tag:blogger.com,1999:blog-25325696629802504962024-03-07T03:02:58.208+07:00Budidaya PertanianBudidaya Perkebunan - Perikanan - PeternakanAgrobisnishttp://www.blogger.com/profile/09028064756407590382noreply@blogger.comBlogger210125tag:blogger.com,1999:blog-2532569662980250496.post-89097774074023014952011-11-24T20:11:00.002+07:002012-03-30T10:18:58.776+07:00Budidaya Tanaman Angsana<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD03iu7UAHR0Y-0ACe-ZYw-mwUmlyXrJhZI87_sS0RJ1rDV5IVLVcvwvUSpTqe6YnUwp_FOKf7qElyXsZ4DaK7InsR3aXrG9inBtLCojqQiYrGEM5cR4xdBXaV2r_OXLoVDwIrZDC_3DVx/s1600/angsana.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhD03iu7UAHR0Y-0ACe-ZYw-mwUmlyXrJhZI87_sS0RJ1rDV5IVLVcvwvUSpTqe6YnUwp_FOKf7qElyXsZ4DaK7InsR3aXrG9inBtLCojqQiYrGEM5cR4xdBXaV2r_OXLoVDwIrZDC_3DVx/s1600/angsana.jpeg" /></a></div><div style="text-align: justify;">Pohon, tinggi 10-40 m. Ujung ranting berambut. Daun penumpu bentuk lanset, panjang 1-2 cm. Daun berseling. Anak daun 5-13, bulat telur memanjang, meruncing, tumpul, mengkilat sekali, 4-10 kali 2,5-5 cm; anak tangkai lk 0,5-1,5 cm. Tandan bunga di ujung dan duduk di ketiak, sedikit atau tidak bercabang, berambut coklat, berbunga banyak, panjang 7-11 cm; anak tangkai 0,5-1,5 cm; bunga sangat harum. Kelopak bentuk lonceng sampai <br />
<a name='more'></a>bentuk tabung, bergigi 5, tinggi lk 7 mm. Mahkota kuning oranye. Daun mahkota berkuku; bidang bendera bentuk Iingkaran atau bulat telur terbalik, berlipat kuat, melengkung kembali, garis tengah lebih kurang 1 cm; lunas lebih pendek daripada sayap, pucat. Bakal buah berambut lebat, bertangkai pendek, bakal biji 2-6. Polongan bertangkai di atas sisa kelopak, hampir bulat lingkaran, dengan paruh di samping, pipih sekali, sekitarnya bersayap, tidak membuka, garis tengah lk 5 cm, pada sisi yarig Iebar dengan ibu tulang daun yang tebal. Biji kebanyakan 1. Kerapkali ditanam; 1-800 m. Catatan: Kayunya mempunyai warna dan kwalitas yang baik sekali; dipergunakan sebagai bahan bangunan dan kayu meubel. Di Maluku pohon ini menghasilkan „kayu akar" (wortelhout) yang bagus. Kulitnya dipakai sebagai obat; dalam keadaan hidup pohon tersebut rnengandung cairan yang merah darah. Bagian yang digunakan Kulit kayu, getah (resin) dan daun muda. </div><br />
<br />
<b>Nama Lokal :</b><br />
<div style="text-align: justify;">NAMA DAERAH Asan, Athan (Aceh); Sena (Gayo); Sena, Hasona, Sona (Batak); Kayu merah (Timor); Asana, Sana kapur, Sana kembang (Minangkabau), Sana kembang (Madura); Kenaha (Solor); Aha, Naga, Aga, Naakir (Sulawesi Utara); Tonala (Gorontalo); Candana (Bugis); Na, Nar, (Roti); Lana (Buru). NAMA ASING: NAMA SIMPLISIA: Pterocarpi Cortex; Kulit kayu Angsana.</div><br />
<b>Penyakit Yang Dapat Diobati :</b><br />
<div style="text-align: justify;">KHASIAT Adstringen dan diuretik. PENELITIAN Hayati, 1990. Jurusan Farmasi, FMIPA USU. Telah melakukan penelitian pengaruh infus daun Angsana terhadap penurunan kadar gula darah kelinci dibandingkan dengan tolbutamid. Dari hasil penelitian tersebut, ternyata infus daun Angsana 5 ml, 10% dan 20°Io secara oral menurunkan kadar gula darah kelinci. Pengaruh infus 10% tidak ada beda dengan 50 mg/kg bb tolbutamid, sedangkan penurunan oleh infus 20% lebih besar daripada pengaruh oleh tolbutalmid.</div><br />
<b>Pemanfaatan :</b><br />
KHASIAT<br />
Adstringen dan diuretik. <br />
<br />
KEGUNAAN<br />
Kulit kayu:<br />
Batu ginjal.<br />
Sariawan mulut (obat kumur).<br />
<br />
Daun muda:<br />
Kencing manis. <br />
Bisul (obat luar). <br />
<br />
Getah (Kino):<br />
Luka (obat luar).<br />
Sariawan mulut (obat luar). <br />
<br />
<b>RAMUAN DAN TAKARAN </b><br />
<br />
Batu Ginjal<br />
Ramuan:<br />
Kulit kayu Angsana 3 gram<br />
Daun Keji beling 2 gram<br />
Daun Kumis kucing 4 gram<br />
Air 115 ml<br />
<br />
Cara pembuatan:<br />
Dibuat infus atau diseduh. <br />
<br />
Cara pemakaian:<br />
Diminum 1 kali sehari 100 ml. Bila batu telah keluar, baik berupa kristal maupun air kencing yang keruh atau air kencing yang berbuih maka pemberian jamu dihentikan. Kemudian dilanjutkan minum teh daun Kumis kucing 6% dalam air. 6 gram daun Kumis kucing diseduh dengan air mendidih sebanyak 100 ml. Diminum seperti kebiasaan minum teh.<br />
<br />
Sariawan Mulut <br />
Ramuan:<br />
Kulit kayu Angsana 4 gram<br />
Daun Saga segar 4 gram<br />
Daun Sirih segar 3 helai<br />
Air 115 ml<br />
<br />
Cara pembuatan:<br />
Dibuat infus atau diseduh.<br />
<div style="text-align: justify;">Bila diperlukan tambahkan 10 gram gips pada beningan, didiamkan beberapa saat, lalu disaring dan diambil bagian beningnya. (Gips dapat dibeli di apotik atau toko kimia).</div><br />
Cara pemakaian:<br />
Untuk kumur, tiap 3 jam sekali, tiap kali pakai 50 ml, bila perlu dapat diencerkan dengan air. <br />
<br />
Bisul<br />
<div style="text-align: justify;">Bisul dicuci dengan air bersih atau alkohol 70%. Kemudian daun Angsana diremas dan ditempelkan pada bisul tersebut. Diperbaharui tiap 3 jam sekali.</div><br />
Komposisi :<br />
Resin dikenal dengan nama kino (asam kinotanat dan zat warna merah.Agrobisnishttp://www.blogger.com/profile/09028064756407590382noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-2532569662980250496.post-20456410514285335872011-06-11T15:25:00.001+07:002011-06-11T15:28:38.296+07:00BUDIDAYA LELE SANGKURIANG (Clarias sp.)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmG6pZXevQgbZdC8Wht4M7dPndzUDWGohabqQOiP-dYZs2N7kkdX1WTlBipcyMyZzCGfw3wmgNeLl3N1WjrSFOevDf-a4VC6nK3vkd_Bz0HDeFU0Z0X6tTAIDGA16TZ5BLW2TOfJpZ-fUN/s1600/lele-1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmG6pZXevQgbZdC8Wht4M7dPndzUDWGohabqQOiP-dYZs2N7kkdX1WTlBipcyMyZzCGfw3wmgNeLl3N1WjrSFOevDf-a4VC6nK3vkd_Bz0HDeFU0Z0X6tTAIDGA16TZ5BLW2TOfJpZ-fUN/s1600/lele-1.jpg" /></a></div><div align="center">BUDIDAYA LELE SANGKURIANG</div><div align="center"><b> <i>(Clarias </i>sp.<i>) </i></b></div><div align="justify">Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan 1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, 2) teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, 3) pemasarannya relatif mudah dan 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.</div><div align="justify">Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit.</div><div align="justify">Namun demikian perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat<i> (inbreeding),</i> seleksi induk yang salah atas penggunaan induk yang berkualitas rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit dan nilai FCR <i>(Feeding Conversion Rate)</i>.</div><div align="justify"><br />
<a name='more'></a>Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo BBAT Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele <b>“Sangkuriang”.</b></div><div align="justify">Seperti halnya sifat biologi lele dumbo terdahulu, lele Sangkuriang tergolong omnivora. Di alam ataupun lingkungan budidaya, ia dapat memanfaatkan plankton, cacing, insekta, udang-udang kecil dan mollusca sebagai makanannya. Untuk usaha budidaya, penggunaan pakan komersil (pellet) sangat dianjurkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas.</div><div align="justify">Tujuan pembuatan Petunjuk Teknis ini adalah untuk memberikan cara dan teknik pemeliharaan ikan lele dumbo strain Sangkuriang yang dilakukan dalam rangka peningkatan produksi Perikanan untuk meningkatkan ketersediaan protein hewani dan tingkat konsumsi ikan bagi masyarakat Indonesia.</div>Berdasarkan keunggulan lele dumbo hasil perbaikan mutu dan sediaan induk yang ada di BBAT Sukabumi, maka lele dumbo tersebut layak untuk dijadikan induk dasar yaitu induk yang dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan telah dilakukan diseminasi kepada instansi/pembudidaya yang memerlukan. Induk lele dumbo hasil perbaikan ini, diberi nama “Lele Sangkuriang”. Induk lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua (F<sub>2</sub>) dengan induk jantan generasi keenam (F<sub>6</sub>). Induk betina F<sub>2</sub> merupakan koleksi yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F<sub>6 </sub>merupakan sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Induk dasar yang didiseminasikan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina generasi kedua (F<sub>2</sub>) dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama (F<sub>2 6</sub>).<br />
<div align="justify">Budidaya lele Sangkuriang dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1 m – 800 m dpi. Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air budidaya masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas >800 m dpi. Namun bila budidaya dikembangkan dalam skala massal harus tetap memperhatikan tata ruang dan lingkungan sosial sekitarnya artinya kawasan budidaya yang dikembangkan sejalan dengan kebijakan yang dilakukan Pemda setempat.</div><div align="justify">Budidaya lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di kolam tanah, bak tembok atau bak plastik. Budidaya di bak tembok dan bak plastik dapat memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marjinal lainnya.</div><div align="justify">Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumu (air permukaan atau sumur dalam), ataupun air hujan yan sudah dikondisikan terlebih dulu. Parameter kualitas air yan baik untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut:</div><ol><li> <div align="justify">Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32°C. Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air.</div></li>
<li> <div align="justify">pH air yang ideal berkisar antara 6-9.</div></li>
<li> <div align="justify">Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l.</div></li>
</ol><div align="justify">Budidaya ikan lele Sangkuriang dapat dilakukan dalam bak plastik, bak tembok atau kolam tanah. Dalam budidaya ikan lele di kolam yang perlu diperhatikan adalah pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran air.</div><div align="justify">Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi panjang dengan ukuran 100-500 m2. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m dengan kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Pada bagian tengah dasar kolam dibuat parit (kamalir) yang memanjang dari pemasukan air ke pengeluaran air (monik). Parit dibuat selebar 30-50 cm dengan kedalaman 10-15 cm.</div><div align="justify">Sebaiknya pintu pemasukan dan pengeluaran air berukuran antara 15-20 cm. Pintu pengeluaran dapat berupa monik atau siphon. Monik terbuat dari semen atau tembok yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian kotak dan pipa pengeluaran. Pada bagian kotak dipasang papan penyekat terdiri dari dua lapis yang diantaranya diisi dengan tanah dan satu lapis saringan. Tinggi papan disesuaikan dengan tinggi air yang dikehendaki. Sedangkan pengeluaran air yang berupa siphon lebih sederhana, yaitu hanya terdiri dari pipa paralon yang terpasang didasar kolam dibawah pematang dengan bantuan pipa berbentuk “L” mencuat ke atas sesuai dengan ketinggian air kolam.</div>Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan jangan ada yang lolos keluar/masuk.<br />
<b>Pelaksanaan Budidaya</b><br />
Sebelum benih ikan lele ditebarkan di kolam pembesaran, yang perlu diperhatikan adalah tentang kesiapan kolam meliputi:<br />
<table border="1" cellpadding="2" cellspacing="3"><tbody>
<tr> <td width="4%"><div align="center"><b>a.</b></div></td> <td colspan="2" width="96%"><b>Persiapan kolam tanah (tradisional)</b></td> </tr>
<tr> <td width="4%"></td> <td width="9%"></td> <td width="88%"><div align="justify">Pengolahan dasar kolam yang terdiri dari pencangkulan atau pembajakan tanah dasar kolam dan meratakannya. Dinding kolam diperkeras dengan memukul-mukulnya dengan menggunakan balok kayu agar keras dan padat supaya tidak terjadi kebocoran. Pemopokan pematang untuk kolam tanah (menutupi bagian-bagian kolam yang bocor).</div></td> </tr>
<tr> <td width="4%"></td> <td width="9%"></td> <td width="88%"><div align="justify">Untuk tempat berlindung ikan (benih ikan lele) sekaligus mempermudah pemanenan maka dibuat parit/kamalir dan kubangan (bak untuk pemanenan).</div></td> </tr>
<tr> <td width="4%"></td> <td width="9%"></td> <td width="88%"><div align="justify">Memberikan kapur ke dalam kolam yang bertujuan untuk memberantas hama, penyakit dan memperbaiki kualitas tanah. Dosis yang dianjurkan adalah 20-200 gram/m2, tergantung pada keasaman kolam. Untuk kolam dengan pH rendah dapat diberikan kapur lebih banyak, juga sebaliknya apabila tanah sudah cukup baik, pemberian kapur dapat dilakukan sekedar untuk memberantas hama penyakit yang kemungkinan terdapat di kolam.</div></td> </tr>
<tr> <td height="39" width="4%"></td> <td width="9%"></td> <td width="88%"><div align="justify">Pemupukan dengan kotoran ternak ayam, berkisar antara 500-700 gram/m2; urea 15 gram/m2; SP3 10 gram/m2; NH4N03 15 gram/m2.</div></td> </tr>
<tr> <td width="4%"></td> <td width="9%"></td> <td width="88%"><div align="justify">Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasang penyaring</div></td> </tr>
<tr> <td width="4%"></td> <td width="9%"></td> <td width="88%"><div align="justify">Kemudian dilakukan pengisian air kolam.</div></td> </tr>
<tr> <td width="4%"></td> <td width="9%"></td> <td width="88%"><div align="justify">Kolam dibiarkan selama ± 7 (tujuh) hari, guna memberi kesempatan tumbuhnya makanan alami.</div></td> </tr>
<tr> <td width="4%"><div align="center"><b>b. </b></div></td> <td colspan="2" width="96%"><b>Persiapan kolam tembok </b></td> </tr>
<tr> <td width="4%"></td> <td colspan="2" width="96%"><div align="justify">Persiapan kolam tembok hampir sama dengan kolam tanah. Bedanya, pada kolam tembok tidak dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan parit dan bak untuk panen, karena parit dan bak untuk panen biasanya sudah dibuat Permanen.</div></td> </tr>
<tr> <td width="4%"><b>c.</b></td> <td colspan="2" width="96%"><b>Penebaran Benih</b></td> </tr>
<tr> <td width="4%"></td> <td colspan="2" width="96%"><div align="justify">Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan merendamnya didalam larutan KM<sub>5</sub>N0<sub>4</sub> (Kalium permanganat) atau PK dengan dosis 35 gram/m2 selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5-10 menit.</div></td> </tr>
<tr> <td width="4%"></td> <td colspan="2" width="96%"><div align="justify">Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu (perlakuan penyesuaian suhu) dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 35-50 ekor/m2 yang berukuran 5-8 cm.</div></td> </tr>
<tr> <td width="4%"><div align="center"><b>d.</b></div></td> <td colspan="2" width="96%"><b>Pemberian Pakan</b></td> </tr>
<tr> <td width="4%"></td> <td colspan="2" width="96%"><div align="justify">Selain makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu pemberian makanan tambahan berupa pellet. Jumlah makanan yang diberikan sebanyak 2-5% perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam. Pemberian pakan frekuensinya 3-4 kali setiap hari. Sedangkan komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak halus dengan ikan rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat dibuat bentuk pellet.</div></td> </tr>
<tr> <td width="4%"><div align="center"><b>e.</b></div></td> <td colspan="2" width="96%"><b>Pemanenan</b></td> </tr>
<tr> <td width="4%"></td> <td colspan="2" width="96%"><div align="justify">Ikan lele Sangkuriang akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 130 hari, dengan bobot antara 200 – 250 gram per ekor dengan panjang 15 – 20 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan lele akan berkumpul di kamalir dan kubangan, sehingga mudah ditangkap dengan menggunakan waring atau lambit. Cara lain penangkapan yaitu dengan menggunakan pipa ruas bambu atau pipa paralon/bambu diletakkan didasar kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan masuk kedalam ruas bambu/paralon, maka dengan mudah ikan dapat ditangkap atau diangkat. Ikan lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan/happa yang dipasang di kolam yang airnya terus mengalir untuk diistirahatkan sebelum ikan-ikan tersebut diangkut untuk dipasarkan.</div>Pengangkutan ikan lele dapat dilakukan dengan menggunakan karamba, pikulan ikan atau jerigen plastik yang diperluas lubang permukaannya dan dengan jumlah air yang sedikit.</td> </tr>
</tbody></table><div align="justify">Kegiatan budidaya lele Sangkuriang di tingkat pembudidaya sering dihadapkan pada permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembesaran, penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan. Organisme predator yang biasanya menyerang antara lain ular dan belut. Sedangkan organisme pathogen yang sering menyerang adalah <i>Ichthiophthirius </i>sp<i>., Trichodina </i>sp<i>., Monogenea </i>sp<i>. dan Dactylogyrus </i>sp.</div><div align="justify">Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum benih ditanam. Sedangkan penanggulangan belut dapat dilakukan dengan pembersihan pematang kolam dan pemasangan plastik di sekeliling kolam.</div><div align="justify">Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan dapat menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan.</div><div align="justify">Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam dengan baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam tanah, persiapan kolam meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran, pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan bak tembok atau bak plastik, persiapan kolam meliputi pengeringan, disenfeksi (bila diperlukan), pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan kondisi air kolam dapat pula dilakukan dengan penambahan bahan probiotik.</div>Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit, maka hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:<br />
<ul><li> <div align="justify">Pindahkan segera ikan yang memperlihatkan gejala sakit dan diobati secara terpisah. Ikan yang tampak telah parah sebaiknya dimusnahkan.</div></li>
<li> <div align="justify">Jangan membuang air bekas ikan sakit ke saluran air.</div></li>
<li> <div align="justify">Kolam yang telah terjangkit harus segera dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan dosis 1 kg/5 m2. Kapur (CaO) ditebarkan merata didasar kolam, kolam dibiarkan sampai tanah kolam retak-retak.</div></li>
<li> <div align="justify">Kurangi kepadatan ikan di kolam yang terserang penyakit.</div></li>
<li> <div align="justify">Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak terkontaminasi penyakit. Sebelum dipakai lagi sebaiknya dicelup dulu dalam larutan Kalium Permanganat (PK) 20 ppm (1 gram dalam 50 liter air) atau larutan kaporit 0,5 ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air).</div></li>
<li> <div align="justify">Setelah memegang ikan sakit cucilah tangan kita dengan larutan PK</div></li>
<li> <div align="justify">Bersihkan selalu dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organik</div></li>
<li> <div align="justify">Usahakan agar kolam selalu mendapatkan air segar atau air baru.</div></li>
<li> <div align="justify">Tingkatkan gizi makanan ikan dengan menambah vitamin untuk menambah daya tahan ikan.</div></li>
</ul><div align="center"><b>ANALISA USAHA<br />
Pembesaran lele Sangkuriang di bak plastik</b></div><table border="1" cellpadding="2" cellspacing="3"><tbody>
<tr> <td width="6%"><div align="center"><b>1.</b></div></td> <td colspan="7" width="94%"><b>Investasi</b></td> </tr>
<tr> <td width="6%"></td> <td width="6%"><div align="center">a.</div></td> <td colspan="3" width="46%">Sewa lahan 1 tahun @ Rp 1.000.000,-</td> <td width="5%"><div align="center">=</div></td> <td width="7%"><div align="center">Rp</div></td> <td width="29%"><div align="right">1.000.000,-</div></td> </tr>
<tr> <td width="6%"></td> <td width="6%"><div align="center">b.</div></td> <td colspan="3" width="46%">Bak kayu lapis plastik 3 unit @ Rp 500.000,-</td> <td width="5%"><div align="center">=</div></td> <td width="7%"><div align="center">Rp</div></td> <td width="29%"><div align="right">1.500.000,-</div></td> </tr>
<tr> <td width="6%"></td> <td width="6%"><div align="center">c.</div></td> <td colspan="3" width="46%">Drum plastik 5 buah @ Rp 150.000,-</td> <td width="5%"><div align="center">=</div></td> <td width="7%"><div align="center">Rp</div></td> <td width="29%"><div align="right"><u>750.000,-</u></div></td> </tr>
<tr> <td width="6%"></td> <td width="6%"></td> <td colspan="3" width="46%"></td> <td width="5%"></td> <td width="7%"><div align="center"><b>Rp</b></div></td> <td width="29%"><div align="right"><b>3.250.000,-</b></div></td> </tr>
<tr> <td width="6%"><div align="center"><b>2.</b></div></td> <td colspan="7" width="94%"><b>Biaya Tetap</b></td> </tr>
<tr> <td width="6%"></td> <td width="6%"><div align="center">a.</div></td> <td colspan="3" width="46%">Penyusutan lahan Rp 1.000.000,-/1 thn</td> <td width="5%"><div align="center">=</div></td> <td width="7%"><div align="center">Rp</div></td> <td width="29%"><div align="right">1.000.000,-</div></td> </tr>
<tr> <td width="6%"></td> <td width="6%"><div align="center">b.</div></td> <td colspan="3" width="46%">Penyusutan bak kayu lapis plastik Rp 1.500.000,-/2 thn</td> <td width="5%"><div align="center">=</div></td> <td width="7%"><div align="center">Rp</div></td> <td width="29%"><div align="right">750.000,-</div></td> </tr>
<tr> <td width="6%"></td> <td width="6%"><div align="center">c.</div></td> <td colspan="3" width="46%">Penyusutan drum plastik Rp 750.000,-/5 thn</td> <td width="5%"><div align="center">=</div></td> <td width="7%"><div align="center">Rp</div></td> <td width="29%"><div align="right"><u>150.000,-</u></div></td> </tr>
<tr> <td width="6%"></td> <td width="6%"></td> <td colspan="3" width="46%"></td> <td width="5%"></td> <td width="7%"><div align="center"><b>Rp</b></div></td> <td width="29%"><div align="right"><b>1.900.000,-</b></div></td> </tr>
<tr> <td width="6%"><div align="center"><b>3.</b></div></td> <td colspan="4" width="52%"><b>Biaya Variabel</b></td> <td width="5%"></td> <td width="7%"></td> <td width="29%"></td> </tr>
<tr> <td width="6%"></td> <td width="6%"><div align="center">a.</div></td> <td colspan="3" width="46%">Pakan 4800 kg @ Rp 3700</td> <td width="5%"><div align="center">=</div></td> <td width="7%"><div align="center">Rp</div></td> <td width="29%"><div align="right">17.760.000,-</div></td> </tr>
<tr> <td width="6%"></td> <td width="6%"><div align="center">b.</div></td> <td colspan="3" width="46%">Benih ukuran 5-8 cm sebanyak 25.263 ekor @ Rp 80,-</td> <td width="5%"><div align="center">=</div></td> <td width="7%"><div align="center">Rp</div></td> <td width="29%"><div align="right">2.021.052,63</div></td> </tr>
