fusarium disebabkan oleh organisme cendawan yang bersifat
tular tanah. Penyakit ini biasanya muncul pada tanah-tanah yang ber-pH
rendah(masam). Gejala serangan yang dapat diamati adalah terjadinya pemucatan
warna tulang-tulang daun di sebelah atas yang diikuti dengan merunduknya
tangkai-tangkai daun. Akibat lebih lanjut dari serangan penyakit ini adalah seluruh
tanaman layu dan mati.

Gejala serangan layu fusarium sering kali sulit dibedakan dengan
serangan layu bakteri. Pembuktian penyebab layu fusarium tersebut dapat
dilakukan dengan cara memotong pangkal batang tanaman cabai yang sakit,
kemudian merendamnya dalam gelas berisi air bening(jernih). Biarkan rendaman
batang cabai tersebut sekitar lima menit hingga lima belas menit, kemudian
digoyang-goyangkan secara hati-hati. Bila dari pangkal batang keluar cairan putih
dan terlihat suatu cincin berwarna cokelat dari berkas pembuluhnya, berarti tanaman
cabai tersebut terserang penyakit layu fusarium.

Pengendalian penyakit layu fusarium dapat dilakukan dengan berbagai
cara sebagai berikut:
a. perendaman benih atau bibit dalam larutan sistemik, misalnya Benlate ataupun
Derosal 0,5 gr- 1 gr per liter air selama sepuluh menit hingga lima belas menit
b. pengapuran tanah sebelum tanamdengan Dolomit atau Captan (Calsit) sesuai
dengan angka pH tanah agar mendekati netral.
c. pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman
yang sehat.
d. pengaturan pembuangan air (drainase) dengan cara pembuatan bedengan yang
tinggi, terutama pada musim hujan.
e. penyiraman larutan sistemik seperti Derosal, Anvil, Benlate, dan Topsin di sekitar
batang tanaman cabai yang diduga sumber penyakit layu fusarium atau yang
terkena cendawan.

3. Bercak Daun dan Buah(Collectrotichum Capsici (Syd.) Butl.et. Bisby)
Bercak daun dan buah cabai sering disebut penyakit antraknosa atau
patek. Penyakit ini menjadi masalah utama pada musim hujan yang disebabkan
oleh cendawan Goloesporium Piperatum Ell.et.Ev dan Collectrotichum Capsici (
Syd.) Butl.et. Bisby

Cendawan Goloesporium Piperatum Ell.et.Ev umumnya menyerang
buah muda dan menyebabkan mati ujung(die back). Gejala serangan penyakit ini
ditandai dengan terbentuknya bintik-bintik kecil kehitaman dan berlekuk serta tepi
bintik berwarna kuning. Bagian lekukan akan terus membesar dan memanjang, dan
bagian tengahnya berwarna gelap.

Adapun cendawan Collectrotichum Capsici (Syd.) Butl.et. Bisby
lebih sering menyebabkan buah cabai membusuk. Gejala awal serangan ditandai
dengan terbentuknya bercak cokelat kehitaman pada buah, kemudian meluas
menjadi busuk lunak. Di bagian tengah bercak terdapat titik-titik hitam yang
merupakan kumpulan dari konidium cendawan. Serangan yang berat menyebabkan
buah cabai mengerut dan mengering menyerupai mummi dengan warna buah
seperti jerami.

Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Benih direndam dalam larutan fungisida berbahan aktif Benomyl atau Thiram,
misalnya Benlate pada dosis 0,5 gr per liter ataupun berbahan aktif
Captan(Ortocide) dengan dosis 1gr per liter. Lamanya perendaman benih adalah
antara empat jam hingga delapan jam.
b. Jarak tanam diatur agar kondisi kebun tidak terlalu lembab. Misalnya, pada
musim kemarau dapat menggunakan jarak tanam 50 cm x 70 cm dan pada musim
hujan 60 cm x 70 cm atau 65 cm x 70 cm. Pengaturan jarak tanam ini dapat
menggunakan system segi empat atau system segi tiga zig-zag.
c. Lingkungan sekitar kebun dibersihkan dari gulma dan disiangi agar tidak menjadi
sarang hama dan penyakit.
d. Buah cabai yang sudah terserang penyakit dikumpulkan dan dmusnahkan(dibakar).
e. Penyemprotan dengan fungisida seperti Kasumin 2 cc per liter, Phycozan,
Dithane M-45, Daconil, Topsin, Antracol, dan Delsen. Fungisida-fungisida tersebut
sangat efektif menekan antraknosa.
f. Rotasi tanaman, yakni pergiliran tanaman yang bukan famili Solanaceae, misalnya
tomat, kentang, terung dan tembakau. Tujuan rotasi tanaman ini adalah untuk
memotong siklus hidup cendawan penyebab penyakit antraknosa.