<tr> <td width="6%"></td> <td width="6%"><div align="center">c.</div></td> <td colspan="3" width="46%">Obat-obatan 6 unit @ Rp 50.000,-</td> <td width="5%"><div align="center">=</div></td> <td width="7%"><div align="center">Rp</div></td> <td width="29%"><div align="right">300.000,-</div></td> </tr>
<tr> <td width="6%"></td> <td width="6%"><div align="center">d.</div></td> <td colspan="3" width="46%">Alat perikanan 2 paket @ Rp 100.000,-</td> <td width="5%"><div align="center">=</div></td> <td width="7%"><div align="center">Rp</div></td> <td width="29%"><div align="right">200.000,-</div></td> </tr>
<tr> <td height="23" width="6%"></td> <td width="6%"><div align="center">e.</div></td> <td colspan="3" width="46%">Tenaga kerja tetap 12 OB @ Rp 250.000,-</td> <td width="5%"><div align="center">=</div></td> <td width="7%"><div align="center">Rp</div></td> <td width="29%"><div align="right">3.000.000,-</div></td> </tr>
<tr> <td height="23" width="6%"></td> <td width="6%"><div align="center">f.</div></td> <td colspan="3" width="46%">Lain-lain 12 bin @ Rp 100.000,-</td> <td width="5%"><div align="center">=</div></td> <td width="7%"><div align="center">Rp</div></td> <td width="29%"><div align="right"><u>1.200.000,-</u></div></td> </tr>
<tr> <td height="23" width="6%"></td> <td width="6%"></td> <td colspan="3" width="46%"></td> <td width="5%"></td> <td width="7%"><div align="center"><b>Rp</b></div></td> <td width="29%"><div align="right"><b>24.281.052,63</b></div></td> </tr>
<tr> <td height="23" width="6%"><div align="center"><b>4. </b></div></td> <td colspan="4" width="52%"><div align="left"><b>Total Biaya</b></div></td> <td width="5%"></td> <td width="7%"></td> <td width="29%"></td> </tr>
<tr> <td height="23" width="6%"></td> <td colspan="4" width="52%">Biaya Tetap + Biaya Variabel</td> <td width="5%"></td> <td width="7%"></td> <td width="29%"></td> </tr>
<tr> <td height="23" width="6%"></td> <td width="6%"><div align="center">=</div></td> <td colspan="3" width="46%">Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,63</td> <td width="5%"></td> <td width="7%"></td> <td width="29%"></td> </tr>
<tr> <td height="23" width="6%"></td> <td width="6%"><div align="center">=</div></td> <td colspan="3" width="46%">Rp 26.181.052,63</td> <td width="5%"></td> <td width="7%"></td> <td width="29%"></td> </tr>
<tr> <td height="23" width="6%"><div align="center"><b>5.</b></div></td> <td colspan="7" width="94%"><b>Produksi lele</b> konsumsi 4800 kg x Rp 6000/kg -Rp 28.800.000,</td> </tr>
<tr> <td height="23" width="6%"><div align="center"><b>6. </b></div></td> <td colspan="4" width="52%"><b>Pendapatan</b></td> <td width="5%"></td> <td width="7%"></td> <td width="29%"></td> </tr>
<tr> <td height="23" width="6%"></td> <td colspan="4" width="52%">Produksi - (Biaya tetap + Biaya Variabel)</td> <td width="5%"></td> <td width="7%"></td> <td width="29%"></td> </tr>
<tr> <td height="23" width="6%"></td> <td width="6%"><div align="center">=</div></td> <td colspan="6" width="88%">Rp 28.800.000,- – ( Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,63)</td> </tr>
<tr> <td height="23" width="6%"></td> <td width="6%"><div align="center">=</div></td> <td colspan="3" width="46%">Rp 2.418.947,37</td> <td width="5%"></td> <td width="7%"></td> <td width="29%"></td> </tr>
<tr> <td height="23" width="6%"><div align="center"><b>7.</b></div></td> <td colspan="4" width="52%"><b>Break Event Point (BEP)</b></td> <td width="5%"></td> <td width="7%"></td> <td width="29%"></td> </tr>
<tr> <td height="23" width="6%"></td> <td colspan="2" width="31%">Volume produksi</td> <td width="12%"><div align="center">=</div></td> <td colspan="4" width="51%">4.396,84 kg</td> </tr>
<tr> <td height="23" width="6%"></td> <td colspan="2" width="31%">Harga produksi</td> <td width="12%"><div align="center">=</div></td> <td colspan="4" width="51%">Rp 5.496,05</td> </tr>
</tbody></table><i>Sumber :Buku Budidaya Lele Sangkuriang, Dit. Pembudidayaan, Ditjen Perikanan Budidaya</i>Agrobisnishttp://www.blogger.com/profile/09028064756407590382noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2532569662980250496.post-84218517687528139642011-05-29T17:51:00.000+07:002011-05-29T17:51:04.724+07:00PENGENDALIAN HAMA WERENG COKLAT PADA TANAMAN PADI<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilXqdBMfPay8wmQ0tUV92xDlHQgDCM9U_lcopC3dVzlBJdv1Uo_AGwc7HQsW0AGCks-UPtMmcHSy_Vzu22lQxkGKthYAwEY4OSHMme4zFqw7lI2-0V_S1rUvnK-bTJjXcmrd6X-JeAWd-x/s1600/wereng.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilXqdBMfPay8wmQ0tUV92xDlHQgDCM9U_lcopC3dVzlBJdv1Uo_AGwc7HQsW0AGCks-UPtMmcHSy_Vzu22lQxkGKthYAwEY4OSHMme4zFqw7lI2-0V_S1rUvnK-bTJjXcmrd6X-JeAWd-x/s1600/wereng.jpg" /></a></div><div style="text-align: justify;">Wereng Coklat masih dianggap hama utama pada tanaman padi. Kerusakan akibat serangan hama ini cukup luas dan hampir terjadi pada setiap musim tanam. Secara langsung wereng coklat akan menghisap cairan sel tanaman padi sehingga tanaman menjadi kering dan akhirnya mati. Berikut cara pengendalian hama wereng coklat :</div><div style="text-align: justify;"> <strong>1. </strong><strong>Tanam padi Serempak</strong></div><div style="text-align: justify;">Pola tanam serempak dalam areal yang luas dan tidak dibatasi oleh admisistrasi dapat mengantisipasi penyebaran serangan wereng coklat karena jika serempak, hama dapat berpindah-pindah ke lahan padi yang belum panen. Wereng coklat terbang bermigrasi tidak dapat dihalangi oleh sungai atay lautan.</div><div style="text-align: justify;"><strong> 2. </strong><strong>Perangkap Lampu</strong></div><div style="text-align: justify;">Perangkap lampu merupakan perangkap yang paling umum untuk pemantauan migrasi dan pendugaan populasi serangga yang tertarik pada cahaya, khususnya wereng coklat.</div><div style="text-align: justify;">Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan perangkap lampu antara lain, kekontrasan lampu yang digunakan pada perangkap lampu yang terdapat di sekitarnya. Semakin kontras cahaya lampu yang digunakan maka akan luas jangkauan tangkapannya. Kemampuan serangga untuk menghindari lampu perangkap yang dipasang.</div><div style="text-align: justify;">Perangkap lampu dipasang pada pematang (tempat) yang bebas dari naungan dengan ketinggian sekitar 1,5 meter diatas permukaan tanah. Lampu yang digunakan adalah lampu pijar 40 watt dengan voltase 220 volt. Lampu dinyalakan pada jam 18.00 sampai dengan 06.00 pagi. Agar serangga yang tertangkap tidak terbang lagi, maka pada penampungan serangga yang berisi air ditambahkan sedikit deterjen.</div><div style="text-align: justify;">Keputusan yang diambil setelah ada wereng pada perangkap lampu, yaitu wereng-wereng yang tertangkap dikubur, atau keringkan pertanaman padi sampai retak, dan segera setelah dikeringkan kendalikan wereng pada tanaman padi dengan insektisida yang direkomendasikan.<span id="more-1632"></span></div><div style="text-align: justify;"></div><a name='more'></a> <strong>3. </strong><strong>Tuntaskan pengendalian pada generasi 1</strong><br />
<div style="text-align: justify;">Menurut Baihaki (2011), perkembangan wereng coklat pada pertanaman padi dapat terbagi menjadi 4 (empat) generasi yaitu :</div><div style="text-align: justify;">- generasi 0 (G0) = umur padi 0-20 HST (hari Sesudah Tanam)</div><div style="text-align: justify;">- Generasi 1 (G1) = Umur padi 20-30 HST, wereng coklat akan menjadi imago wereng coklat generasi ke-1</div><div style="text-align: justify;">- Generasi 2 (G2) = Umur padi 30-60 HST, wereng coklat akan menjadi imago wereng coklat generasi ke-2</div><div style="text-align: justify;">- Generasi 3 (G3) = umur padi diatas 60 HST.</div><div style="text-align: justify;"> Pengendalian wereng yang baik yaitu :</div><ol start="1" style="text-align: justify;"><li>Pada saat generasi nol (G0) dan generasi 1 (G1).</li>
<li>Gunakan insektisida berbahan aktif buprofezin, BPMC, fipronil dan imidakloprid.</li>
<li>Pengendalian wereng harus selesai pada generasi ke-1 (G1) atau paling lampat pada generasi ke -2 (G2).</li>
<li>Pengendalian saat generasi ke-3 (G3) atau puso tidak akan berhasil</li>
</ol><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><strong>4. Penggunaan Insektisida</strong></div><ol style="text-align: justify;"><li> Keringkan pertanaman padi sebelum aplikasi insektisida baik yang disemprot atau butiran</li>
<li> Aplikasi insektisida dilakukan saat air embun tidak ada, yaitu antara pukul 08.00 pagi sampai pukul 11.00, dilanjutkan sore hari. Insektisida harus sampai pada batang pagi.</li>
<li>Tepat dosis dan jenis yaitu berbahan aktif buprofezin, BPMC, fipronil dan imidakloprid.</li>
<li>Tepat air pelarut 400-500 liter air per hektar.</li>
</ol><div align="center" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="center" style="text-align: justify;"><strong>Beberapa insektisida yang direkomendasikan untuk menghasilkan hama wereng coklat.</strong></div><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 535px;"><tbody>
<tr> <td valign="top" width="43"> <div style="text-align: center;">No</div></td> <td valign="top" width="108">Nama bahan Aktif</td> <td valign="top" width="144">Nama Produk</td> <td valign="top" width="132">Dosis Pemakaian</td> <td valign="top" width="108">Konsentrasi Pemakaian</td> </tr>
<tr> <td valign="top" width="43">1</td> <td valign="top" width="108">Buprofezin</td> <td valign="top" width="144">BUPROSIDA 100EC</td> <td valign="top" width="132">0,25-0,5 L/ha</td> <td valign="top" width="108">0,5 – ml/L</td> </tr>
<tr> <td valign="top" width="43">2</td> <td valign="top" width="108">BPMC</td> <td valign="top" width="144">SIDABAS 500 EC NAGA 500 EC<br />
BONA 500 EC</td> <td valign="top" width="132">1-2 L/ha 1-2 L/ha<br />
1-2 L/ha</td> <td valign="top" width="108">2 – 4 ml/L 2 – 4 ml/L<br />
2 – 4 ml/L</td> </tr>
<tr> <td valign="top" width="43">3</td> <td valign="top" width="108">Fipronil</td> <td valign="top" width="144">FIPROS 55 SC</td> <td valign="top" width="132">0,5 – 1 L/ha</td> <td valign="top" width="108">1 – 2 ml/L</td> </tr>
<tr> <td valign="top" width="43">4</td> <td valign="top" width="108">Imidaklprid</td> <td valign="top" width="144">TOP DOR 10 WP</td> <td valign="top" width="132">0,125 – 0,25 kg/ha</td> <td valign="top" width="108">0,25 – 0,5 g/l</td> </tr>
</tbody> </table><div style="text-align: justify;"> </div><small></small>Agrobisnishttp://www.blogger.com/profile/09028064756407590382noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2532569662980250496.post-66212385699387302102011-05-26T21:31:00.000+07:002011-05-26T21:31:58.736+07:00Budidaya Mahoni<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7G-A-UigxzsGxY9XLyffcwXLs9hSpbuyZtZp6oi96E1sUHHuvRbPdTGk34uHt2Zt5YuQfd1fXeqXzyaZFFLd_hTDj6cGNeiDwaLQr8hpRKfe62IwbGCGHXC-6h_kGoN-45EAvyzf101v_/s1600/mahoni.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7G-A-UigxzsGxY9XLyffcwXLs9hSpbuyZtZp6oi96E1sUHHuvRbPdTGk34uHt2Zt5YuQfd1fXeqXzyaZFFLd_hTDj6cGNeiDwaLQr8hpRKfe62IwbGCGHXC-6h_kGoN-45EAvyzf101v_/s1600/mahoni.jpg" /></a></div>A. Umum<br />
Acacia mangium termasuk jenis Legum yang tumbuh cepat, tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tinggi dan tidak begitu terpengaruh oleh jenis tanahnya. Kayunya bernilai ekonomi karena merupakan bahan yang baik untuk finir serta perabot rumah yang menarik seperti: lemari, kusen pintu, dan jendela serta baik untuk bahan bakar. Tanaman A. mangium yang berumur tujuh dan delapan tahun menghasilkan kayu yang dapat dibuat untuk papan partikel yang baik.<br />
Faktor yang lain yang mendorong pengembangan jenis ini adalah sifat pertumbuhan yang cepat. Pada lahan yang baik, umur 9 tahun telah mencapai tinggi 23 meter dengan rata-rata kenaikan diameter 2 - 3 meter dengan hasil produksi 415 m3/ha atau rata-rata 46 m3/ha/tahun. Pada areal yang ditumbuhi alang-alang umur 13 tahun mencapai tinggi 25 meter dengan diameter rata-rata 27 cm serta hasil<br />
produksi rata-rata 20 m3/ha/tahun. Kayu A. mangium termasuk dalam kelas kuat III-IV, berat 0,56 - 0,60 dengan nilai kalori rata-rata antara 4800 - 4900 k.cal/kg<br />
<a name='more'></a>B. Keterangan botani<br />
A. mangium termasuk dalam sub famili Mimosoideae, famili Leguminosae dan ordo<br />
Rosales. Pada umumnya A. mangium mencapai tinggi lebih dari 15 meter, kecuali<br />
pada tempat yang kurang menguntungkan akan tumbuh lebih kecil antara 7 - 10<br />
meter.Pohon A. mangium yang tua biasanya berkayu keras, kasar, beralur<br />
longitudinal dan warnanya bervariasi mulai dari coklat gelap sampai terang. Dapat<br />
dikemukakan pula bahwa bibit A. mangium yang baru berkecambah memiliki daun<br />
majemuk yang terdiri dari banyak anak daun. Daun ini sama dengan sub famili<br />
Mimosoideae misalnya Paraseanthes falcataria, Leucaena sp, setelah tumbuh<br />
beberapa minggu A. mangium tidak menghasilkan lagi daun sesungguhnya tetapi<br />
tangkai daun sumbu utama setiap daun majemuk tumbuh melebar dan berubah<br />
menjadi phyllodae atau pohyllocladus yang dikenal dengan daun semu, phyllocladus<br />
kelihatan seperti daun tumbuh umumnya. Bentuknya sederhana tulang daunnya<br />
paralel dan besarnya sekitar 25 cm x 10 cm.<br />
C. Tempat tumbuh<br />
1. Penyebaran. A. mangium tumbuh secara alami di Maluku dengan jenis<br />
Melaleuca leucadendron. Selain itu terdapat pula di pantai Australia bagian<br />
utara, Papua bagian selatan (Fak-fak di Aguada (Babo) dan Tomage (Rokas,<br />
Kepulauan Aru, Maluku dan Seram bagian barat).<br />
2. Persyaratan tempat tumbuh. A. mangium tidak memiliki persyaratan<br />
tumbuh yang tinggi, dapat tumbuh pada lahan miskin dan tidak subur. A.<br />
mangium dapat tumbuh baik pada lahan yang mengalami erosi, berbatu dan<br />
tanah Alluvial serta tanah yang memiliki pH rendah (4,2). Tumbuh pada<br />
ketinggian antara 30 - 130 m dpl, dengan curah hujan bervariasi antara 1.000<br />
mm - 4.500 mm setiap tahun. Seperti jenis pionir yang cepat tumbuh dan<br />
berdaun lebar, jenis A. mangium sangat membutuhkan sinar matahari,<br />
apabila mendapatkan naungan akan tumbuh kurang sempurna dengan<br />
bentuk tinggi dan kurus.<br />
D. Persiapan lapangan<br />
1. Penataan lapangan. Penataan areal penanaman dimaksudkan untuk<br />
mengatur tempat dan waktu, pengawasan serta keperluan pengelolaan hutan<br />
lebih lanjut. Areal dibagi menjadi blok-blok tata hutan dan blok dibagi menjadi<br />
peta-petak tata hutan. Unit-unit ini ditandai dengan patok dan digambar di<br />
atas peta dengan skala 1 : 10.000. Batas-batas blok dapat dipakai berupa<br />
batas alam seperti sungai, punggung bukit atau batas buatan seperti jalan,<br />
patok kayu atau beton.<br />
2. Pembersihan lapangan. Beberapa kegiatan yang dilakukan sebelum<br />
penanaman meliputi :<br />
a. Menebang pohon-pohon sisa dan meninggalkan pohon yang di larang<br />
ditebang<br />
b. Mengumpulkan semak belukar, alang-alang dan rumput-rumputan<br />
c. Sampah-sampah yang telah terkumpul dibakar.<br />
3. Pengolahan tanah. Pengolahan tanah diperlukan pada tanah-tanah yang<br />
padat dengan cara sebagai berikut :<br />
a. Tanah dicangkul sedalam 20 - 25 cm kemudian dibalik<br />
b. Bungkalan-bungkalan tanah dihancurkan, akar-akar dikumpulkan,<br />
dijemur dan dibakar<br />
c. Tanah pada jalur-jalur tanaman dihaluskan dan dibersihkan, kemudian<br />
dibuat lubang tanaman<br />
E. Penanaman dan pemeliharaan.<br />
1. Pengangkutan bibit. Pengangkutan bibit dari persemaian ke lokasi<br />
penanaman harus dilakukan dengan hati-hati agar bibit tidak mengalami<br />
kerusakan selama dalam perjalanan. Bibit yang telah diseleksi dimasukan ke<br />
dalam peti atau keranjang dan disarankan agar bibit tidak ditumpuk. Bibit<br />
disusun rapat hingga tidak bergerak jika dibawa. Jumlah bibit yang diangkut<br />
ke lapangan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan menanam. Bibit<br />
yang diangkut diusahakan bibit yang sehat dan segar. Hindarkan bibit dari<br />
panas matahari dan supaya disimpan di tempat teduh dan terlindung.<br />
2. Waktu penanaman. Penanaman dilakukan setelah hujan lebat pada musim<br />
hujan, yaitu dalam bulan Oktober sampai Januari. Pengamatan mulainya<br />
hujan lebat sangat perlu, karena bibit yang baru ditanam menghendaki<br />
banyak air dan udara lembab. Bibit yang ditanam ke lapangan adalah bibit<br />
yang telah berumur 3-4 bulan di bedeng sapih dengan ukuran tinggi 25-30<br />
cm.<br />
3. Teknik penanaman. Bibit ditanam tegak sedalam leher akar. Apabila<br />
terdapat akar cabang yang menerobos keluar dari tanah dalam kantong<br />
plastik, dipotong aga tidak tertanam terlipat dalam lubang tanaman. Sebelum<br />
ditanam, tanah dalam kantong plastik dipadatkan lalu kantong plastik dibuka<br />
perlahan-lahan, tanah serta bibit di keluarkan baru ditanam. Bibit ditanam<br />
berdiri tegak pada lubang yang telah dibuat pada setiap ajir, kemudian diisi<br />
dengan tanah gembur sampai leher akar. Tanah yang ada di sekelilingnya<br />
ditekan agar menjadi padat.<br />
4. Pemeliharaan. Meliputi kegiatan penyiangan, penyulaman, pendangiran dan<br />
pemupukan, kegiatan pemeliharaan dilakukan tiga bulan sekali selama 2<br />
tahun stelah penanaman di lapangan.<br />
a. Penyiangan. Kegiatan ini bertujuan untuk membebaskan tanaman<br />
pokok dan belukar dan tumbuhan pengganggu lainnya. Oleh karena itu<br />
penyiangan dilakukan terutama pada tahun pertama dan kedua.<br />
Penyiangan dikerjakan sepanjang kiri-kanan larikan tanaman selebar<br />
50 cm.<br />
b. Penyulaman. Penyulaman dilakukan pada tahun pertama selama<br />
musim hujan. Tanaman yang mati atau merana disulam dengan bibit<br />
dari persemaian dan diulang selama hujan masih cukup. Apabila lahan<br />
di sekitar tanaman sangat terbuka maka dapat diberi mulsa.<br />
c. Pendangiran. Kegiatan ini dilaksanakan bersama dengan penyiangan<br />
di mana tanah di sekitar tanaman akan digemburkan lebih kurang<br />
seluas lubang tanam<br />
d. Pemupukan. Pemupukan diberikan setelah dilakukan penyiangan dan<br />
pendangiran, pupuk ditaburkan di sekeliling tanaman Akasia mengikuti<br />
alur lubang tanaman dan ditimbun tanah. Pupuk yang digunakan dapat<br />
merupakan campuran yang membentuk kandungan NPK dapat pula<br />
digunakan urea; TSP; KCL dengan perbandingan 1 : 2 : 1. Pemberian<br />
pupuk disesuaikan dengan pengalaman dalam pemberian pupuk.<br />
5. Hama dan penyakit. Adanya semut (Componotus sp) dan rayap<br />
(Coptotermes sp) yang membuat sarang pada bagian dalam kayu A.<br />
mangium, mengakibatkan menurunnya kualitas kayu. Dari hasil pengamatan<br />
didapatkan A. mangium terserang oleh Xystrocera sp. famili Cerambicidae<br />
yang biasa menggerek kayu Paraserianthes falcataria, selain itu sejenis ulat<br />
belum diketahui jenisnya telah menyebabkan gugurnya daun A. mangium.<br />
Beberapa jensi serangga A. mangium :<br />
a. Ropica grisepsparsa, menyerang bagian batang<br />
b. Platypus sp, menyerang bagian batang<br />
c. Xylosandrus semipacus, menyerang bagian batang<br />
d. Pterotama plagiopheles, menyerang daun.<br />
e. Ulat pelipat daun, menyerang daun.<br />
Pengguguran daun pada anakan A. mangium disebabkan oleh Hyponeces<br />
squamosus tetapi pohon dapat tumbuh kembali. Seperti pada Acacia yang<br />
lain, A. mangium juga muda terserang oleh hama terutama pada masa<br />
sapihan dan anakan.Agrobisnishttp://www.blogger.com/profile/09028064756407590382noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2532569662980250496.post-36768510070184966032011-05-26T21:02:00.000+07:002011-05-26T21:02:47.817+07:00Budidaya Hamster<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaV5xFzkdBmWaSgOky6CXsEOhHLNLwCoLCw_GtkxX-3-63YUnV8BdaLOKKV3HOEY6S9ZXqucPglmCutUd3gV2xI8sDYDFqAik-ecC6iIgthzDqzS74e3JLZYMri-P-SSZqkwnU8IxT2lcV/s1600/hamster.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaV5xFzkdBmWaSgOky6CXsEOhHLNLwCoLCw_GtkxX-3-63YUnV8BdaLOKKV3HOEY6S9ZXqucPglmCutUd3gV2xI8sDYDFqAik-ecC6iIgthzDqzS74e3JLZYMri-P-SSZqkwnU8IxT2lcV/s1600/hamster.jpg" /></a></div>Deskripsi <br />
Hamster termasuk jenis binatang pengerat. Ada beberapa jenis hamster yang tersebar diseluruh dunia, salah satunya adalah Hamster Siria (Syrian Hamster) yang paling umum dikenal dan Hamster Kerdil Rusia (Dwarf Cambell Russia).<br />
<br />
Ia adalah binatang malam, yang tidur di siang hari dan aktif di sore dan malam hari, namun jika hamster sudah terbiasa diajak main pada pagi hari, kemungkinan pola tidurnya akan mengikuti si pemilik (jika pemilik sering bermain dengan hamsternya). Pandangan matanya jelek, tetapi penciuman dan pendengarannya tajam.<br />
<br />
Ia mempunyai kantong pipi yang dapat mengembang, dimana ia menyimpan makanan yang akan dibawa ke sarangnya.<br />
<br />
Hamster Siria berasal dari padang pasir di Timur Tengah dimana ia hidup dalam liang-liang dalam bukit-bukit pasir. Jenis ini paling umum dipelihara karena dapat dipegang oleh anak kecil dengan mudah. Binatang dewasa berukuran panjang 17-22 cm. Umumnya jenis ini jinak terhadap manusia, tetapi tidak terhadap jenis hamster lainnya. Karena itu jika hendak memelihara hamster jenis ini, harus ditempatkan dalam satu kandang terpisah dengan hamster lainnya, karena kemungkinan besar akan menyerang hamster yang lain jika ditempatkan dalam satu kandang bersamaan.<span class="fullpost"><code></code><br />
<a name='more'></a><br />
Hamster Kerdil Campbell Rusia berasal dari padang rumput Asia Tengah (Rusia, Mongolia dan bagian barat laut Cina).<br />
<br />
Binatang dewasa berukuran panjang 10-12 cm, yang betina sedikit lebih panjang daripada yang jantan. Umur rata-ratanya 2 - 2 ½ tahun, meskipun ia dapat hidup sedikit lebih lama.<br />
<br />
Dibanyak negara (terutama di Amerika dan Eropa), hamster kini menjadi binatang peliharaan kecil yang sangat populer.<br />
<br />
<br />
Pemeliharaan<br />
Hamster dipelihara di dalam kandang, yang terbuat dari kawat atau aquarium kaca. Karena giginya tajam, kayu atau bambu tidak tepat digunakan. Lantai kandang perlu dilapisi dengan serutan gergaji atau sekam padi yang dapat menyerap air kencingnya. Carikan-carikan kertas dapat disediakan sebagai sarangnya. Ia akan menimbun makanan dan menaruh bayi (jika ada) di sarang ini.<br />
<br />
Hamter adalah binatang yang menyukai kebersihan. Jika kandang cukup besar, ia akan menggunakan satu sudut kandang sebagai WC dan sudut yang lain sebagai sarang.<br />
<br />
<br />
Makanan<br />
Makanan hamster pada umumnya adalah biji-bijian (beras/nasi, roti, jagung) dan sayuran (seperti wortel, timun dan buncis), namun jangan jadikan sebagai bahan utama. Binatang kecil ini tetap membutuhkan gizi yang cukup, dan dapat diperoleh melalui makanan kemasan yang sudah lengkap gizinya. Makanan protein tinggi seperti daging atau susu, juga penting terutama ketika bayi-bayi dalam masa pertumbuhan atau pada ibu hamster yang sedang hamil atau sedang mempunyai bayi Jika makanan cukup mengandung cairan, air minum tidak diperlukan.<br />
<br />
Hamster mempunyai kantong di pipinya dimana ia mengumpulkan makanan. Ia menekan makanan ke dalam kantong yang akan mengembang dan membawanya ke sarang. Disini makanan dikeluarkan untuk ditimbun. Lapisan dalam kantong pipi ini sangat halus, sehingga makanan yang tajam dapat melukainya.<br />
<br />
<br />
Pembiakan<br />
Hamster mempunyai bayi rata-rata 8 . Tetapi ia dapat melahirkan sampai 16 bayi sekaligus (Syrian Hamster).<br />
<br />
Pada umumnya ia mulai melahirkan sesudah berumur 3-4 bulan, meskipun kadang-kadang ada juga yang mulai melahirkan pada umur 1 bulan, namun tidak dianjurkan hamster yang berusia kurang dari 4 bulan untuk melahirkan, karena dapat menyebabkan cacat pada anak hamster, ataupun dapat mengakibatkan kematian bagi ibu dan anak hamster. Makanan yang jelek (misalnya kurang protein) akan mengakibatkan si ibu mencari protein tambahan dengan memakan bayinya sendiri (kanibal), atau lingkungan yang tidak mendukung (lingkungan yang berisik) membuat si induk merasa tidak nyaman/stress dapat menyebabkan induk memakan anaknya..</span>Agrobisnishttp://www.blogger.com/profile/09028064756407590382noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-2532569662980250496.post-20359345097565579702011-05-21T11:10:00.001+07:002011-05-21T11:13:42.181+07:00Budidaya Ganyong<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfqAioUhl2L7ir73wVASH-KuXDIGXSSh29O-yg0O_rf01FxQG_2o50s9liZmBuBHzWWigW6kRuR-d1_8tJcCTul-wbEqwqRs606vsQpt8uX1yHIAF25UmxM7zUqis5dhGrlb1rwcv4mxLj/s1600/ganyong.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfqAioUhl2L7ir73wVASH-KuXDIGXSSh29O-yg0O_rf01FxQG_2o50s9liZmBuBHzWWigW6kRuR-d1_8tJcCTul-wbEqwqRs606vsQpt8uX1yHIAF25UmxM7zUqis5dhGrlb1rwcv4mxLj/s200/ganyong.jpg" width="200" /></a></div><div class="MsoBodyTextIndent3" style="line-height: 150%; margin-left: 27pt; text-align: left; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Verdana;"> Desekripsi</span></div><div class="MsoBodyTextIndent3" style="line-height: 150%; margin-left: 27pt; text-align: left; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Verdana;">Ganyong adalah tanaman yang cukup potensial sebagai sumber karbohidrat, maka sudah sepatutnya dikembangkan. </span><span style="font-family: Verdana;">Hasilnya selain dapat digunakan untuk penganekaragaman menu rakyat, juga mempunyai aspek yang penting sebagai bahan dasar industri.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt 27pt;"><span style="font-family: Verdana;">Ganyong (<i>Canna edulis</i> Kerr) adalah tanaman herba yang berasal dari Amerika Selatan. Rhizoma atau umbinya bila sudah dewasa dapat dimakan dengan mengolahnya terlebih dahulu, atau untuk diambil patinya. Saat panen umbi, sangat tergantung dari daerah tempat menanamnya. Di dataran rendah sudah bisa dipanen pada umur 6 - 8 bulan, sedang di daerah yang hujannya sepanjang tahun, waktu panennya lebih lama, yaitu pada umur 15 - 18 bulan. Dewasanya umbi biasanya ditandai dengan menguningnya batang dan daun tanaman.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt 27pt;"></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt 27pt;"></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt 27pt;"></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt 27pt;"></div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt 27pt; text-indent: -27pt;"><b><span style="font-family: Verdana;"><a name='more'></a>PENGENALAN TANAMAN GANYONG</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 27pt; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Verdana;">Ganyong adalah tanaman umbi-umbian yang termasuk dalam tanaman dwi tahunan (2 musim) atau sampai beberapa tahun, hanya saja dari satu tahun ke tahun berikutnya mengalami masa istirahat, daun-daunnya mengering lalu tanamannya hilang sama sekali dari permukaan tanah. </span><span style="font-family: Verdana;">Pada musim hujan tunas akan keluar dari mata-mata umbi atau rhizomanya. Ganyong sering dimasukkan pada tanaman umbi-umbian, karena orang bertanam ganyong biasanya untuk diambil umbinya yang kaya akan karbohidrat, yang disebut umbi disini sebenarnya adalah rhizoma yang merupakan batang yang tinggal didalam tanah. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan, tapi sekarang tanaman ini telah tersebar dari Sabang sampai Merauke. Terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali, tanaman ini telah diusahakan penduduk walaupun secara sampingan. Ganyong mereka tanam sebagai tanaman sela bersama jagung sesudah panen padi gogo. Umbi yang dipanennya dibuat tepung, ternyata hasil penjualan tepung ini dapat menambah penghasilan penduduk yang sangat berarti.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 27pt;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 27pt;"></div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 45pt; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: Verdana;">Taksonomi </span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 45pt;"><span style="font-family: Verdana;">Tanaman ganyong yang banyak tumbuh di daerah tropis ini, termasuk dalam :</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 45pt;"><span style="font-family: Verdana;">Divisi : Spermatophyta</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 45pt;"><span style="font-family: Verdana;">Sub Divisi : Angiospermae</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 45pt;"><span style="font-family: Verdana;">Kelas : Monocotyledoneae</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 45pt;"><span style="font-family: Verdana;">Ordo : Zingeberales</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 45pt;"><span style="font-family: Verdana;">Famili : Cannaceae</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 45pt;"><span style="font-family: Verdana;">Genus : Canna</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 45pt;"><span style="font-family: Verdana;">Spesies : <i>Canna edulis </i>Ker.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 45pt;"><span style="font-family: Verdana;">Tanaman ini tetap hijau sepanjang hidupnya. </span><span style="font-family: Verdana;">Warna batang, daun dan pelepahnya tergantung pada varietasnya, begitu pula warna sisik umbinya. Tingginya 0,9- 1,8 meter. Sedang apabila diukur lurus, panjang batangnya bisa mencapai 3 meter. Panjang batang dalam hal ini diukur mulai dari ujung tanaman sampai ujung rhizoma atau sering disebut dengan umbi.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"></div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 45pt; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: Verdana;">Morfologi</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 45pt;"><span style="font-family: Verdana;">Bentuk tanaman ganyong adalah berumpun dan merupakan tanaman herba, semua bagian vegetatif yaitu batang, daun serta kelopak bunganya sedikit berlilin. Tanaman ini tetap hijau disepanjang hidupnya, di akhir hidupnya, dimana umbi telah cukup dewasa, daun dan batang mulai mengering. Keadaan seperti ini seakan-akan menunjukkan bahwa tanaman mati, padahal tidak. Karena bila hujan tiba maka rimpang atau umbi akan bertunas dan membentuk tanaman lagi.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 45pt;"><span style="font-family: Verdana;">Tinggi tanaman ganyong antara 0.9 - 1,8 meter. Bahkan di Queensland dapat mencapai 2,7 meter. Sedang untuk daerah Jawa, tinggi tanaman ganyong umumnya 1,35 – 1,8 meter. Apabila diukur lurus, maka panjang batang bisa mencapai 3 meter. Panjang batang dalam hal ini di ukur mulai dari ujung tanaman sampai ujung rhizoma atau yang sering disebut dengan umbi.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 45pt;"><span style="font-family: Verdana;">Apabila diperhatikan ternyata warna batang, daun, pelepah daun dan sisik umbinya sangat beragam. </span><span style="font-family: Verdana;">Adanya perbedaan warna ini menunjukkan varietasnya.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 45pt;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: Verdana;">1) Daun</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Verdana;">Tanaman ganyong daunnya lebar dengan bentuk elip memanjang dengan bagian pangkal dan ujungnya agak runcing. Panjang daun 15 - 60 sentimeter, sedangkan lebarnya 7 - 20 sentimeter. Di bagian tengahnya terdapat tulang daun yang tebal. Warna daun beragam dari hijau muda sampai hijau tua. Kadang-kadang bergaris ungu atau keseluruhannya ungu. Demikian juga dengan pelepahnya ada yang berwarna ungu dan hijau.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><b><span style="font-family: Verdana;"> 2) Bunga</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Verdana;">Ukuran bunga ganyong yang biasa diambil umbinya relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan ganyong hias atau yang sering disebut dengan bunga kana yaitu <i>Canna coccinae, Canna hybrida, Canna indica </i>dan lain-lainnya.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt;"><span style="font-family: Verdana;">Warna bunga ganyong ini adalah merah oranye dan pangkalnya kuning dengan benangsari tidak sempurna. Jumlah kelopak bunga ada 3 buah dan masing-masing panjangnya 5 sentimeter.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><span style="font-family: Verdana;"> <b> </b></span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: Verdana;">3) Buah </span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Verdana;">Tanaman ganyong juga berbuah, namun tidak sempurna dan berentuk. Buah ini terdiri dari 3 ruangan yang berisi biji berwarna hitam sebanyak 5 biji per ruang. </span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: Verdana;">4) Umbi</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 63pt; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Verdana;">Tanaman ganyong berumbi besar dengan diameter antara 5 - 8,75 cm dan panjangnya 10 - 15 cm, bahkan bisa mencapai 60 cm, bagian tengahnya tebal dan dikelilingi berkas-berkas sisik yang berwarna ungu atau coklat dengan akar serabut tebal. Bentuk umbi beraneka ragam, begitu juga komposisi kimia dan kandungan gizinya. Perbedaan komposisi ini dipengaruhi oleh umur, varietas dan tempat tumbuh tanaman.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: Verdana;">c. Varietas Ganyong </span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 6pt 36pt; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Verdana;"> </span><span style="font-family: Verdana;">Di Indonesia dikenal dua kultivar atau varietas ganyong, yaitu <i>ganyong merah</i> dan <i>ganyong putih</i>. Ganyong merah ditandai dengan warna batang, daun dan pelepahnya yang berwarna merah atau ungu, sedang yang warna batang, daun dan pelepahnya hijau dan sisik umbinya kecoklatan disebut dengan ganyong putih. Dari kedua varietas tersebut mempunyai beberapa berbedaan sifat, sebagai berikut : </span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%;"><b><span style="font-family: Verdana;"> Ganyong Merah </span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">Batang lebih besar</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">Agak tahan kena sinar dan tahan kekeringan</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">Sulit menghasilkan biji</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">Hasil umbi basah lebih besar tapi kadar patinya rendah</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">Umbi lazim dimakan segar (direbus)</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt;"><b><span style="font-family: Verdana;">Ganyong Putih</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">Lebih kecil dan pendek </span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">Kurang tahan kena sinar tetapi tahan kekeringan</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">Selalu menghasilkan biji dan bisa diperbanyak menjadi anakan tanaman </span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">Hasil umbi basah lebih kecil, tapi kadar patinya tinggi</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">Hanya lazim diambil patinya.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Verdana;">Daerah yang telah membudidayakan ganyong secara insentif adalah daerah pegunungan Andes (Amerika Selatan). </span><span style="font-family: Verdana;">Didaerah ini dikenal dua varietas ganyong yaitu <b>verdes</b> dan <b>morados</b>. Verdes mempunyai umbi berwarna putih dengan daun hijau terang, sedangkan umbi morados tertutup sisik yang berwarna ungu.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Verdana;">Tanaman ini dibudidayakan secara teratur di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur Pembudidayaan tidak teratur meliputi daerah D.I. Yogyakarta, Jambi, Lampung dan Jawa Barat. Sedangkan di Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Maluku, tanaman ini belum dibudidayakan dan masih merupakan tumbuhan liar dipekarangan dan dipinggir-pinggir hutan. Pada umumnya para petani yang telah membudidayakan tanaman ganyong tersebut melakukan penyiangan, pembumbunan tetapi belum melaksanakan pemberantasan hama/penyakit. Usaha pemupukan hanya di Jawa Barat, Jawa Timur, D.I. Yogyakarta dan Sulawesi Tengah. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang yang dicampur dengan sampah. Rincian tingkat pemeliharaan tanaman ganyong dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Tabel 6. Tingkat Pemeliharaan Tanaman Ganyong (%) </span></div><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; border: medium none; margin-left: 5.4pt; width: 504px;"><tbody>
<tr><td style="border-color: windowtext windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: solid solid none; border-width: 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 104.4pt;" valign="top" width="139"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Propinsi</span></div></td><td style="border-color: windowtext windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: solid solid none none; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 84.6pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Budidaya</span></div></td><td style="border-color: windowtext windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: solid solid none none; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Budidaya</span></div></td><td style="border-color: windowtext windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: solid solid none none; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 108pt;" valign="top" width="144"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Tumbuhan</span></div></td></tr>
<tr><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 104.4pt;" valign="top" width="139"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 84.6pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Teratur</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">tidak teratur</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 108pt;" valign="top" width="144"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">liar </span></div></td></tr>
<tr><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 104.4pt;" valign="top" width="139"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">1. Jawa Barat</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 84.6pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">10</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">90</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 108pt;" valign="top" width="144"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">-</span></div></td></tr>
<tr><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 104.4pt;" valign="top" width="139"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">2. Jawa Tengah</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 84.6pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">100</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 108pt;" valign="top" width="144"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">-</span></div></td></tr>
<tr><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 104.4pt;" valign="top" width="139"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">3. Jawa Timur</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 84.6pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">83</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">17</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 108pt;" valign="top" width="144"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">-</span></div></td></tr>
<tr><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 104.4pt;" valign="top" width="139"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">4. D.I. Yogya</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 84.6pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">100</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 108pt;" valign="top" width="144"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0 </span></div></td></tr>
<tr><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid; border-width: medium 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 104.4pt;" valign="top" width="139"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">5. Sumatera Barat</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 84.6pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 108pt;" valign="top" width="144"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">100 di pekarangan,</span></div></td></tr>
<tr><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 104.4pt;" valign="top" width="139"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 84.6pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 108pt;" valign="top" width="144"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;"> pinggir hutan</span></div></td></tr>
<tr><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid; border-width: medium 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 104.4pt;" valign="top" width="139"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">6. Jambi</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 84.6pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">100</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 108pt;" valign="top" width="144"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">100 di pekarangan</span></div></td></tr>
<tr><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 104.4pt;" valign="top" width="139"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 84.6pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 108pt;" valign="top" width="144"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">dipnggir hutan</span></div></td></tr>
<tr><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 104.4pt;" valign="top" width="139"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">7. Riau</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 84.6pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 108pt;" valign="top" width="144"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">100 dipekarangan</span></div></td></tr>
<tr><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 104.4pt;" valign="top" width="139"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 84.6pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 108pt;" valign="top" width="144"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">pinggir2 sungai</span></div></td></tr>
<tr><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 104.4pt;" valign="top" width="139"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">8. Lampung</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 84.6pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">10</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">90</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 108pt;" valign="top" width="144"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td></tr>
<tr><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid; border-width: medium 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 104.4pt;" valign="top" width="139"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">9. Kalsel</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 84.6pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 108pt;" valign="top" width="144"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Banyak terdapat di</span></div></td></tr>
<tr><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid; border-width: medium 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 104.4pt;" valign="top" width="139"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 84.6pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 108pt;" valign="top" width="144"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">pinggiran jl. Raya</span></div></td></tr>
<tr><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid; border-width: medium 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 104.4pt;" valign="top" width="139"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 84.6pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 108pt;" valign="top" width="144"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">100 liar di lading</span></div></td></tr>
<tr><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 104.4pt;" valign="top" width="139"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 84.6pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 108pt;" valign="top" width="144"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">belum dikenal</span></div></td></tr>
<tr><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 104.4pt;" valign="top" width="139"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">10. Sultra</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 84.6pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">2,5</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 108pt;" valign="top" width="144"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;"> -</span></div></td></tr>
<tr><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid; border-width: medium 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 104.4pt;" valign="top" width="139"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">11. Sulsel</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 84.6pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 108pt;" valign="top" width="144"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">100 pinggir kebun</span></div></td></tr>