4. Bercak Daun(Cercospora Capsici Heald et Wolf)
Penyebab penyakit bercak daun adalah cendawan Cercospora Capsici. Gejala
serangan penyakt ini ditandai dengan bercak-bercak bulat kecil kebasah-basahan.
Bercak tersebut akan meluas hingga mencapai garis tengah kurang lebih 0,5 cm. Pusat
bercak tampak berwarna pucat sampao putih, dan tepinya berwarna lebih tua. Serangan
yang berat(parah) dapat menyebabkan daun menguning atau langsung berguguran
tanpa didahului menguningnya daun.

Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan
kebun dan menyemprotkan fungisida, seperti Topsin, Velimek, dan Benlate secara
berselang-seling.

5. Bercak Alternaria(Alternaria Solani Ell & Marf )
Penyebab penyakit Alternaria adalah cendawan. Gejala serangan penyakit ini
ditandai dengan timbulnya bercak-bercak cokelat tua sampai kehitaman dengan
lingkaran-lingkaran konsentris. Bercak-bercak ini akan membesar dan bergabung
menjadi satu. Serangan penyakit bercak Alternaria dimulai dari daun paling bawah,
tetapi kadang-kadang juga menyerang bagian batang.

Pengendalian penyakit bercak Alternaria, antara lain, dengan cara menjaga
kebersihan kebun dan melakukan penyemprotan dengan fungisida , seperti Sandofan
10/56 WP, Kocide 77 WP, atau Polyram 80 WP secara selang-seling sesuai konsentrasi
yang dianjurkan.

6. Busuk Daun dan Buah(Phytophthora Capsici Leonian)
Penyakit busuk daun dapat pula menyebabkan busuk buah cabai. Gejala
serangan tampak pada daun, yaitu timbul bercak-bercak kecil di bagian tepi daun,
kemudian menyerang seluruh daun. Penyakit ini juga sering menyerang batang
tanaman cabai yang gejalanya adalah terjadinya perubahan warna, yakni menjadi
kehitaman. Buah-buah cabai yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala awal
bercak-bercak kebasahan yang meluas ke arah sumbu panjang dan akhirnya buah akan
terlepas dari kelopaknya karena membusuk.

Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara pengaturan jarak
tanam yang baik, misalnya pada musim hujan jarak tanaman dibuat 70 cm x 70 cm,
pengumpulan dan pemusnahan buah cabai yang busuk, serta penyemprotan dengan
fungisida , seperti Sandovan MZ, Kocide, atau Polyram secara selang-seling.

7. Virus
Penyakit virus yang dapat menyerang tanaman cabai antara lain Cucumber
Mosaic Virus(CMV), Potato Virus Y(PVY), Tobacco Etch Virus(TEV), Tobbaco
Mosaic Virus(TMV), Tobbaco Rattle Virus(TRV), dan juga Tomato Ringspot Virus
(TRSV). Sedangkan gejala penyakit virus yang umum ditemukan adalah daun mengecil,
keriting dan mosaic yang disebabkan oleh TMV, CMV, dan TEV. Penyebaran virus
biasanya dibantu oleh serangga penular(vektor) seperti kutu daun dan Thrips.

Tanaman cabai yang terserang virus sering kali mampu bertahan hidup, tetapi
tidak menghasilkan buah. Pengendalian penyakit yang belum ditemukan obatnya ini
dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Serangga penular(vektor) seperti Aphids dan Thrips diberantas dengan semprotan
insektisida yang efektif.
b. Tanaman cabai yang menunjukkan gejala sakit dan dicurigai terserang virus dicabut
dan dimusnahkan.
c. Dilakukan pergiliran(rotasi) tanaman dengan tanaman yang bukan famili Solanaceae.

8. Penyakit Fisiologis
Penyakit fisiologis merupakan keadan suatu tanaman yang menderita sakit atau kelainan, tetapi penyebabnya bukan oleh mikroorganisme. Beberapa contoh penyakit fisiologis pada tanaman cabai yang sering ditemukan yaitu:

a. Kekurangan unsur hara Kalsium(Ca)
Tanaman cabai yang kekurangan unsur Ca akan menunjukkan gejala pada
buahnya yakni terdapat bercak air hijau gelap yang kemudian menjadi lekukan basah cokelat kehitam-hitaman. Jaringan di tempat bercak menjadi rusak sampai ke bagian dalam buah. Bentuk buah cabai menjadi pipih dan berubah warna lebih awal(sebelum waktunya). Kekurangan Ca biasanya terjadi pada stadium buah rusak yang diikuti dengan tumbuhnya cendawan.

Usaha pencegahan kekurangan Ca dapat dilakukan dengan cara pengapuran sewaktu mengolah tanah, diikuti pemupukan berimbang dan pengairan kebun secara merata. Bila tanaman cabai sedang produktif berbuah tetapi baru diketahui kekurangan Ca, dapat disemprot dengan pupuk daun yang banyak mengandung unsur
Ca, seperti Growmore, Kalsium CaB dan lain-lain.

b. Terbakar sinar matahari(Sunburn)
Cabai jenis paprika tidak tahan terhadap terik sinar matahari sehingga bila
mengenai permukaan buah akan menyebabkan terbakarnya kulit buah dan bagian
dalam buah. Gejala yang tampak pada bagian luar adalah warna kulit buah berubah
menjadi keputih-putihan hingga kecokelatan dan mengerut. Meskipun tidak menjadi
busuk basah, warna buah akan menjadi jelek dan kualitasnya menurun(rendah).