<tr><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 104.4pt;" valign="top" width="139"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 84.6pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 108pt;" valign="top" width="144"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">dekat rumah</span></div></td></tr>
<tr><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 104.4pt;" valign="top" width="139"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">12. Sulteng</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 84.6pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">20</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 108pt;" valign="top" width="144"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">80 di hutan & ladang</span></div></td></tr>
<tr><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 104.4pt;" valign="top" width="139"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">13. Maluku</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 84.6pt;" valign="top" width="113"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">100</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 108pt;" valign="top" width="144"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;"> -</span></div></td></tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -54pt;"><span style="font-family: Verdana;">Tabel 7. Beberapa Perlakuan Budidaya dan Tingkat Pemeliharaan Tanaman Ganyong</span></div><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; border: medium none; margin-left: 5.4pt;"><tbody>
<tr><td style="border-color: windowtext windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: solid solid none; border-width: 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: windowtext windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: solid solid none none; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Jarak tanam</span></div></td><td style="border-color: windowtext windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: solid solid none none; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Rata-rata</span></div></td><td colspan="4" style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 225pt;" valign="top" width="300"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Tingkat pemeliharaan (%)</span></div></td></tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;"><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid; border-width: medium 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Propinsi</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;"> </span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Hasil</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Menyiang</span></div></td><td style="border-color: windowtext windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: solid solid none none; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 54pt;" valign="top" width="72"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Membum</span></div></td><td style="border-color: windowtext windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: solid solid none none; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Memupuk</span></div></td><td style="border-color: windowtext windowtext -moz-use-text-color -moz-use-text-color; border-style: solid solid none none; border-width: 1pt 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Membrantas</span></div></td></tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;"><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid; border-width: medium 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Kg/rumpun</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 54pt;" valign="top" width="72"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Bun</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">OPT</span></div></td></tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;"><td style="border: 1pt solid windowtext; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">1. Jawa Barat</span></div></td><td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Tak teratur</span></div></td><td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">2 kg/rp</span></div></td><td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">20</span></div></td><td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 54pt;" valign="top" width="72"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">40</span></div></td><td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">20</span></div></td><td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td></tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;"><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">2. Jawa Tengah</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0,5 x 0,5 m</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0,25 kg/rp</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">100</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 54pt;" valign="top" width="72"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">100</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td></tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;"><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid; border-width: medium 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">3. Jawa Timur</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 54pt;" valign="top" width="72"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td></tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;"><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid; border-width: medium 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;"> 50 x50 cm</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Teratur 83%</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">3,4 kg/rp</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">100</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 54pt;" valign="top" width="72"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">06,6</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">100</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td></tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;"><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;"> 60x60 cm</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Tak teratur 17%</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 54pt;" valign="top" width="72"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td></tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;"><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid; border-width: medium 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">4. DI Yogya</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Tak teratur</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">3,1 kg/rpm</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">100</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 54pt;" valign="top" width="72"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">100</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">60 (pupuk</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td></tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;"><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid; border-width: medium 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 54pt;" valign="top" width="72"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">kandang</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td></tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;"><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 54pt;" valign="top" width="72"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">+ sampah)</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td></tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;"><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">5. Sumbar</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">-</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">-</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">-</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 54pt;" valign="top" width="72"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">-</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">-</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">-</span></div></td></tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;"><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">6. Jambi</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Tak teratur</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">1 kg/ph</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">84,4</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 54pt;" valign="top" width="72"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">84,4</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td></tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;"><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">7. Riau</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Tak teratur</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0,45kg/rpm</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 54pt;" valign="top" width="72"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td></tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;"><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">8. Lampung</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Tak teratur</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">4-5 kg/rpm</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 54pt;" valign="top" width="72"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td></tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;"><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">9. Kalsel</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">-</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">-</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">-</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 54pt;" valign="top" width="72"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">-</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">-</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td></tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;"><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid; border-width: medium 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">10. Sultra</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">30 x 30 cm</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0,5 kg/bt</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">2,5</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 54pt;" valign="top" width="72"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">2,5</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">-</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0 (tanaman ini</span></div></td></tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;"><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid; border-width: medium 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">50 x 50 cm</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 54pt;" valign="top" width="72"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">belum banyak</span></div></td></tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;"><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 54pt;" valign="top" width="72"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">dikenal)</span></div></td></tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;"><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid; border-width: medium 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">11. Sulteng</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Tak teratur</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">1 kg/ph</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">2,5</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 54pt;" valign="top" width="72"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">2,5</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">2,5</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td></tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;"><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid; border-width: medium 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">(rumpun)</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 54pt;" valign="top" width="72"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">(abu/pupuk</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid none none; border-width: medium 1pt medium medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td></tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;"><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 54pt;" valign="top" width="72"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Kandang)</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"></div></td></tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;"><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">12. Sulsel</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Tak teratur</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">50</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 54pt;" valign="top" width="72"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td></tr>
<tr style="page-break-inside: avoid;"><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">13. Maluku</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 72pt;" valign="top" width="96"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">-</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">-</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">-</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 54pt;" valign="top" width="72"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">-</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">-</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 63pt;" valign="top" width="84"><div class="MsoNormal" style="line-height: 16pt; margin: 0cm -5.4pt 0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">-</span></div></td></tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 27pt; text-indent: -27pt;"><b><span style="font-family: Verdana;">III. BUDIDAYA TANAMAN GANYONG </span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: 36pt;"><img align="left" alt="" height="204" hspace="12" src="file:///C:/DOCUME%7E1/PPAR_2/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image002.jpg" width="186" /></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Verdana;">Ganyong bukanlah tanaman yang manja, karena tanaman ini tahan terhadap naungan, dapat tumbuh di segala jenis tanah dan iklim. </span><span style="font-family: Verdana;">Tanaman ini tidak membutuhkan syarat yang berat untuk pertumbuhannya. Hanya saja bila menginginkan hasil panen tinggi, harus diperhatikan sifat dan lingkungan hidupnya.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: Verdana;">A. </span></b><b><span style="font-family: Verdana;">Tempat Tumbuh</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: 45pt;"><span style="font-family: Verdana;">Seperti telah disebutkan di atas, tanaman ganyong tidak memerlukan syarat-syarat iklim tertentu yang sulit untuk dipenuhi. Hanya saja tanaman ini tidak tahan di daerah yang anginnya kuat, karena ganyong merupakan tanaman herba atau terna hingga mempunyai batang yang rapuh dan tidak tahan terhadap serangan angin. Pada daerah berangin kuat, tanaman ini sangat memerlukan lajur-lajur pelindung untuk mempertahankan hidupnya. Meskipun ganyong toleran terhadap suhu udara tapi umumnya tanaman ini baru akan tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 - 250 meter dpl. Tetapi hal ini tidak mutlak, karena di Hawai tanaman ini justru berproduksi maksimal pada daerah yang mempunyai ketinggian dibawah 450 meter dpl sementara di Peru, di daerah dengan ketinggian di atas 2.550 meter dpl, ganyong masih mampu tumbuh subur.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"></div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: Verdana;">Suhu</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt;"><span style="font-family: Verdana;">Pertumbuhan ganyong di daerah tropis sangat baik sekali. Di daerah yang sangat dingin tanaman ini juga dapat hidup, tetapi proses pembentukan umbi untuk menuju dewasa cukup lama. Di daerah yang suhu udaranya pada siang hari sangat tinggi dan pada malam harinya sangat rendah, tanaman inipun mampu hidup dan berkembang biak dengan baik. Misalnya di daerah Aparimacgorge/Peru yang pada siang hari bersuhu 32<sup>0</sup>C dan pada malam hari cuma 7<sup>0</sup>C. </span><span style="font-family: Verdana;">Kenyataannya tanaman ganyong tersebar luas di daerah tersebut.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"></div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: Verdana;">Curah Hujan</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt;"><span style="font-family: Verdana;">Curah hujan merupakan salah satu syarat untuk menunjang kehidupan suatu tanaman. Tanaman ganyong memerlukan curah hujan yang sedang-sedang saja, tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu rendah, sehingga tanaman ini dapat hidup dengan baik di musim kemarau atau didaerah kering. Misalnya di Hawai yang curah hujan tahunannya hanya 112 cm, tanaman mampu tumbuh dengan baik dan hasilnya sangat memuaskan.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt;"><span style="font-family: Verdana;">Jumlah embun juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman ini. Embun yang terlalu banyak sering mengakibatkan kelainan pada pertumbuhan daun dan merusak perkembangan umbinya.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"></div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: Verdana;">Tanah</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt;"><span style="font-family: Verdana;">Setiap tanaman memang menghendaki jenis-jenis tanah tertentu. Tidak demikian halnya dengan tanaman ganyong, yang dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Hanya di jenis tanah liat berat sajalah tanaman akan tumbuh kurang baik, karena sistem drainase pada tanah jenis ini biasanya jelek. Bila terpaksa harus ditanam pada jenis tanah ini, maka drainasenya harus dibuat memadai. Drainase yang memadai dapat di tempuh dengan cara membuat saluran-saluran air atau ditanam dengan sistem guludan.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt;"><span style="font-family: Verdana;">Apabila ingin mendapatkan hasil yang optimal, maka sebaiknya ganyong ditanam pada tanah-tanah lempung berpasir yang kaya humus.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: Verdana;">B. Pemilihan Bibit</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Verdana;">Tanaman ganyong dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Secara generatif yaitu dengan menggunakan bijinya, namun sangat jarang dilakukan petani kecuali oleh peneliti, dimana jumlah bijinya relatif sedikit dan umur lebih lama. Perbanyakan yang dilakukan petani adalah dengan vegetatif yang menggunakan umbi berukuran sedang dengan tunas 1 - 2. Kebutuhan bibit per hektarnya <u>+</u> 2 ton. Untuk mencegah kerusakan bibit akibat penyakit busuk umbi sebelum ditanam dapat dilakukan pencelupan bibit pada larutan CuSO4 10 %.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"></div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: Verdana;">Pengolahan Tanah</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt;"><b><span style="font-family: Verdana;">Alat-alat yang diperlukan </span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Verdana;">Alat-alat yang digunakan dalam mengolah tanah untuk bertanaman ganyong sangat sedikit sekali, ini karena ganyong tidak ditanaman di lumpur seperti halnya padi. Jadi alat-alat yang digunakan cukup ganco atau garpu dan cangkul. Bila dilahan yang akan ditanami masih terdapat semak-semak, maka sabit juga diperlukan untuk membersihkan semak tersebut.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt;"><b><span style="font-family: Verdana;">Teknik Pengolahan Tanah</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Verdana;">Pada musim kemarau tanah sebaiknya diganco dulu. Pada saat ini tanah terbalik dan rumput-rumput terbenam di dalam tanah. Selanjutnya rumput ini akan membusuk dan menjadi bunga tanah. Setelah hujan tiba, tanah segera dicangkul dan diratakan. Pengerjaan pengolahan tanah tersebut mengakibatkan tanah menjadi gembur sehingga air dan udara leluasa bergerak di dalamnya. Selain itu penggemburan tanah bisa membuat umbi ganyong leluasa berkembang, sehingga akan diperoleh umbi yang berukuran lebih besar.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Verdana;">Pada tanah liat berat sebaiknya dibuat guludan agar drainasenya bisa sempurna. Sedang pada jenis tanah yang lain, tanah cukup dibuat bedengan-bedengan. Umumnya bedengan ini lebarnya 120 cm dan panjangnya tidak dibatasi. Tinggi bedengan 25-30 cm dan jarak antara satu bedengan dengan bedengan lainnya 30-50 cm.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Verdana;">Berhubung ganyong senang sekali tumbuh pada tanah yang kaya humus, maka pada saat meratakan tanah dapat diberikan pupuk dasar. Pupuk dasar ini berupa kandang atau kompos sebanyak 25 sampai 30 ton tiap hektar.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: Verdana;">D. Waktu Penanaman</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 2cm;"><span style="font-family: Verdana;">Penanaman ganyong biasanya dilakukan saat awal musim hujan, yaitu antara bulan Oktober sampai Desember.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: Verdana;">E. Jarak Tanam dan Penanaman</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Verdana;">Membuat lubang tanam merupakan langkah petama pada tahap ini. Dalamnya lubang tanaman 12,5 - 15 cm dibuat secara lajur atau berbaris.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Verdana;">Jarak tanaman yang digunakan untuk bertanam ganyong sangat tergantung pada jenis dan keadaan tanah yang digunakan sebagai lahan pertanian. Karena adanya perbedaan tersebut, jenis tanah sangat mempengaruhi kesuburan pertumbuhan tanaman dan umbi. Selain berdasarkan jenis tanah, jarak tanam juga diperhitungkan dengan berlandasan populasi optimum tanaman per hektarnya.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt;"><span style="font-family: Verdana;">Pada tanah liat dianjurkan menggunakan jarak tanam 90 x 90 cm, dengan jarak barisan 90 cm begitu juga jarak antara barisannya.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Verdana;">Jika yang tersedia adalah lahan yang masih banyak ditumbuhi oleh rerumputan atau alang-alang, maka sebaiknya digunakan jarak tanam yang lebih lebar lagi yaitu 135 cm x 180 cm, sedang untuk tanah liat berat di gunakan jarak tanam 120 cm x 120 cm. Di tanah-tanah pegunungan yang biasanya tanah miring dan sudah dikerjakan menjadi teras-teras, ini sangat menguntungkan, karena selain hasil lahan akan bertambah juga dapat memperkuat teras-teras tersebut. Jarak tanam yang digunakan dalam hal ini adalah 50 cm urut sepanjang tepi teras.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt;"><span style="font-family: Verdana;">Lain lagi halnya di Peru, di daerah ini jarak tanam yang digunakan adalah 60 – 100 cm antara tanaman dan 100 - 150 cm antara barisan.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: Verdana;"> F. Pemeliharaan </span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Verdana;">Pemeliharaan tanaman ganyong yang sangat penting adalah penyiangan, pembumbunan dan pemupukan. </span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt;"><span style="font-family: Verdana;">Kebersihan bedengan atau areal tanaman dari gangguan gulma perlu sekali diperhatikan, terutama pada masa awal pertumbuhannya. Karena pada masa ini bibit yang mulai bertunas banyak sekali memerlukan air, udara dan unsur-unsur hara serta sinar matahari yang cukup untuk menunjang pertumbuhannya terutama untuk memperbanyak akar. Apabila banyak gulma yang tumbuh, tentu saja sejumlah unsur-unsur hara tersebut digunakan oleh gulma, sehingga pertumbuhan ganyong yang masih muda ini merana.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt;"><span style="font-family: Verdana;">Pembumbunann adalah suatu usaha untuk menggemburkan tanah. Tanah yang gembur akan membuat umbi yang terbentuk dapat berkembang dengan leluasa. Pembumbunan dapat dimulai pada saat ganyong berumur 2 - 2,5 bulan.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt;"><span style="font-family: Verdana;">Karena ganyong menyenangi tanah yang gembur, maka pupuk yang sangat diperlukan adalah pupuk kandang atau kompos. Pupuk ini bila perlu dapat diberikan bersamaan dengan pembumbunan.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: Verdana;">G. Hama dan Penyakit </span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 6pt 54pt; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Verdana;">Ganyong adalah tanaman yang relatif bebas dari serangan hama dan penyakit. Walaupun demikian di daerah-daerah yang telah membudidayakan ganyong secara intensif, sering ditemui hama dan penyakit sebagai berikut : </span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: Verdana;">a.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span></b><b><span style="font-family: Verdana;">Belalang dan Kumbang</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt;"><span style="font-family: Verdana;">Akibat kerusakan dari kedua hama ini sebenarnya tidak secara langsung, tetapi merupakan akibat sekunder. Belalang dan kumbang biasanya menyerang tanaman dengan memakan daun-daun ganyong, dengan demikian jumlah permukaan daun berkurang akibatnya fotosintesis berkurang, dan akibatnya pembentukan umbipun terhambat.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt;"><span style="font-family: Verdana;">Untuk mengatasinya dapat dilakukan pemberantasan secara kimiawi, dengan insektisida Agrothion 50, dosis 0,6 – 2 l/ha.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"></div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: Verdana;">Agrotis spp. (Ulat Tanah)</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt;"><span style="font-family: Verdana;">Ulat Agrotis ini terutama menyerang tanaman muda yaitu bagian batang dan tangkai daun, akibatnya tanaman rebah. Kerusakan semacam ini dapat mengakibatkan kerugian yang berarti, karena tanaman muda tersebut bisa mati. Cara pemberantasannya dapat dengan kultur teknis, yaitu dengan pembersihan rerumputan di sekitar tanaman. Dapat juga dengan mengumpulkan ulat-ulat tanah tersebut di siang hari, karena pada siang hari ulat-ulat ini berada di sekitar pangkal batang. Cara pemberantasan yang terakhir dengan menggunakan insektisida Dursban 20%E.C., Hostathion 40 % E.C. dan Phosvel 30 % E.C</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt;"></div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"><b><span style="font-family: Verdana;">Yang menyerang hasil panenan</span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt;"><span style="font-family: Verdana;">Hasil panenan ganyong juga diserang oleh hama dan penyakit. </span><span style="font-family: Verdana;">Hama</span><span style="font-family: Verdana;"> tersebut adalah <i>Calopodes ethlius</i> dan <i>Cobalus cannae</i>. Penyakitnya <i>Fusarium</i> spp, <i>Puccinia cannae</i> dan <i>Rhizoctonia</i> spp. Dengan adanya serangan penyakit tersebut, akibatnya umbi bercendawaan dan busuk. Untuk menghindarinya, umbi janganlah diletakkan pada tempat yang lembab.</span></div><div align="center" class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%;"><b><span style="font-family: Verdana;">Pemanenan </span></b></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Verdana;">Ada bermacam-macam pendapat tentang masa panen umbi ganyong, ini karena tidak ada batas masa pendewasaan umbi. Tetapi umumnya pendewasaan umbi dipengaruhi oleh ketinggian daerah tempat hidupnya. Pada umur 6 - 8 bulan setelah tanam, umbi biasanya sudah cukup dewasa dan bisa panentetapi, biasanya belum dapat diambil patinya, tetapi untuk bahan makanan sampingan misalnya direbus atau dibakar.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt;"><span style="font-family: Verdana;">Pada dataran tinggi yang umumnya tertimpa hujan hampir sepanjang tahun, masa pendewasaan umbi lebih lama daripada di dataran rendah. Ini karena pembentukan pati terhambat. Dengan demikian umbi baru bisa dipanen setelah umur satu tahun atau umumnya 15 - 18 bulan.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt;"><span style="font-family: Verdana;">Di dataran rendah, kandungan pati mencapai puncaknya pada umur satu tahun, lebih dari satu tahun justru kandungan patinya berkurang, ini di sebabkan setelah satu tahun musim hujan telah tiba, sehingga pati sebagai cadangan makanan tumbuhan tersebut terurai dan muncullah tunas baru.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt;"><span style="font-family: Verdana;">Sebagai patokan yang pasti, umbi dianggap dewasa apabila telah ditandai dengan mengeringnya batang dan daun-daun tanaman.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt;"><span style="font-family: Verdana;">Cara pemanenan bisa dilakukan dengan cara pencabutan apabila batang tanaman ganyong belum rapuh, bila telah rapuh dapat dengan cara mencongkelnya dengan tongkat besi, kayu atau sejenisnya.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt;"><span style="font-family: Verdana;">Jumlah hasil panenan ganyong berubah-ubah atau sangat tergantung pada perawatan tanaman, jenis tanah dan sebagainya. Di Jawa, per arenya menghasilkan 30 kuintal, sedang di Hawaii per tahunnya tiap acre (4046,86 meter persegi) menghasilkan 18 - 20 ton umbi yang berumur 8 bulan.</span></div><div class="MsoBodyTextIndent2" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm;"></div><h2 style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">IV.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: Verdana;">MANFAAT GANYONG</span></h2><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"></div><h3 style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">1. Peluang dan Kandungan Gizi Ganyong </span></h3><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Verdana;">Umbi ganyong kita konsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi. Kandungan karbohidrat ganyong memang tinggi, setara dengan umbi-umbi yang lain, namun lebih rendah daripada singkong, tetapi karbohidrat umbi dan tepung ganyong lebih tinggi bila dibandingkan dengan kentang, begitu juga dengan kandungan mineral kalsium, phosphor dan besi. Dengan demikian ganyong sangat tepat bila digunakan untuk keragaman makanan sebagai pengganti beras. Untuk lebih jelasnya, kandungan gizi ganyong dan umbi-umbi yang lain serta tepungnya dapat dilihat pada Tabel 8 berikut :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Tabel 8. Kandungan Gizi Tepung Umbi-umbian</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><table align="left" border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; border: medium none; margin-left: 6.75pt; margin-right: 6.75pt;"><tbody>
<tr><td style="border: 1pt solid windowtext; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Nama bahan</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Makanan</span></div></td><td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 27pt;" valign="top" width="36"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Air</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">(G)</span></div></td><td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Protein</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">(G)</span></div></td><td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 36pt;" valign="top" width="48"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm -10.8pt 0pt -9pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Lemak</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">(G)</span></div></td><td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -5.4pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">K. hidrat</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">(g)</span></div></td><td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 36pt;" valign="top" width="48"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Kal</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">(mg)</span></div></td><td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Fospor</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-right: -5.4pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">(Mg)</span></div></td><td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 36pt;" valign="top" width="48"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Besi</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">(Mg)</span></div></td><td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 27pt;" valign="top" width="36"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">A</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">(IU)</span></div></td><td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 36pt;" valign="top" width="48"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Vit</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">B</span></div></td><td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 27pt;" valign="top" width="36"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">C</span></div></td></tr>
<tr><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"><h4 style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-indent: 0cm;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Verdana; font-weight: normal;">Ubijalar</span></span></h4><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Verdana;">Singkong</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Verdana;">Kentang </span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Verdana;">Tepung ganyong</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Verdana;">Tepung Singkong</span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Verdana;">Tepung kentang</span></span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 27pt;" valign="top" width="36"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">75</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">63</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">78</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">14</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">9</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">13</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">1,0</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">1,2</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">2,0</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0,7</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">1,1</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0,3</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 36pt;" valign="top" width="48"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0,1</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0,3</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0,1</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0,2</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0,5</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0,1</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">22,6</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">34,7</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">19,1</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">85,2</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">88,2</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">85,6</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 36pt;" valign="top" width="48"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">21</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">33</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">11</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">8</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">84</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">21</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 45pt;" valign="top" width="60"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">70</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">40</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">56</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">22</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">125</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">30</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 36pt;" valign="top" width="48"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">20,0</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0,7</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0,7</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">1,5</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">1,0</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0,5</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 27pt;" valign="top" width="36"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 36pt;" valign="top" width="48"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0,1</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0,06</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0,11</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0,09</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0,4</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0,04</span></div></td><td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 27pt;" valign="top" width="36"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">10</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">30</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">17</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">0</span></div></td></tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Sumber : Data komposisi Bahan Makanan, Dep. Kes. RI.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b><span style="font-family: Verdana;">2. Jenis-Jenis hasil Olahan Produksi Ganyong</span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: Verdana;">Kegunaan tanaman ganyong bagi kehidupan memang banyak sekali, tidak hanya untuk melengkapi pangan manusia tapi juga untuk pak</span><span style="font-family: Verdana;">an hewan. </span><span style="font-family: Verdana;">Bahkan hasil sisa atau bunganya dari pembuatan tepungpun dapat dimanfaatkan manusia yaitu untuk bahan bakar dan kompos. Sebenarnya bila diperinci, kegunaan ganyong ada dua yaitu kegunaan utamanya untuk diambil umbinya. Umbi yang masih muda bisa dimakan dengan cara membakar atau merebusnya lebih dulu bahkan kadang-kadang disayur, sedang yang tua untuk diambil tepungnya. Kegunaan yang lain merupakan kegunaan sampingan, misalnya daun dan batang untuk makanan ternak.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"></div><h6 style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">1). Tepung Ganyong</span></h6><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Berlainan dengan tepung-tepung lainnya, tepung ganyong berwarna kekuningan. Pembuatan tepung di Indonesia umumnya masih dikerjakan secara tradisional. Sedang di negara yang telah maju, misalnya Australia tepung ini telah diusahakan secara besar-besaran dengan demikian pembuatannya di pabrik-pabrik.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Tepung ganyong sangat mudah dicerna hingga sering di gunakan untuk makanan bayi dan orang-orang sakit. Keistimewaan lainnya granul dari tepung ganyong sangat besar dengan bentuk oval dan panjangnya bisa mencapai 145 mikron lain lagi halnya dengan di Afrika, maka tepung ini umumnya digunakan untuk makanan ternak</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">a. Secara tradisional (skala kecil)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Pembuatan ganyong dengan cara yang tradisional ini umumnya dilakukan oleh industri-industri rumah tangga yang tingkat produksinya masih relatif rendah. Tahapan pembuatan tepung ganyong dengan cara ini adalah sebagai berikut :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;"> - Umbi ganyong dikupas lalu dicuci hingga bersih</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;"> - Umbi yang telah bersih dihancurkan dengan cara diparut dapat menggunakan parut biasa atau dengan parut mesin. Sedang bila ditumbuk, umbi perlu dipotong-potong kecil lebih dahulu, ini bertujuan agar penumbukan dapat dilakukan dengan mudah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">- Hasil parutan atau tumbukan ganyong dicampur dengan air dan diremas-remas sehingga menjadi masak serupa bubur. Peremasan ini bertujuan agar pati ganyong dapat terpisah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">- Bubur pati tersebut dimasukan dalam kain penyaringan lalu diperas sambil sekaligus disaring, sehingga ampas akan tertinggal dalam kain dan air yang bercampur pati akan lolos.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">- Ampas yang tertinggal tersebut dicampur air lagi seperti di atas lalu disaring lagi. Begitu selanjutnya sampai hasil penyaringan kelihatan jernih. </span><span style="font-family: Verdana;">Ini suatu pertanda bahwa pati telah terperas tuntas.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">-<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: Verdana;">Cairan hasil perasan yang berupa suspensi ini dibiarkan dan diendapkan selama satu malam atau kurang lebih 12 jam di dalam bak.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">- </span><span style="font-family: Verdana;">Bila air dalam bak endapan telah bening pertanda pati telah mengendap. </span><span style="font-family: Verdana;">Lalu bak di miringkan pelan-pelan sehingga airnya tertumpah.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">-<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: Verdana;">Tepung yang telah diperoleh dianginkan dulu sehingga airnya berkurang, lalu letakkan pada nyiru-nyiru dan dijemur pada panas matahari langsung.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">-<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: Verdana;">Selama dijemur, tepung dibolak balik dan diremas-remas agar cepat kering dan tidak bergumpal-gumpal.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">-<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: Verdana;">Bila sudah kering dan ternyata tepung masih bergumpal, maka tepung ini perlu ditumbuk lagi sehingga menghasilkan tepung halus.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;"> b. Secara Modern (skala besar).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-align: justify;"><span style="font-family: Verdana;">Tahapan dari pembuatan tepung ganyong di pabrik atau secara modern pada dasarnya sama dengan yang dilakukan oleh industri-industri rumah tangga. Proses pembuatannya dalah sebagai berikut :</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">- </span><span style="font-family: Verdana;">Umbi dicuci, serat akarnya dibuang dengan tangan, pekerjaan ini sulit dikerjakan dengan mesin karena ukuran dan bentuk umbi tidak sama</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">- </span><span style="font-family: Verdana;">Setelah bersih umbi diparut dengan mesin parut.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">-<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: Verdana;">Hasil parutan berupa cercaan ganyong dan dimasukkan dalam bak atau drum yang berputar kemudian serat-serat kasarnya juga kotoran-kotoran yang lain disaring oleh kasa sehingga susu pati ini berlalu bersama air dan endapan pada sebuah tangki.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">-<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: Verdana;">Setelah mengendap, endapan pati ini akan mengalir dari dasar tangki mengendap lalu di cuci dengan air bersih.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;">-<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span style="font-family: Verdana;">Hasil dari pencucian tersebut adalah tepung yang telah bersih lalu dikeringkan. Setelah itu diayak dan gumpalan tepung dihaluskan lagi lalu diayak lagi. Sehingga diperoleh tepung ganyong yang halus. Tepung yang telah jadi dipak dalam wadah yang tahan lembab dan siap untuk diperdagangkan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Verdana;"> <b>2) Gaplek Ganyong</b></span></div>Agrobisnishttp://www.blogger.com/profile/09028064756407590382noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2532569662980250496.post-12174420330426173232011-05-21T10:55:00.000+07:002011-05-21T10:55:19.620+07:00BUDIDAYA DOMBA<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKXkX_etnOuXGkHghqBzXQ0ON1rR6vWB2XPpVPd7RWkM0Bn4ycwidOKRQcu5zmzBr7HjQByO9dJ0EuLOAga3u8-SuI7WYr69rAY1-EhWmukx70cx_UskYdu1__zfybjVbAYs3uSO2QJVWS/s1600/domba.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKXkX_etnOuXGkHghqBzXQ0ON1rR6vWB2XPpVPd7RWkM0Bn4ycwidOKRQcu5zmzBr7HjQByO9dJ0EuLOAga3u8-SuI7WYr69rAY1-EhWmukx70cx_UskYdu1__zfybjVbAYs3uSO2QJVWS/s1600/domba.jpg" /></a></div><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Deskripsi </span><br />