Pengendalian terhadap sengatan sinar matahari adalah melindungi tanaman
cabai paprika dengan sungkup beratapkan plastik transparan(bening). Naungan plastik
bening ini dapat mereduksi(mengurangi) intensitas cahaya matahari, tinggi temperatur
tanah serta defisit air sehingga dapat meningkatkan kelembapan relatif tanah di sekitar
pertanaman cabai paprika. Di samping itu, pengaruh naungan plastic bening dapat
meningkatkan hasil(bobot) buah total.

c. Kekurangan air
Gejala kekurangan air adalah terhambatnya pertumbuhan dan terjadinya
kelayuan tanaman cabai. Kekurangan air yang terjadi pada stadium pembungaan atau
pembuahan dapat menyebabkan semua bunga dan buah gugur(rontok).Gejala yang
khas dari kekurangan air pada buah cabai adalah kulit buahnya mengerut, bergaris
kekuning-kuningan atau cokelat. Ukuran buah lambat laun menjadi abnormal(kecil),
bengkok, mengeras dan belang-belang.Pengendalian penyakit fisiologis kekurangan air
ini adalah dengan pengairan secara kontinyu agar tanah tidak kering permanen,
pemetikan buah cabai yang keriput atau belang-belang dan pengocoran pembenah
tanah Agri SC 300 cc - 500 cc perhektar atau larutan NPK 5 kg per 200 liter air
masing-masing 250 cc hingga 300 cc per tanaman.

9. Busuk Kuncup atau Pucuk(Teklik)
Penyebab penyakit busuk kuncup atau pucuk adalah cendawan Choanephora
Cucurbitarum Berk .er Rav.Thaxt. Gejala penyakit ini adalah pucuk atau kuncup atau
ranting yang masih muda tampak busuk berwarna cokelat kehitam-hitaman, tangkai daun
patah, dan helai daun lunglai seperti menggantung.

Usaha pengendalian penyakit ini adalah dengan cara perbaikan drainase tanah,
mengurangi kelembapan lingkungan sekitar kebun, dan penyemprotan fungisida yang
mangkus dan sangkil seperti Dithane M-45 atau Vitragran Blue pada konsentrasi yang
dianjurkan.

10. Penyakit Lain
Beberapa penyakit lain yang juga dapat menyerang tanaman cabai diantaranya adalah:
a. Layu oleh cendawan Sclerotium Rolfii Sacc. yang menyebabkan keseluruhan tanaman
cabai layu secara tiba-tiba, daun berwarna kuning, dan kemudian daun menjadi cokelat.
Patogen penyakit menyerang leher akar yang ditandai dengan adanya miselium
berwarna putih. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan pengapuran tanah,
rotasi tanaman dengan jagung, dan perlakuan(sterilisasi) tanah dengan Basamid-G.
b. Embun tepung oleh cendawan Oidiopsis Sicula Scald an O.Capsici Sawada yang dapat
dikendalikan dengan fungisida yang mangkus dan sangkil, seperti Afugan 300 EC atau
Rubigan 120 EC pada konsentrasi yang dianjurkan.
c. Rebah semai oleh cendawan Rhizoctonia Solani Kuhn dan Pythium Spp. Kedua
penyakit ini disebut dumping-off di persemaian. Gejalanya yaitu pangkal batang bibit
membusuk , berwarna hitam dan rebah secara massal. Pengendalian penyakit ini ,
antara lain dengan cara sterilisasi media persemaian, perbaikan drainase tanah
persemaian, dan perendaman benih sebelum semai dalam air hangat pada suhu 55° C
sampai 60° C selama lima belas hingga tiga puluh menit , dan penggunaan fungisida
seperti Benlate 0,1 % atau Previcur N 0,2 %.
d. Busuk buah oleh cendawan Culvularia Lunata(Wakk.) Boed.Gejala serangannya
adalah ujung buah bagian bawah membusuk dan berwarna cokelat muda sampai hitam,
kemudian buah rontok. Pengendalian penyakit ini, antara lain dengan cara mencabut
dan memusnahkan tanaman inang yang sakit parah serta penyemprotan fungisida yang
mangkus dan sangkil seperti Dithane M-45 0,2 %.
e. Busuk basah oleh bakteri Erwina Carotovora Jones. Gejala serangannya adalah pangkal
buah busuk basah dan rontok. Pengendalian penyakit ini , antara lain dengan cara
merotasikan tanaman, mengurangi infeksi buah, dan menyemprotkan bakterisida

0 komentar:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Dahrul, SP. Powered by Blogger.

  ©Budidaya Pertanian - Todos os direitos reservados.

Template by Dicas Blogger | Topo