<span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Pengembangan usaha budidaya Domba Garut khususnya di Jawa Barat memiliki prospek yang sangat bagus untuk dikembangkan sebagai usaha sampingan ataupun bisnis skala besar. Domba Garut merupakan plasma nutfa yang harus terus dikembangkan mengingat Domba Garut merupakan domba kebanggaan masyarakat Jawa Barat.</span> <br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt; text-align: justify;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Hasil penelitian penentuan standaridisasi mutu bibit Domba Garut yang ada di wilayah Jawa Barat, bobot badan Domba Garut jantan dewasa adalah 57,74 ± 11,96 kg, dan Domba Garut betina dewasa 36,89 ± 9,35 kg. </span><span lang="SV" style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Berdasarkan aspek reproduksi dewasa kelamin domba jantan dan betina pada umur 6 – 8 bulan, sedangkan dewasa tubuh pada umur 1,5 – 2 tahun (Heriyadi dkk., 2002).</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt; text-align: justify;"> <span lang="SV" style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><a href="" name="more"></a></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt; text-align: justify;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-top: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Kelebihan Domba Garut yaitu:</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Postur tubuhnya yang besar dapat dimanfaatkan sebagai penghasil daging (sumber protein) dengan pangsa pasar tidak hanya local melainkan sampai tingkat nasional dan internasional. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Ditinjau dari segi budaya dan pariwisata Domba Garut dijadikan sebagai objek wisata untuk seni ketangkasan. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Memiliki nilai jual yang cukup tinggi dan stabil terutama menjelang Hari Raya Kurban. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Produk lainnya dari ternak domba ini adalah kulit. Pasar kulit domba cukup prospektif. Kulit domba merupakan bahan baku untuk berbagai peralatan rumah tangga dan barang kerajinan. Prospek pasar kulit domba melebihi prospek pasar daging domba. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya para pembeli kulit domba yang sudah menyerahkan uang di muka kepada runah-runah potong hewan, jauh-jauh hari sebelum ternak domba tersebut dipotong.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <a name='more'></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">II. PENGERTIAN RUMINANSIA</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27.35pt;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Ruminansia berbeda dengan hewan mamalia atau hewan menyusui. Perbedaannya terdapat pada organ pencernaannya. Jika hewan mamalia organ pencernaannya hanya memiliki satu lambung sedangkan ruminansia memiliki lambung yang terbagi menjadi 4 bagian, yaitu yaitu rumen (lambung beludru), retikulum (lambung jala), omasum (lambung buku), dan abomasum (lambung sejati). </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27.35pt;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Ruminansia digolongkan menjadi dua, yaitu ruminansia besar (sapi dan kerbau) dan ruminansia kecil (domba dan kambing). Proses pencernaan pakan pada bagian lambungnya/perutnya terjadi secara enzimatis, pakan dirombak oleh enzim-enzim pencernaan dan hampir 70% pencernaan terjadi secara fermentatif yang dilakukan oleh mikroba rumen. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Fungsi dan peran ketiga bagian lambung, yaitu rumen, reticulum dan omasum adalah:</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">1<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">alat pencerna mekanis</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">2<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">penghasil bakteri pencerna serat kasar</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">3<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">penghasil protein dan asam amino essensial</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">4<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">pensintesis vitamin B</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">III. TEKNIK BUDIDAYA DOMBA</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">A. PENYIAPAN SARANA DAN PRASARANA</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">PERKANDANGAN</span></b></div><div class="MsoNormal" style="margin: 6pt 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: Wingdings;">v<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Kandang harus kuat sehingga dapat dipakai dalam waktu yang lama, ukuran sesua dengan jumlah ternak, bersih, memperoleh sinar matahari pagi, ventilasi kandang harus cukup dan terletak lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya agar tidak kebanjiran. </span></div><div class="MsoNormal"> </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: Wingdings;">v<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Untuk memenuhi fungsi kandang seperti di atas, maka kandang harus mempunyai kondisi dan syarat-syarat sebagai berikut:</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Lokasi kandang sebaiknya lebih tinggi dari tanah sekitarnya agar air hujan tidak tergenang</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Kandang sebaiknya dibangun di suatu tempat yang tidak terlalu terbuka terhadap angin kencang. Bila terpaksa maka di sekeliling kandang sebaiknya digunakan pagar hidup sebagai pelindung.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Arah Kandang; bila memungkinkan, arah kandang menghadap ke timur sehingga memungkinkan sinar matahari pagi masuk ke dalam kandang.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sinar matahari berguna untuk :</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">- Membunuh bibit penyakit</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">- Membantu proses pembentukan vitamin D</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">- mengurangi kelembaban kandang</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Kandang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai fungsinya, yaitu:</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">a)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Kandang induk utama, tempat digemukkan. Satu ekor domba membutuhkan luas kandang 0,75 x 0,75 m atau 1 x 1 m.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">b)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Kandang induk dan anaknya, tempat induk yang sedang menyusui anakya selama 3 bulan. Seekor induk domba memerlukan luas 1,5 x 1 m dan anak domba memerlukan luas 0,75 x 1 m</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">c)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Kandang pejantan, tempat domba jantan yang akan digunakan sebagai pemacek seluas 1,5 m x 2 m/pemacek.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 27pt; text-indent: -9pt;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"><br />
Kandang domba juga dilengkapi dengan tempat pakan (palung pakan) dan tempat minum, gudang menimpan pakan ternak dan penampungan feses dan urin (kotoran domba)</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif";"><br />
<br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: Wingdings;">v<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Tipe dan model kandang</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Tipe kandang panggung</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Tipe kandang ini memiliki kolong dan bermanfaat sebagai tempat penampungan kotoran domba. Lantai kandang dibuat dari bahan bambu dan bercelah berfungsi agar kotoran feses maupun urin langsung jatuh ke bawah tempat penampungan kotoran. Tinggi panggung dari tanah dibuat minimal 50 cm. Palung tempat pakan dan minum dibuat di luar sisi kandang.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"> </div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: center;"> </div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: center;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Tipe kandang litter atau lemprak</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-align: justify;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Tipe kandang ini dibuat untuk usaha domba kereman yang berlantai tanah dan alasnya sisa dari makanan. Untuk menjaga suhu dan kelembaban tetap terjamin diusahakan kandang tidak becek dan kering. Pembuangan kotoran ternak sebaiknya dilakukan 1 minggu sekali. </span></div><div class="MsoNormal"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">B. PEMILIHAN BIBIT INDUKAN </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: Wingdings;">v<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Domba yang unggul adalah domba yang sehat dan tidak terserang oleh hama penyakit, berasal dari bangsa domba dengan persentase kelahiran dan kesuburan tinggi, serta pertumbuhan cepat dan persentase karkas yang baik. </span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Pemilihan bibit, umur Domba > 12 bulan (2 buah gigi seri tetap), dengan tubuh baik, bebas cacat tubuh, puting dua buah dan berat badan > 20 kg, keturunan dari ternak yang beranak kembar.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.5in; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Calon pejantan, umur > 1 1/2 tahun (2 gigi seri tetap), keturunan domba beranak kembar, tidak cacat, skrotum symetris dan relatif besar, sehat dan konfirmasi tubuh seimbang.</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: Wingdings;">v<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Pada prinsipnya metode penaksiran umur ternak didasarkan atas perkembangan, penggantian dan keausan gigi. Pada prinsipnya perkembangan gigi itu sendiri terdiri dari tiga rase; rase gigi susu, rase pergantian gigi susu oleh gigi tetap, dan rase atau periode keausan pada gigi tetap.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Patokan pendugaan umur pada beberapa jenis ternak adalah sebagai berikut:</span></div><div class="MsoNormal"> </div><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; border: medium none;"><tbody>
<tr> <td style="border-color: windowtext white; border-style: solid; border-width: 1pt; padding: 0in 5.4pt; width: 426.25pt;" valign="top" width="568"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Keadaan fase perkembangan gigi dan umur (tahun)</span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color white windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0in 5.4pt; width: 426.25pt;" valign="top" width="568"><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Jenis Ternak Gigi Susu Gigi susu ganti Gigi aus</span></div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal"> </div><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;"> </div><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Sapi 1 tahun 1,5 – 2 2 - 2,5 3 - 3,5 4 tua</span></div><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Domba </span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">< </span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">1 1,25 – 2 1,75 - 2 2,25 - 2,5 3 - 3,25 tua</span></div><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Kambing </span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">< </span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">1 1 - 1,5 1,5 - 2 2,5 - 3 3 – 4 tua</span></div><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Kerbau 2 2,5 3,5 4,5 5 - 6 tua</span></div><div class="MsoNormal"> </div><div class="MsoNormal"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";"> Gambar 2. Sistematika Cara menentukan Umur Ternak</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNoSpacing"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">C. PEMBERIAN PAKAN </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Pemberian pakan harus memenuhi kebutuhan nutrisi domba yang mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup, yaitu karbohidrat, lemak protein, vitamin mineral, dan air. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Bahan pakan untuk domba pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan:</span></div><ol start="1" style="margin-top: 0in;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Golongan rumput-rumputan, seperti rumput lapangan, rumput gajah, rumput, rumput setaria, rumput raja, dll.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Golongan legume dan kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal, daun kacang tanah, albasia, kaliandram glicrida dan siratro.</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Limbah pertanian, seperti jerami padi, jerami jagung, ketela pohon, daun ketela rambat, dll</span></li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Golongan makanan penguat atau konsentrat, seperti dedak, jagung, bungkil kelapa, bungkil kedelai ampas tahu, dll.</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"> <span style="font-family: Wingdings;">v<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span style="font-family: "Calibri","sans-serif";">Pemberian hijauan diberikan sebanyak 20% dari berat tubuh. Jika berat tubuh 1 ekor domba 20 kg maka hijauan segar yang diberikan sebanyak 4 kg /ekor/hari. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal"> </div><span style="font-family: "Arial","sans-serif";">Pemberian <br />
<br />
<br />
<br />
2) Reproduksi dan Perkawinan<br />
<br />
Hal yang harus di ketahui oleh para peternak dalam pengelolaan<br />
reproduksi<br />
adalah pengaturan perkawinan yang terencana dan tepat waktu.<br />
a) Dewasa Kelamin, yaitu saat ternak domba memasuki masa birahi<br />
yang<br />
pertama kali dan siap melaksanakan proses reproduksi. Fase<br />
ini dicapai<br />
pada saat domba berumur 6-8 bulan, baik pada yang jantan<br />
maupun yang<br />
betina.<br />
b) Dewasa tubuh, yaitu masa domba jantan dan betina siap untuk<br />
dikawinkan. Masa ini dicapai pada umur 10-12 bulan pada<br />
betina dan 12<br />
bulan pada jantan. Perkawinan akan berhasil apabila domba<br />
betina dalam<br />
keadaan birahi.<br />
<br />
3) Proses Kelahiran<br />
<br />
Lama kebuntingan bagi domba adalah 150 hari (5 bulan). Menjelang<br />
kelahiran anak domba, kandang harus bersih dan diberi alas yang<br />
kering.<br />
Bahan untuk alas kandang dapat berupa karung goni/jerami kering.<br />
Obat<br />
yang perlu dipersiapkan adalah jodium untuk dioleskan pada bekas<br />
potongan<br />
tali pusar.<br />
<br />
Induk domba yang akan melahirkan dapat diketahui melalui<br />
perubahan fisik<br />
dan perilakunya sebagai berikut:<br />
a. Keadaan perut menurun dan pinggul mengendur.<br />
b. Buah susu membesar dan puting susu terisi penuh.<br />
c. Alat kelamin membengkak, berwarna kemerah-merahan dan lembab.<br />
d. Ternak selalu gelisah dan nafsu makan berkurang.<br />
e. Sering kencing.<br />
<br />
Proses kelahiran berlangsung 15-30 menit, jika 45 menit setelah<br />
ketuban<br />
pecah, anak domba belum lahir, kelahiran perlu dibantu. Anak<br />
domba yang<br />
baru lahir dibersihkan dengan menggunakan lap kering agar dapat<br />
bernafas.<br />
Biasanya induk domba akan menjilati anaknya hingga kering dan<br />
bersih.<br />
<br />
6.3. Pemeliharaan<br />
<br />
1) Sanitasi dan Tindakan Preventif<br />
<br />
Sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan membersihkan kandang<br />
dan<br />
peralatan dari sarang serangga dan hama. kandang terutama tempat<br />
pakan<br />
dan tempat minum dicuci dan dikeringkan setiap hari. Perlu<br />
dilakukan<br />
pembersihan rumput liar di sekitar kandang. Kandang ternak<br />
dibersihkan<br />
seminggu sekali.<br />
<br />
2) Pengontrolan Penyakit<br />
<br />
Domba yang terserang penyakit dapat segera diobati dan dipisahkan<br />
dari<br />
yang sehat. Lakukan pencegahan dengan menyuntikan vaksinasi pada<br />
domba-domba yang sehat.<br />
<br />
3) Perawatan Ternak<br />
<br />
Induk bunting diberi makanan yang baik dan teratur, ruang gerak yang<br />
lapang dan dipisahkan dari domba lainnya. induk yang baru melahirkan<br />
diberi minum dan makanan hijauan yang telah dicampurkan dengan<br />
makanan penguat lainnya. Selain itu, induk domba harus dimandikan.<br />
Anak<br />
domba (Cempe) yang baru dilahirkan, dibersihkan dan diberi makanan<br />
yang<br />
terseleksi. Cempe yang disapih perlu diperhatikan. pakan yang<br />
berkualitas<br />
dalam bentuk bubur tidak lebih dari 0,20 kg satu kali sehari.<br />
<br />
Perawatan ternak dewasa meliputi:<br />
a. Memandikan ternak secara rutin minimal seminggu sekali. dengan cara<br />
disikat dan disabuni. pada pagi hari, kemudian dijemur dibawah<br />
sinar<br />
matahari pagi.<br />
b. Mencukur Bulu<br />
Pencukuran bulu domba dengan gunting biasa/cukur ini. dilakukan<br />
minimal 6 bulan sekali dan disisakan guntingan bulu setebal<br />
kira-kira 0,5<br />
cm. Sebelumnya domba dimandikan sehingga bulu yang dihasilkan<br />
dapat<br />
dijadikan bahan tekstil. Keempat kaki domba diikat agar tidak lari<br />
pada<br />
saat dicukur. Pencukuran dimulai dari bagian perut kedepan dan<br />
searah<br />
dengan punggung domba.<br />
c. Merawat dan Memotong Kuku<br />
Pemotongan kuku domba dipotong 4 bulan sekali dengan golok, pahat<br />
kayu, pisau rantan, pisau kuku atau gunting.<br />
<br />
4) <br />
Pakan untuk domba berupa campuran dari keempat golongan di atas yang<br />
disesuaikan dengan tingkatan umur. Adapun proporsi dari campuran<br />
tersebut<br />
adalah:<br />
a. Ternak dewasa: rumput 75%, daun 25%<br />
b. Induk bunting: rumput 60%, daun 40%, konsentrat 2-3 gelas<br />
c. Induk menyusui: rumput 50%, daun 50% dan konsentrat2-3 gelas<br />
d. Anak sebelum disapih: rumput 50%, daun 50%<br />
e. Anak lepas sapih: rumput 60%, daun 40% dan konsentrat 0,51 gelas<br />
<br />
Sedangkan dosis pemberian ransum untuk pertumbuhan domba adalah<br />
sebagai berikut:<br />
a. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=180 kg/hari, pertambahan bobot=50<br />
gram/hari<br />
b. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=340 kg/hari, pertambahan bobot=100<br />
gram/hari<br />
c. Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=410 kg/hari, pertambahan bobot=150<br />
gram/hari<br />
d. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=110 kg/hari, pertambahan bobot=50<br />
gram/hari<br />
e. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=280 kg/hari, pertambahan bobot=100<br />
gram/hari<br />
f. Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=440 kg/hari, pertambahan bobot=150<br />
gram/hari<br />
g. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=160 gram/hari, pertambahan bobot=50<br />
gram/hari<br />
h. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=320 gram/hari, pertambahan bobot=100<br />
gram/hari<br />
i. Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=470 gram/hari, pertambahan bobot=150<br />
gram/hari<br />
j. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=100 gram/hari, pertambahan bobot=50<br />
gram/hari<br />
k. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=260 gram/hari, pertambahan bobot=100<br />
gram/hari<br />
l. Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=410 gram/hari, pertambahan bobot=150<br />
gram/hari<br />
m.Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=60 gram/hari, pertambahan bobot=50<br />
gram/hari<br />
n. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=180 gram/hari, pertambahan bobot=100<br />
gram/hari<br />
o. Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=340 gram/hari, pertambahan bobot=150<br />
gram/hari<br />
p. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=50 gram/hari, pertambahan bobot=50<br />
gram/hari<br />
q. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=110 gram/hari, pertambahan bobot=100<br />
gram/hari<br />
r. Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=260 gram/hari, pertambahan bobot=150<br />
gram/hari<br />
<br />
s. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=40 gram/hari, pertambahan<br />
bobot=50<br />
gram/hari<br />
t. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=280 gram/hari, pertambahan<br />
bobot=100<br />
gram/hari<br />
u. Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=440 gram/hari, pertambahan<br />
bobot=150<br />
gram/hari<br />
<br />
5) Pemberian Vaksinasi dan Obat<br />
<br />
Pemberian vaksinasi dapat dilakukan setiap enam bulan sekali<br />
vaksinasi<br />
dapat dilakukan dengan menyuntikan obat kedalam tubuh domba.<br />
Vaksinasi<br />
mulai dilakukan pada anak domba (cempe) bila telah berusia 1<br />
bulan,<br />
selanjutnya diulangi pada usia 2-3 bulan. Vaksinasi yang biasa<br />
diberikan<br />
adalah jenis vaksin Spora (Max Sterne), Serum anti anthrax, vaksin<br />
AE, dan<br />
Vaksin SE (Septichaemia Epizootica).<br />
<br />
6) Pemeliharaan Kandang<br />
<br />
Pemeliharaan kandang meliputi pembersihan kotoran domba menimal<br />
satu<br />
minggu sekali, membuang kotoran ke tempat penampungan limbah,<br />
membersihkan lantai atau alas, penyemprotan dan pengapuran kandang<br />
untuk disinfektan.<br />
<br />
<br />
<br />
7. HAMA DAN PENYAKIT<br />
<br />
1) Penyakit Mencret<br />
Penyebab: bakteri Escherichia coli yang menyerang anak domba<br />
berusia 3<br />
bulan. Pengobatan: antibiotika dan sulfa yang diberikan lewat<br />
mulut.<br />
<br />
2) Penyakit Radang Pusar<br />
Penyebab: alat pemotongan pusar yang tidak steril atau tali pusar<br />
tercemar<br />
oleh bakteri Streptococcus, Staphyloccus, Escherichia coli dan<br />
Actinomyces<br />
necrophorus. Usia domba yang terserang biasanya cempe usia 2-7<br />
hari.<br />
Gejala: terjadi pembengkakan di sekitar pusar dan apabila disentuh<br />
domba<br />
akan kesakitan. Pengendalian: dengan antibiotika, sulfa dan pusar<br />
dikompres dengan larutan rivanol (Desinfektan).<br />
<br />
3) Penyakit Cacar Mulut<br />
Penyakit ini menyerang domba usia sampai 3 bulan. Gejala: cempe<br />
yang<br />
terserang tidak dapat mengisap susu induknya karena tenggorokannya<br />
terasa sakit sehingga dapat mengakibatkan kematian. Pengendalian:<br />
dengan sulfa seperti Sulfapyridine, Sulfamerozine, atau<br />
pinicillin.<br />
<br />
4) Penyakit Titani<br />
Penyebab: kekurangan Defisiensi Kalsium (Ca) dan Mangan (Mn). Domba<br />
yang diserang biasanya berusia 3-4 bulan. Gejala: domba selalu<br />
gelisah,<br />
timbul kejang pada beberapa ototnya bahkan sampai keseluruh badan.<br />
Penyakit ini dapat diobati dengan menyuntikan larutan Genconos<br />
calcicus<br />
dan Magnesium.<br />
<br />
5) Penyakit Radang Limoah<br />
Penyakit ini menyerang domba pada semua usia, sangat berbahaya,<br />
penularannya cepat dan dapat menular ke manusia. Penyebab: bakteri<br />
Bacillus anthracis.. Gejala: suhu tubuh meninggi, dari lubang hidung<br />
dan<br />
dubur keluar cairan yang bercampur dengan darah, nadi berjalan cepat,<br />
tubuh gemetar dan nafsu makan hilang. Pengendalian: dengan<br />
menyuntikan<br />
antibiotika Pracain penncillin G, dengan dosis 6.000-10.000 untuk /kg<br />
berat<br />
tubuh domba tertular.<br />
<br />
6) Penyakit Mulut dan kuku<br />
Penyakit menular ini dapat menyebabkan kematian pada ternak domba,<br />
dan<br />
yang diserang adalah pada bagian mulut dan kuku. Penyebab: virus dan<br />
menyerang semua usia pada domba Gejala: mulut melepuh diselaputi<br />
lendir.<br />
Pengendalian: membersihkan bagian yang melepuh pada mulut dengan<br />
menggunakan larutan Aluminium Sulfat 5%, sedangkan pada kuku<br />
dilakukan<br />
dengan merendam kuku dalam larutan formalin atau Natrium karbonat 4%.<br />
<br />
7) Penyakit Ngorok<br />
Penyebab: bakteri Pasteurella multocida. Gejala: nafsu makan domba<br />
berkurang, dapat menimbulkan bengkak pada bagian leher dan dada.<br />
Semua usia domba dapat terserang penyakit ini, domba yang terserang<br />
terlihat lidahnya bengkak dan menjulur keluar, mulut menganga, keluar<br />
lendir<br />
berbuih dan sulit tidur. Pengendalian: menggunakan antibiotika lewat<br />
air<br />
minum atau suntikan.<br />
<br />
8) Penyakit perut Kembung<br />
Penyebab: pemberian makanan yang tidak teratur atau makan rumput yang<br />
masih diselimuti embun. Gejala: lambung domba membesar dan dapat<br />
menyebabkan kematian. Untuk itu diusahakan pemberian makan yang<br />
teratur jadwal dan jumlahnya jangan digembalakan terlalu pagi<br />
Pengendalian: memberikan gula yang diseduh dengan asam, selanjutnya<br />
kaki domba bagian depan diangkat keatas sampai gas keluar.<br />
<br />
9) Penyakit Parasit Cacing<br />
Semua usia domba dapat terserang penyakit ini. Penyebab: cacing<br />
Fasciola<br />
gigantica (Cacing hati), cacing Neoascaris vitulorum (Cacing gelang),<br />
cacing<br />
Haemonchus contortus (Cacing lambung), cacing Thelazia rhodesii<br />
(Cacing<br />
mata). Pengendalian: diberikan Zanil atau Valbazen yang diberikan<br />
lewat<br />
minuman, dapat juga diberi obat cacing seperti Piperazin dengan dosis<br />
220<br />
mg/kg berat tubuh domba.<br />
<br />
<br />
10) Penyakit Kudis<br />
Merupakan penyakit menular yang menyerang kulit domba pada semua<br />
usia.<br />
Akibat dari penyakit ini produksi domba merosot, kulit menjadi<br />
jelek dan<br />
mengurangi nilai jual ternak domba. Penyebab: parasit berupa<br />
kutu yang<br />
bernama Psoroptes ovis, Psoroptes ciniculi dan Chorioptes bovis.<br />
Gejala:<br />
tubuh domba lemah, kurus, nafsu makan menurun dan senang<br />
menggaruk<br />
tubuhnya. Kudis dapat menyerang muka, telinga, perut punggung,<br />
kaki dan<br />
pangkal ekor. Pengendalian: dengan mengoleskan Benzoas<br />
bensilikus 10%<br />
pada luka, menyemprot domba dengan Coumaphos 0,05-0,1%.<br />
<br />
11) Penyakit Dermatitis<br />
Adalah penyakit kulit menular pada ternak domba, menyerang kulit<br />
bibit<br />
domba. Penyebab: virus dari sub-group Pox virus dan menyerang<br />
semua<br />
usia domba. Gejala: terjadi peradangan kulit di sekitar mulut,<br />
kelopak mata,<br />
dan alat genital. Pada induk yang menyusui terlihat radang<br />
kelenjar susu.<br />
Pengendalian: menggunakan salep atau Jodium tinctur pada luka.<br />
<br />
12) Penyakit Kelenjar Susu<br />
Penyakit ini sering terjadi pada domba dewasa yang menyusui,<br />
sehingga air<br />
susu yang diisap cempe tercemar. Penyebab: ambing domba induk<br />
yang<br />
menyusui tidak secara ruti dibersihkan. Gejala: ambing domba<br />
bengkak, bila<br />
diraba tersa panas, terjadi demam dan suhu tubuh tinggi, nafsu<br />
makan<br />
kurang, produsi air susu induk berkurang. Pengendalian:<br />
pemberian obat-<br />
obatan antibiotika melalui air minum.<br />
<br />
Secara umum pengendalian dan pencegahan penyakit yang terjadi pada<br />
domba dapat dilakukan dengan:<br />
a) Menjaga kebersihan kandang, dan mengganti alas kandang.<br />
b) Mengontrol anak domba (cempe) sesering mungkin.<br />
c) Memberikan nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral,<br />
kalsium dan mangannya.<br />
d) Memberikan makanan sesuai jadwal dan jumlahnya, Hijauan pakan<br />
yang<br />
baru dipotong sebaiknya dilayukan lebih dahulu sebelum<br />
diberikan.<br />
e) Menghindari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang<br />
terkontaminasi siput dan sebelum dibrikan sebainya dicuci dulu.<br />
f) Sanitasi yang baik, sering memandikan domba dan mencukur bulu.<br />
g) Tatalaksana kandang diatur dengan baik.<br />
h) Melakukan vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit.<br />
<br />
<br />
8. PANEN</span>Agrobisnishttp://www.blogger.com/profile/09028064756407590382noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2532569662980250496.post-26846020620779723702011-05-19T01:21:00.000+07:002011-05-19T01:21:17.118+07:00Budidaya Ikan Diskus<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmJOaW0bCJCOjZBM8H_GzE7D61jjd2oaIG7A35QeZS47yOiRMGoysvyqXU9KtdzB-mCKYAmtGTdswsRvC0c2CImKKjZfMtnNeXm5jQ1oTHuHxdNGENG4DRtvKrRsIm87em1zwj-mlkLGRv/s1600/ikan+diskus.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmJOaW0bCJCOjZBM8H_GzE7D61jjd2oaIG7A35QeZS47yOiRMGoysvyqXU9KtdzB-mCKYAmtGTdswsRvC0c2CImKKjZfMtnNeXm5jQ1oTHuHxdNGENG4DRtvKrRsIm87em1zwj-mlkLGRv/s1600/ikan+diskus.jpg" /></a></div>Deskripsi<br />
Habitat asli diskus (<span style="font-style: italic;">Symphysodon discus</span>) adalah Rio Negro dan perairan tenang Sungai Amazon. Sifatnya omnivora. Gerakannya sangat halus. Ikan ini pun terkenal sebagai "King of Aquarium". Disebut diskus karena bentuk tubuhnya bulat seperti cakram.<br />
<br />
Ada empat spesies diskus yang dibudidayakan walaupun semuanya disebut sebagai diskus, yaitu Heckel Discus (<span style="font-style: italic;">Symphysodon discus</span>), Brown Discus (<span style="font-style: italic;">Symphysodon aequifasciata axetrodi</span>), Green Discus (<span style="font-style: italic;">Symphysodon aequifasciata aequifasciata</span>), dan Blue Discus (<span style="font-style: italic;">Symphysodon aequifasciata haroldi</span>). Oleh karena penggemarnya sangat banyak, kreativitas peternak dan hobiis sangat diperlukan untuk memunculkan varietas baru yang lebih bagus.<br />
<br />
Hingga saat ini ada banyak varietas diskus, di antaranya ialah Red Pigeon, Marlboro, Brown Discus, dan Cobalt. Suhu yang baik untuk pemeliharaan diskus berkisar 25-30° C. Sementara kisaran kualitas air seperti keasaman (pH) cukup lebar sekitar 5-6,5 dan kekerasan air lunak antara 3-5° dH.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Pemijahan diskus sudah bukan masalah lagi bagi peternak maupun hobiis. Namun, karena harganya mahal dan banyak penggemarnya maka pemijahannya sebaiknya dilakukan dengan seksama. Pemilihan induk harus tepat agar anak yang dihasilkan berkualitas dan bernilai jual tinggi. Induk yang baik harus tanpa cacat, sehat, tampak aktif, bentuknya proporsional, ukurannya terbesar di antara kelompok umurnya, gemuk, mulutnya relatif besar, dan berumur lebih dari setahun.<br />
<br />
Induk diskus sangat susah dipaksakan berpasangan sehingga biasanya dibiarkan memilih pasangannya sendiri dalam kelompok calon induk. Bila sudah tampak berpasangan dengan terus berenang bersama maka pasangan induk tersebut dapat dipisahkan dari kelompoknya. Pakan induk tersebut berupa pakan alami seperti cacing darah dan jentik nyamuk serta pakan buatan (pelet) khusus untuk diskus yang banyak dijual di pasaran.<br />
<br />
<br />
Sarang telur biasanya dibuat dari potongan paralon yang diletakkan di pojok atau tengah akuarium pada posisi berdiri. Seperti halnya ikan lain, induk diskus pun akan membersihkan sarangnya sebelum meletakkan telur-telurnya.<br />
<br />
Sifat ikan ini sangat unik, yaitu telur dan larvanya tidak dapat dipisahkan dari induknya. Oleh karena itu, telurnya tidak dipisahkan dari induknya dan dibiarkan menetas dalam wadah pemijahan. Telur-telur tersebut akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Larva ini akan terus menempel pada induknya hingga berumur seminggu.<br />
<br />
Biasanya larva akan mulai berenang setelah berumur seminggu. Walaupun sudah bisa berenang, namun larva tersebut akan sering menempel pada induknya hingga berumur 21 hari. Beberapa pakar menyebutkan bahwa larva diskus tersebut memakan lendir yang keluar dari tubuh induknya atau sering disebut "menyusu" pada induk. Ada juga pakar yang percaya bahwa larva ini diberi pakan melalui mulut induknya.<br />
<br />
Walaupun ikan ini terkenal dengan sifatnya merawat telur dan anaknya, namun ada juga induk yang memakan telurnya sendiri. Sementara larva yang sudah bisa berenang tidak akan dimakan induknya. Oleh karena itu, biasanya peternak memberi sekat untuk membatasi induk dengan telurnya. Sekat tersebut terbuat dari kawat halus yang dilingkarkan ke sarang. Adanya sekat ini menyebabkan induk tidak dapat mencapai telurnya.<br />
<br />
Selain dengan sekat, dapat juga induknya diganti dengan induk yang sudah diketahui sebagai perawat telur dan larva yang baik. Penggantian induk ini dilakukan pada saat selesai memijah.<br />
Walaupun pakan untuk larva berasal dari induknya, namun akan lebih baik lagi bila ditambahkan nauplii artemia atau kutu air saring. Bila larva sudah pisah dari induknya, pakannya dapat diganti<br />
<br />
dengan kutu air besar. Namun, kualitas pakan tersebut harus diperhatikan, terutama pakan dari alam, agar ikan terhindar dari penyakit.<br />
Diskus berumur sebulan atau lebih sudah bisa diberi pakan cacing sutera, cacing darah, atau jentik nyamuk. Bahkan pelet pun dapat diberikan pada usia dewasa. Sementara penggantian air selama pembesaran perlu selalu diperhatikan. penggantian air ini rutin dilakukan setiap 1-2 hari sebanyak sepertiga atau separo volume air. Ukuran 4 cm atau berumur sekitar 3 bulan mulai dapat dijual.Agrobisnishttp://www.blogger.com/profile/09028064756407590382noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2532569662980250496.post-72398444469172994112011-05-19T01:12:00.000+07:002011-05-19T01:12:22.678+07:00Budidaya Angsa<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgusXwRpt1vFnDs6U1pobq7BFdpg_pRM-hIZ54MTPZAbBZrxB77BWpPsox2-OXwUC8OK5N8fuu8NI3EQiWDWlpBwkVGIIvlRCEgE4xNbGPfVOMgf1UGX0YB7Zfect_xTfo-luw6RYqhruDF/s1600/angsa.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgusXwRpt1vFnDs6U1pobq7BFdpg_pRM-hIZ54MTPZAbBZrxB77BWpPsox2-OXwUC8OK5N8fuu8NI3EQiWDWlpBwkVGIIvlRCEgE4xNbGPfVOMgf1UGX0YB7Zfect_xTfo-luw6RYqhruDF/s1600/angsa.jpg" /></a></div>Deskripsi <br />
Orang yang memelihara angsa sekarang ini sudah jarang kita temui. Padahal tanpa makanan yang khusus, angsa dapat berkembang biak dengan lebih baik dibandingkan kebanyakan unggas lainnya. Angsa tergolong sangat bandel dan relatif mudah tumbuh menjadi besar. Mereka lebih tahan terhadap penyakit dan hampir tidak memerlukan obat-obatan. <br />
Satu hal yang barangkali meragukan, yaitu tentang air. Orang sering disodorkan foto angsa di atas air sehingga berkonotasi bahwa angsa dan air tidak dapat dipisahkan. Sebenarnya tidak demikian, bahkan sebaliknya lumpur dapat menimbulkan penyakit pada angsa. Angsa jelas dapat menjadi ternak peliharaan yang baik di pekarangan rumah. <span id="more-56"></span><br />
<span style="font-family: Arial,Lucida Casual,sans-serif; font-size: x-small;"><strong>Pemilihan bibit</strong></span><br />
Pertama-tama yang harus ditentukan adalah pemilihan bibit angsa. Memilih bibit tergantung dari tujuan pemeliharaannya. Bila untuk sekedar hobby maka akan banyak pilihan karena sifatnya kesukaan pribadi. Sedangkan untuk keperluan memproduksi daging atau telur, pilihan menjadi agak terbatas karena harus memperhitungkan faktor ekonomis yaitu ongkos produksi harus lebih rendah dari harga jual. Mengkalkulasi ongkos produksi sudah barang tentu bukan pekerjaan mudah bagi seorang pemula. Barangkali salah satu cara untuk mengurangi kerugian dari kemungkinan gagal adalah mulailah dengan sedikit. Untuk produksi daging usahakan agar waktu penjualannya yaitu saat angsa berumur 4 sampai 6 bulan jatuh menjelang Hari Raya Idulfitri yang biasanya harganya lebih baik. Untuk patokan harga daging dan telur tiap hari bisa dilihat di Departemen Perdagangan dan Perindustrian R.I.<br />
Jenis bibit angsa yang terkenal diantaranya adalah Toulouse, Embden dan African yang tergolong paling berat tubuhnya, Pilgrim yang berat tubuhnya pertengahan dan Chinese yang paling ringan beratnya. Walaupun demikian, kecepatan pertumbuhan dan kemampuan berproduksi telur pada jenis bibit yang sama belum tentu akan sama hasilnya. Jadi dari pengalaman berternak nantinya, pilihlah bibit dari induk yang pertumbuhannya paling cepat dan menghasilkan banyak telur.<br />
<span style="font-family: Arial,Lucida Casual,sans-serif; font-size: x-small;"><strong><a name='more'></a>Kandang dan peralatan</strong></span><br />
Angsa tergolong binatang yang tidak kerasan tinggal di kandang. Biarkan mereka berkeliaran di halaman belakang sampai batas tertentu. Kandang diperlukan sebagai tempat berteduh dari hujan lebat dan angin kencang disamping sebagai tempat tidurnya. Ukuran kandang yang dianggap memadai untuk tiap ekor angsa adalah 1 X 1 meter persegi ditambah 3 sampai 4 X 1 meter persegi sebagai pekarangannya. Atap kandang diusahakan tidak bocor agar waktu hujan tetap kering. Makanan sebaiknya dibiasakan diberikan dalam kandang dalam baskom atau wadah plastik yang terbuka. Air minumannya diusakan berada di luar kandang untuk menjaga agar kandang tetap kering. Sarang tidak diperlukan kecuali sudah ada yang bertelur. Sarang bisa dibuat dari kotak kayu yang di dalamnya diberi alas dari serutan kayu atau pecahan strowbur. Cahaya di kandang harus cukup untuk menstimulasi percepatan produksi telur.<br />
<span style="font-family: Arial,Lucida Casual,sans-serif; font-size: x-small;"><strong>Memberi makan</strong></span><br />
Dalam masa pembiakan, pemberian 15% protein ditambah vitamin dalam kadar yang sama seperti untuk ayam dalam masa pembiakan dianggap telah cukup memenuhi kebutuhan nutrisi. Makanan sebaiknya tetap tersedia, demikian pula halnya dengan kulit kerang dan pasir. Makanan lainnya tidak ada yang spesifik, dedak dicampur sayuran atau sisa makananpun tidak menjadi masalah. Angsa sangat lahap dalam memakan rumput atau daun-daunan. Dibawah ini adalah tabel komposisi nutrisi sebagai acuan apabila memungkinkan untuk memberikannya.<br />
<table bgcolor="#ffffff" border="0" cellpadding="3" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td align="left" class="normal" width="100%"><br />
</td> </tr>
<tr> <td align="center" width="100%"> <table bgcolor="black" border="0" cellpadding="1" cellspacing="0" style="width: 440px;"><tbody>
<tr> <td align="center"> <table bgcolor="#f9f7f7" border="0" cellpadding="2" cellspacing="1"><tbody>
<tr> <td align="center" bgcolor="#f5f5ff" class="leftbarSub" width="180"><strong>Komposisi bahan</strong></td> <td align="center" bgcolor="#f5f5ff" class="leftbarSub" width="130"><strong>Starter</strong></td> <td align="center" bgcolor="#f5f5ff" class="leftbarSub" width="130"><strong>Grower-Finisher(Range)</strong></td> </tr>
<tr> <td align="left" class="rightbar">Ground yellow corn</td> <td align="center" class="rightbar">15</td> <td align="center" class="rightbar">20</td> </tr>
<tr> <td align="left" class="rightbar">Ground barley</td> <td align="center" class="rightbar">20</td> <td align="center" class="rightbar">25</td> </tr>
<tr> <td align="left" class="rightbar">Ground oats</td> <td align="center" class="rightbar">20</td> <td align="center" class="rightbar">25</td> </tr>
<tr> <td align="left" class="rightbar">Meat scrap (50%)</td> <td align="center" class="rightbar">2</td> <td align="center" class="rightbar">3</td> </tr>
<tr> <td align="left" class="rightbar">Soybean oil meal (47%)</td> <td align="center" class="rightbar">21,5</td> <td align="center" class="rightbar">4</td> </tr>
<tr> <td align="left" class="rightbar">Dried whey</td> <td align="center" class="rightbar">2</td> <td align="center" class="rightbar">-</td> </tr>
<tr> <td align="left" class="rightbar">Dehidrated alfalfa meal (17%)</td> <td align="center" class="rightbar">3</td> <td align="center" class="rightbar">-</td> </tr>
<tr> <td align="left" class="rightbar">Dicalcium phosphate</td> <td align="center" class="rightbar">0,5</td> <td align="center" class="rightbar">-</td> </tr>
<tr> <td align="left" class="rightbar">Iodized salt</td> <td align="center" class="rightbar">1</td> <td align="center" class="rightbar">1</td> </tr>
<tr> <td align="center" class="rightbar"><strong>TOTAL</strong></td> <td align="center" class="rightbar"><strong>100</strong></td> <td align="center" class="rightbar"><strong>100</strong></td> </tr>
<tr> <td align="left" class="rightbar"><strong> Tambahan:</strong></td> <td class="rightbar"><br />
</td> <td class="rightbar"><br />
</td> </tr>
<tr> <td align="left" class="rightbar">Riboflavin</td> <td align="center" class="rightbar">2 gram/ton</td> <td align="center" class="rightbar">-</td> </tr>
<tr> <td align="left" class="rightbar">Niacin</td> <td align="center" class="rightbar">20 gram/ton</td> <td align="center" class="rightbar">-</td> </tr>
<tr> <td align="left" class="rightbar">Vitamin B12</td> <td align="center" class="rightbar">6 miligram/ton</td> <td align="center" class="rightbar">-</td> </tr>
</tbody> </table></td> </tr>
</tbody> </table></td> </tr>
<tr> <td align="left" class="normal"><br />
</td> </tr>
</tbody> </table>Apabila pemeliharaan angsa dimaksudkan untuk dikonsumsi, umur angsa yang baik untuk dikonsumsi adalah 4 sampai 6 bulan. Keram mereka pada sangkar yang lebih kecil dan berikan makanan penuh (full feed) 3 atau 4 minggu sebelum batas waktu dikonsumsi.<br />
Adalah sangat mungkin untuk menumbuhkan angsa lebih cepat dengan memberi makan penuh (full feeding grower-finisher pellets) sepanjang masa pertumbuhan. Akan tetapi bila mereka telah mencapai berat yang diinginkan (5,5 sampai 7,5 kilogram) dalam waktu 12 sampai 14 minggu, maka kondisi bulunya akan banyak bulu-bulu pendek yang akan sulit dicabut dan dibersihkan. Setelah lewat 14 minggu, kondisi bulunya akan cepat membaik. Jadi ada baiknya menghemat rumput dengan membatasi pemberiannya pada masa awal dan berkonsentrasi pada masa akhir menjelang dikonsumsi atau dipasarkan.<br />
<span style="font-family: Arial,Lucida Casual,sans-serif; font-size: x-small;"><strong>Pembiakan</strong></span><br />
Biasanya angsa paling baik dijodohkan sepasang atau bertiga. Angsa jantan yang perkasa akan puas mendapat jodoh dengan 4 atau 5 betina. Apabila mereka telah memilih sendiri pasangannya, maka banyak sekali jantan berpasangan dengan betina yang sama dari tahun ke tahun. Jumlah telur yang dihasilan pada tahun ke dua akan lebih vanyak dari tahun pertama. Prosentase keberhasilan penetasannyapun semakin baik. Induk angsa dapat terus memproduksi telur sampai 10 tahun. Dari hasil penelitian, kemampuan reproduksi angsa jantan lebih cepat menurun dibandingkan angsa betina.<br />
<span style="font-family: Arial,Lucida Casual,sans-serif; font-size: x-small;"><strong>Pemeliharaan telur</strong></span><br />
Ambil telur dua kali tiap hari, terutama pada musim hujan. Selalu hati-hati dalam pengentasan telur. Berihkan bilamana dipandang perlu. Temperatur yang paling baik pada tempat penyimpanan telur adalah 7 sampai 13°C dengan kelembaban relatif paling kecil 70%. Bila telur akan disimpan lebih dari dua hari, balikkan tiap hari agar prosentase penetasannya meningkat. Apabila cara penyimpanan telur kurang baik, prosentase penetasan ini menurun setelah telur disimpan 6 – 7 hari. Apabila cara penyimpanannya tepat telur dapat bertahan 10 sampai 14 hari dengan hasil pengentasan yang tidak berkurang.<br />
<span style="font-family: Arial,Lucida Casual,sans-serif; font-size: x-small;"><strong>Pengeraman telur</strong></span><br />
Masa penginkubasian telur angsa yang paling umum adalah antara 29 sampai 30 hari. Empat sampai enam telur dapat diinkubasi pada setelan untuk ayam betina sedangkan 10 sampai 12 telur pada setelan angsa. Balikkan telur tiga atau lima kali sehari apabila incubator tidak bekerja sendiri. Angka bilangan pembalikkan telur harus ganjil untuk mencegah letak telur berada pada posisi yang sama tiap malam.<br />
Apabila telur dieram oleh induk ayam, ambilah anak angsa dari sarang segera setelah dientaskan. Simpan di tempat yang hangat sampai beberapa jam. Apabila anak angsa tidak segera diambil, maka induk ayam mungkin akan meninggalkan sarangnya lebih awal sebelum semua telur menetas.Agrobisnishttp://www.blogger.com/profile/09028064756407590382noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2532569662980250496.post-47856045032830932342011-05-19T01:04:00.000+07:002011-05-19T01:04:27.228+07:00Pertumbuhan Dan Produksi Cabai (Capsicum Annuum L.) Dengan Penggunaan Mulsa Dan Pemupukan Pk<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcZAhYaUbnA7T2RuHxtCHCp8Df0fS2NSX8NeLcW2q8KJSAHu81sqg0VXET9ihiAOP4BRvw5pvDzFWCAu-6usKbclh0FeF8TGqoCUoON0svCOrRht-PkZU58eYJgKRODHzB4vSjl9gvoN7y/s1600/cabe+mulsa-2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcZAhYaUbnA7T2RuHxtCHCp8Df0fS2NSX8NeLcW2q8KJSAHu81sqg0VXET9ihiAOP4BRvw5pvDzFWCAu-6usKbclh0FeF8TGqoCUoON0svCOrRht-PkZU58eYJgKRODHzB4vSjl9gvoN7y/s1600/cabe+mulsa-2.jpg" /></a></div><h3>Abstract</h3><div class="abstract">Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan mulsa, dan pemupukan PK serta interaksi antara penggunaan mulsa dan pemupukan PK terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai (Capsicum annuum L.). Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Amir Hamzah. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah penggunaan mulsa yang terdiri dari tiga jenis yaitu: Tanpa mulsa (M0), Mulsa plastik hitam (M1), Mulsa plastik perak (M2). Faktor yang kedua adalah pemupukan PK yang terdiri dari empat jenis yaitu: Tanpa pemupukan PK (Z0), 75 kg SP36/Ha + 50 kg KCl/Ha (Z1), 150 kg SP36/Ha + 100 kg KCl/Ha (Z2) dan 225 kg SP36/Ha + 150 kg KCl/Ha (Z3). Penggunaan mulsa memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman, produksi pertanaman, dan produksi per hektar. Pemupukan PK memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman dan diameter batang dan jumlah cabang yang terbentuk serta terhadap parameter produksi. Interaksi antara penggunaan mulsa dan pemupukan PK memperlihatkan pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang yang ada, serta terhadap produksi. </div>Agrobisnishttp://www.blogger.com/profile/09028064756407590382noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2532569662980250496.post-37207028300786653482011-05-19T00:58:00.000+07:002011-05-19T00:58:46.079+07:00Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhC5MBoRQzQjlhi1-FvXLSQgddYdQ1RRiHKFWeJAGjA05LLi46I8VZYw1gEvhbSEG1S_e_7VSLaEDW4K2p3Zj3RU8upZUrHNDovjxP_H8GkFvGm9QYMu0NC0fxXp2BOiKaCf00Lliz57ZKf/s1600/cabe+mulsa-1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhC5MBoRQzQjlhi1-FvXLSQgddYdQ1RRiHKFWeJAGjA05LLi46I8VZYw1gEvhbSEG1S_e_7VSLaEDW4K2p3Zj3RU8upZUrHNDovjxP_H8GkFvGm9QYMu0NC0fxXp2BOiKaCf00Lliz57ZKf/s1600/cabe+mulsa-1.jpg" /></a></div><b>Uraian</b><br />
Penelitian ini bertujuan untuk menguji ketahanan beberapa varietas tanaman cabai (Capsicum annum L.) terhadap serangan penyakit antraknosa dan untuk mengetahui pemakaian mulsa plastik terhadap penyakit antraknosa pada tanaman cabai (Capsicum annum L.). Jenis penyakit yang merusak tanaman cabai adalah penyakit antraknosa menyerang tanaman cabai dengan menginfeksi kulit buah yang muda maupun tua sehingga buah akan mengerut, mengeriting, warna buah berubah menjadi kehitaman dan membusuk dan keguguran, akhirnya produksi menurun kalau serangannya dibiarkan maka tanaman akan mati. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan, yaitu faktor varietas cabai :V1 (Varitas TM-999), V2 (Varietas Hot Beauty), V3 (Varietas Laris), V4 (Varietas Lokal) dan faktor mulsa : M0 (tanpa Mulsa), M1 (Mulsa Plastik Hitam Perak), M2 (Mulsa Plastik Hitam), dan diulang sebanyak 3 kali. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Merek, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, dari bulan September 2007 sampai April 2008. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berbagai varietas dengan mulsa berbeda nyata dalam persentase serangan pada buah, dimana persentase serangan terendah dengan faktor mulsa terdapat pada M1 (Mulsa Hitam Perak) pada pengamatan 17 MST yaitu sebesar 33,60 % dan persentase serangan tertinggi dengan faktor mulsa terdapat pada M0 (tanpa mulsa) pada pengamatan 17 MST yaitu sebesar 41,38 % dan persentase serangan terendah pada faktor varietas pada V1 (TM-999) sebesar 30,60 % pada pengamatan 17 MST dan persentase serangan yang tertinggi pada faktor varietas pada V3 (Varietas Laris) yaitu sebesar 41,83 %. Sedangkan persentase serangan terendah dengan interaksi kedua faktor adalah pada perlakuan M1V1 (Mulsa Hitam Perak dengan Varietas TM-999) yaitu sebesar 16,97 % pada pengamatan 17 MST dan persentase serangan tertinggi pada perlakuan M0V3 (tanpa mulsa dengan varietas Laris) yaitu sebesar 29,65 % pada pengamatan 17 MST. Perlakuan berbagai varietas dengan mulsa berbeda nyata dalam produksi buah, dimana produksi buah tertinggi dengan faktor mulsa terdapat pada M1 (Mulsa Hitam Perak) pada pengamatan 20 MST yaitu sebesar 3,657 ton/ha dan produksi buah terendah dengan faktor mulsa terdapat pada M0 (tanpa mulsa) pada pengamatan 20 MST yaitu sebesar 2,733 ton/ha dan produksi buah tertinggi pada faktor varietas pada V1 (TM-999) sebesar 3,605 ton/ha pada pengamatan 20 MST dan produksi buah yang terendah pada faktor varietas pada V3 (Varietas Laris) yaitu sebesar 2,478 ton/ha Sedangkan produksi buah tertinggi dengan interaksi kedua faktor adalah pada perlakuan M1V1 (Mulsa Hitam Perak dengan Varietas TM-999) yaitu sebesar 2,627 ton/ha pada pengamatan 20 MST dan produksi buah terendah pada perlakuan M0V3 (tanpa mulsa dengan varietas Laris) yaitu sebesar 1,400 ton/ha pada pengamatan 20 MST.Agrobisnishttp://www.blogger.com/profile/09028064756407590382noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2532569662980250496.post-25401731868310857302011-05-17T16:13:00.000+07:002011-05-17T16:13:20.858+07:00Budidaya Tokek<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGVIUykKvjtUEEUM2592aziOmQvL2ZNCNWjU9KIoSCIjyhfS7Bkt12cqqjhZhbvdLixXUy8iIDFJCrKohRW7juVT5_etPXGCKQ9QOxZBCHQQKlaGpjSkyB6l-Kqt2YVHX4GUjOSro8DrYc/s1600/tokek.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGVIUykKvjtUEEUM2592aziOmQvL2ZNCNWjU9KIoSCIjyhfS7Bkt12cqqjhZhbvdLixXUy8iIDFJCrKohRW7juVT5_etPXGCKQ9QOxZBCHQQKlaGpjSkyB6l-Kqt2YVHX4GUjOSro8DrYc/s1600/tokek.jpg" /></a></div><div style="text-align: justify;">Deskripsi</div><div style="text-align: justify;">Ada beberapa <b class="highlight">cara</b> <b class="highlight">budidaya</b> <b class="highlight">tokek</b> ini, tergantung modal yang kita miliki. Kalau modal kita hanya cukup membeli bamboo untuk tempat persembunyian <b class="highlight">tokek</b> maka bamboo yang telah kita beri lubang tersebut kita masukkan anak <b class="highlight">tokek</b> yang masih kecil kemudian kita simpan di atas pohon dan biarkan ia memakan serangga yang hinggap di pohon. Resikonya agak sulit di tangkap jika telah besar dan mungkin <b class="highlight">tokeknya</b> bisa kabur atau diambil orang lain dengan <b class="highlight">cara</b> dipancing bila dibandingkan dengan <b class="highlight">tokek</b> yang kita letakkan di dalam rumah-rumahan kawat ram di kebun-kebun atau di tengah-tengah sawah. <b class="highlight">Cara</b> ini masih konseptual lho karena penulis sendiri belum pernah melakukan <b class="highlight">budidayanya</b>. Bulan Desember 2007 penulis mendapat tiga ekor <b class="highlight">tokek</b> <span class="fullpost">dari daerah Kediri Jawa Timur lantas dibawa ke Bandung dengan <b class="highlight">cara</b> dimasukkan ke dalam botol plastic bekas kemasan air minum AQUA 1,5 liter dimasukkan ke dalam tas daypack dengan angkutan kereta api untuk diupayakan pembudidayaannya, namun </span><br />
dua hari kemudian <b class="highlight">tokek</b> ini mati entah karena kedinginan atau karena stress waktu dalam perjalanan, atau sebab-sebab lain yang tidak ketahuan. Makanan <b class="highlight">tokek</b> ini berdasarkan penalaman penulis sebelum ke Bandung yaitu jengkerik (Gryllus gryllus), kupu-kupu (?), laron (?) dan setelah di Bandung toek diberi jengkerik, nasi dan terakhir kecoa (Peryplaneta Americana). Mungkinkah kecoa entah ukurannya terlalu besar atau kaki-kakinya yang berduri atau bau kecoa yang sangat menyengat hingga mungkin beracun bagi <b class="highlight">tokek</b> penulis belum tahu secara pasti. Tanggal 03 January 2008 penulis membawa lagi empat <b class="highlight">tokek</b> yang berasal dari Malang Jawa Timur yang berhawa dingin seperti Bandung Jawa Barat dan satu ekor <b class="highlight">tokek</b> dari Kediri Jawa Timur dengan <b class="highlight">cara</b> dimasukkan ke dalam kurungan burung yang terbuat dari kawat ram dicat hijau daun muda dan didalamnya dimasukkan bumbung bamboo untuk persembunyian/menjaga kehangatan <b class="highlight">tokek</b> dan kurungan ini lantas dibungkus kertas Koran. <br />
Atap terbuat dari seng atau apa saja untuk melindungi dari hujan dan terik matahari <br />
</div><a name='more'></a>Pondasi bangunan agar rumah <b class="highlight">tokek</b> tidak mudah roboh atau diganggu pencuri <br />
Tempat persembunyian bawah jika tempat persembunyian atas terlalu panas <span class="fullpost"> <br />
<br />
Berupa kawat ram yang bisa dimasuki serangga tetapi <b class="highlight">tokeknya</b> tidak bisa keluar dari dalam. Sebaiknya kalau malam diberi lampu untuk mengundang serangga malam dan menjaga kehangatan <b class="highlight">tokek</b>. <br />
Tempat persembunyian atas jika tempat persembunyian bawah terlalu dingin <br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">Sifat Tokek<span class="fullpost"><br />
<br />
</span><span style="font-weight: bold;">1 Tokek Merupakan Binatang yang tahan lapar, serta tahan cuaca.</span><br />
Jadi kalo tokek gak diberi makan selama 1 minggu ato 2 minggu, itu gak masalah. Atopun dicuaca panas ato dingin itu juga gak masalah.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">2. Tokek Merupakan hewan kanibal</span><br />
Jadi jika dia kumpul jadi 1 kandang, dan merasa lapar,dia bersifat kanibal.<br />
Dia mempunyai pedoman siapa yang kuat dia yang menang, jadi ada hukum rimba di sini. Jadi saran saya 1 kandang 1 tokek. Supaya tidak ada persaingan makanan.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">3. Tokek Gampang Stress</span><br />
Dan Karena tokek yang gampang stres, maka sekali diletakan dikandang, jangan dipindah pindah lagi baik tokek maupun kandangnya. Tujuannya supaya tokek tidak stres, akibatnya dia akan gak doyan makan. Sebenarya tokek mati, rata rata mengalami stres. Soalnya ketika saya pertama kali banyak yang mati.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">4. Peletakan kandang di tempat yang sesuai</span>.<br />
Tempatnya usahakan di luar, kalo bisa dibawah pohon. Tujuanya supaya tetap merasa di alam.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">5. Adaptasi tokek dari ditangkap dan masuk kandang.<br />
</span>Biasanya tokek tidak mau makan selama 2 minggu ato bahkan lebih. Tapi jika kandang dibuat dari kayu, adaptasi akan menjadi lebih cepat. Jadi saya sarankan buat kandang dari kayu.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">6. Tujuan memisahkan per kandang</span>.<br />
Yaitu supaya tokek tidak bertelur ato berkembang biak. Karena tujuan utama saya yaitu membesarkan bukan membudidayakan.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">7. Untuk ukuran kandang bebas</span>.<br />
Syaratnya harus dari kayu, dan agak gelap. Madsutnya gelap semua tertutup kecuali pintu mengunakan kawat streamin. Dan usahakan max 2 ekor tokek dalam 1 kandang. Kalo ditempat saya menggunakan bekas lemari baju dari kayu, saya modif dengan pintu menggunakan kawat streamin.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">8. Untuk makanan</span>.<br />
Serangga adalah makanan tokek. Ini akan merangsang tokek menjadi lebih besar. Dalam hal ini bisa menggunakan jangkrik/Kroto sebagai makanan tokek.Untuk peningkatan beberapa ons itu tergantung banyak faktor, usahakan jangan sampai tokek merasa stress itu aja. buat kandang senyaman mungkin.<br />
<br />
<span style="font-weight: bold;">9. Cara memegang.</span><br />
Tokek memang agak menakutkan. biasanya memegang posisi dari belakang, dan sasaran kepalanya, jangan ekornya, karena dia akan melepaskan ekornya kalo dipegang, kayak cicak.<br />
caranya kalo kegigit, siram mulutnya dengan air hangat ato, alihkan gigitanya dengan benda agak lunak misal kain.</span></span>Agrobisnishttp://www.blogger.com/profile/09028064756407590382noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2532569662980250496.post-5834754600228576742011-05-17T15:55:00.000+07:002011-05-17T15:55:58.626+07:00Misteri Sidat, Sogili, Pelus (Anguilla spp.) di Indonesia<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7FJNIEVVo-ZcIyw_6sR3y3WCRTWC-NVm-vy7vQ3ZMzcp4gRJBnY766vR5TSJtIwYFjBEvTS9_yZP642amNAxGyt1wrMK0YlBUmTwvpWTJf66SeeZKQEsVRKQ1glnNylztCbu7sx9hDwlo/s1600/ikan+sidat-1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7FJNIEVVo-ZcIyw_6sR3y3WCRTWC-NVm-vy7vQ3ZMzcp4gRJBnY766vR5TSJtIwYFjBEvTS9_yZP642amNAxGyt1wrMK0YlBUmTwvpWTJf66SeeZKQEsVRKQ1glnNylztCbu7sx9hDwlo/s1600/ikan+sidat-1.jpg" /></a></div>Di wilayah Pasifik Barat (sekitar perairan Indonesia) dikenal ada tujuh spesies <strong>ikan sidat </strong>yaitu : <em>Anguilla celebensis</em> dan <em>Anguilla borneensis</em>, yang merupakan jenis endemik di perairan sekitar pulau Kalimantan dan Sulawesi, <em>Anguilla interioris</em> dan <em>Anguilla obscura</em> yang berada di perairan sebelah utara Pulau Papua, <em>Anguilla bicolor pasifica</em> yang dijumpai di perairan Indonesia bagian utara (Samudra Pasifik), <em>Anguilla bicolor pasifica</em> yang berada di sekitar Samudra Hindia (di sebelah barat Pulau Sumatra dan selatan Pulau Jawa), sedangkan <em>Anguilla marmorata</em> merupakan jenis sidat kosmopolitan yang memiliki sebaran sangat luas di seluruh perairan tropis (Sarwono, 2000).<br />
Ikan sidat termasuk dalam kategori ikan katadromus, ikan sidat dewasa akan melakukan migrasi kelaut untuk melakukan pemijahan, sedangkan anakan ikan sidat hasil pemijahan akan kembali lagi ke perairan tawar hingga mencapai dewasa. Sejak awal tahun 1980, jumlah glass eel yang memasuki sungai-sungai di Eropa mengalami penurunan hingga tinggal 1% dari jumlah semula (Dekker dalam Dannewitz, 2003). Menurunnya jumlah glass eel yang memasuki suatu wilayah perairan menunjukkan kemungkinan adanya penurunan kualitas lingkungan yang mengancam populasi sidat.<br />
Ikan sidat termasuk dalam genus Anguilla, famili Anguillidae, seluruhnya berjumlah 19 spesies. Wilayah penyebarannya meliputi perairan Indo-Pasifik, Atlantik dan Hindia. Ikan sidat merupakan ikan nokturnal, sehingga keberadaannya lebih mudah ditemukan pada malam hari, terutama pada bulan gelap. Bleeker <em>dalam</em> Liviawaty dan Afrianto (1998), mengatakan bahwa ikan sidat mempunyai klasifikasi sebagai berikut :<br />
Phylum : Chordata<br />
Class : Pisces<br />
Ordo : Apodes<br />
Famili : Anguillidae<br />
Genus : Anguilla<br />
Spesies : <em>Anguilla</em> sp.<br />
<br />
<a name='more'></a>Jenis-jenis ikan sidat (Anguila spp.)<br />
<hr size="2" /> <ol><li> Valid Name Author English Name</li>
<li> Anguilla anguilla (Linnaeus, 1758) European eel</li>
<li> Anguilla australis australis Richardson, 1841 Shortfin eel</li>
<li> Anguilla australis schmidti Philipps, 1925</li>
<li> Anguilla bengalensis bengalensis (Gray, 1831) Indian mottled eel</li>
<li> Anguilla bengalensis labiata (Peters, 1852) African mottled eel</li>
<li> Anguilla bicolor bicolor McClelland, 1844 Indonesian shortfin eel</li>
<li> Anguilla bicolor pacifica Schmidt, 1928 Indian short-finned eel</li>
<li> Anguilla breviceps Chu & Jin, 1984</li>
<li> Anguilla celebesensis Kaup, 1856 Celebes longfin eel</li>
<li> Anguilla dieffenbachii Gray, 1842 New Zealand longfin eel</li>
<li> Anguilla interioris Whitley, 1938 Highlands long-finned eel</li>
<li> Anguilla japonica Temminck & Schlegel Japanese eel</li>
<li> Anguilla malgumora Kaup, 1856 Indonesian longfinned eel</li>
<li> Anguilla marmorata Quoy & Gaimard, 1824 Giant mottled eel</li>
<li> Anguilla megastoma Kaup, 1856 Polynesian longfinned eel</li>
<li> Anguilla mossambica (Peters, 1852) African longfin eel</li>
<li> Anguilla nebulosa McClelland, 1844 Mottled eel</li>
<li> Anguilla nigricans Chu & Wu, 1984</li>
<li> Anguilla obscura Günther, 1872 Pacific shortfinned eel</li>
<li> Anguilla reinhardtii Steindachner, 1867 Speckled longfin eel</li>
<li> Anguilla rostrata (Lesueur, 1817) American eel</li>
</ol><hr size="2" />Sumber: <em>www.fishbase.org</em> Ikan sidat betina lebih menyukai perairan esturia, danau dan sungai-sungai besar yang produktif, sedangkan ikan sidat jantan menghuni perairan berarus deras dengan produktifitas perairan yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan produktifitas suatu perairan dapat mempengaruhi distribusi jenis kelamin dan rasio kelamin ikan sidat. Perubahan produktifitas juga sering dihubungkan dengan perubahan pertumbuhan dan fekunditas pada ikan (EIFAC/ICES, 2000). Helfman <em>et al</em>. (1997) mengatakan bahwa ikan sidat jantan tumbuh tidak lebih dari 44 cm dan matang gonad setelah berumur 3-10 tahun. <em>Anguilla</em><em> sp</em>. tergolong gonokhoris yang tidak berdiferensiasi, yaitu kondisi seksual berganda yang keadaannya tidak stabil dan dapat terjadi intersex yang spontan (Effendi,2000).<br />
Stadia perkembangan ikan sidat baik tropik maupun subtropik (temperate) umumnya sama, yaitu stadia leptochephalus, stadia metamorphosis, stadia glass eel atau elver, yellow eel dan silver eel (sidat dewasa atau matang gonad). Setelah tumbuh dan berkembang di perairan tawar, sidat dewasa (yellow eel) akan berubah menjadi silver eel (sidat matang gonad), dan selanjutnya akan bermigrasi ke laut untuk berpijah. Lokasi pemijahan sidat tropis diduga berada di perairan Samudra Indonesia, tepatnya di perairan barat pulau Sumatera (Setiawan <em>et al</em>., 2003).<br />
Juvenil ikan sidat hidup selama beberapa tahun di sungai-sungai dan danau untuk melengkapi siklus reproduksinya (Helfman <em>et al</em>, 1997). Selama melakukan ruaya pemijahan, induk sidat mengalami percepatan pematangan gonad dari tekanan hidrostatik air laut, kematangan gonad maksimal dicapai pada saat induk mencapai daerah pemijahan. Proses pemijahan berlangsung pada kedalaman 400 m, induk sidat mati setelah proses pemijahan (Elie, P., 1979 <em>dalam </em>Budimawan, 2003).<br />
Waktu berpijah sidat di perairan Samudra Hindia berlangsung sepanjang tahun dengan puncak pemijahan terjadi pada bulan Mei dan Desember untuk <em>Anguilla</em><em> bicolor bicolor</em>, Oktober untuk <em>Anguilla</em><em> marmorata</em>, dan Mei untuk <em>Anguilla</em><em> nebulosa nebulosa</em> (Setiawan <em>et al</em>., 2003). Di perairan Segara Anakan, <em>Anguilla bicolor</em> dapat ditemukan pada bulan September dan Oktober, dengan kelimpahan tertinggi pada bulan September (Setijanto <em>et al</em>., 2003).Makanan utama larva sidat adalah plankton, sedangkan sidat dewasa menyukai cacing, serangga, moluska, udang dan ikan lain. Sidat dapat diberi pakan buatan ketika dibudidayakan (Liviawaty dan Afrianto, 1998). Tanaka <em>et al.</em>(2001) mengatakan bahwa pakan terbaik untuk sidat pada stadia preleptochepali adalah tepung telur ikan hiu, dengan pakan ini sidat stadia preleptochepali mampu bertahan hidup hingga mencapai stadia leptochepali.<br />
Kedatangan juvenil sidat di estuaria dipengaruhi oleh beberapa factor lingkungan, terutama salinitas, debit air sungai, ‘odeur’ air tawar dan suhu. Elver yang sedang beruaya anadromous menunjukkan kadar thyroid hyperaktif yang tinggi, sehingga bersifat reotropis (ruaya melawan arus). Elver juga bersifat haphobi (menghindari massa air bersalinitas tinggi) sehingga memungkinkan ruaya melawan arus ke arah datangnya air tawar (Budimawan, 2003).<br />
<a href="http://www.musida.web.id/indo/toleransi-ikan-sidat-terhadap-lingkungan">Aktivitas sidat</a> akan meningkat pada malam hari, sehingga jumlah elver yang tertangkap pada malam hari lebih banyak daripada yang tertangkap pada siang hari (Setijanto <em>et al</em>., 2003). Hasil penelitian Sriati (2003) di di muara sungai Cimandiri menunjukkan bahwa elver cenderung memilih habitat yang memiliki salinitas rendah dengan turbiditas tinggi. Salinitas dan turbiditas merupakan parameter yang paling berpengaruh terhadap kelimpahan. Kelimpahan elver yang paling tinggi terjadi pada saat bulan gelap.<br />
Ikan sidat mampu beradaptasi pada kisaran suhu 12<sup>o</sup>C-31<sup>o</sup>C, sidat mengalami peurunan nafsu makan pada suhu lebih rendah dari 12<sup>o</sup>C. Salinitas yang bisa ditoleransi berkisar 0-35 ppm. Sidat mempunyai kemampuan mengambil oksigen langsung dari udara dan mampu bernapas melalui kulit diseluruh tubuhnya (Liviawaty dan Afrianto, 1998).Agrobisnishttp://www.blogger.com/profile/09028064756407590382noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2532569662980250496.post-42815268606945134722011-05-17T15:45:00.000+07:002011-05-17T15:45:40.072+07:00Budidaya Ikan Sidat<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCdb8i0i6TYH-am7kPPVHzlMa-EP7Ic4fXjSeSJP0O7mPjG7iniDzOwi4PN6TdHp7Lo2hgzqZHBYW9MLR9c9tfMuh88sJgGzbyNJPSMgLtoe88g0qu_V-GVQw58SkaeSjTMzEt24lf5i7c/s1600/ikan+sidat.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCdb8i0i6TYH-am7kPPVHzlMa-EP7Ic4fXjSeSJP0O7mPjG7iniDzOwi4PN6TdHp7Lo2hgzqZHBYW9MLR9c9tfMuh88sJgGzbyNJPSMgLtoe88g0qu_V-GVQw58SkaeSjTMzEt24lf5i7c/s1600/ikan+sidat.jpg" /></a></div>Deskripsi<br />
Tidak seperti halnya ikan mas, ikan patin, udang windu, ikan lele dan lobster air tawar, pengembangan usaha budidaya sidat di Indonesia masih sulit dilaksanakan, apalagi penyediaan benih ikan ini betul-betul tergantung alam. Pemeliharaan benih sidat di kolam-kolam belum popular, karena ikan ini karnivor dan kanibal.<br />
<br />
Benih yang didapat dari alam ditampung dan diberi makan cacing halus. Umumnya, hasil budidaya sidat ini diekspor. Tujuan ekspor benih sidat ke luar negeri, terutama Jepang, negeri yang perikanan sidatnya sudah sangat maju tetapi sangat membutuhkan benih cukup banyak. Untuk menambah pengetahuan dan alih teknologi, berikut diterangkan budidaya sidat yang dilakukan di Jepang.<br />
<br />
PENYEDIAAN PAKAN <br />
Sebelum mengumpulkan benih sidat, persediaan pakan harus disiapkan terlebih dahulu. Sebelum pakan buatan ditemukan, ikan rucah digunakan sebagai pakan sidat.<br />
<br />
Pakan buatan yang tersedia adalah dalam bentuk tepung. Untuk ransum makanan, pakan buatan dicampur air dengan rasio 1 : 1. kadang-kadang, dapat juga ditambah obat-obatan dan cacahan ikan runcah. Campuran pakan ini diaduk sehingga berbentuk adonan dan segera diberikan kepada sidat sebelum menjadi keras.<br />
<br />
Kandungan protein yang dibutuhkan dalam pakan elver, sidat muda dan dewasa berturut-turut adalah 55,50 dan 45%. Sedangkan kandungan lemak dalam ransum makanan pada umumnya 3%. Ransum makanan yang diberikan sebanyak 2-6% berat total tubuh sampai ikan tumbuh menjadi 40g, kemudian ransum makan yang diberikan hanya 1-3% berat total tubuh.<br />
<br />
Peternak harus mengamati aktivitas makan sidat dengan cermat dan mengatur ransum makanan sehingga sidat dapat mengkonsumsi semua pakan dalam satu jam atau lebih baik lagi dalam waktu 30 menit. Pakan buatan haru disimpan di tempat dingin dan kering, dalam cold strorage (ruang pendingin), dan pakan yang baru harus dibeli setiap satu atau dua minggu dari pabriknya.<br />
<a name='more'></a>PENGUMPULAN BENIH SIDAT <br />
Elverdikumpulkan dari daerah muara sungai ketika mereka mulai beruaya ke arah sungai, yaitu saat akhir musim gugur sampai musim dingin di Jepang. Nelayan mengumpulkan elver dengan seser atau jarring penangkap serta menggunakan lampu untuk menarik perhatiannya. Ukuran mata jaring alat tangkap tersebut adalah 0,7-1,0 mm. Elver yang terkumpul kadang disimpan dalam kandang elver, yaitu kotak kayu yang mempunyai saringan di dasarnya. Ketika elver mencapai kepadatan tertentu, mereka dipindahkan ke bak-bak pemeliharaan. Elver harus ditangani dengan hati-hati untuk mencegah kematian karena luka-luka. Ukuran elver adalah 0,15-0,2g berat tubuh dengan panjang total 50-60 cm.<br />
<br />
PEMELIHARAAN ELVER DAN SIDAT MUDA <br />
Peternak sidat membeli elver dari pemasok. Elver yang akan dibeli diperiksa dahulu untuk meyakinkan bahwa benih sidat tidak luka, berpenyakit, atau lemah. Terkadang, elver direndam dalm larutan obat beberapa saat, guna mencegah pertumbuhan bakteri patogen, sebelum dimasukan ke bak pemeliharaan.<br />
<br />
Elver dipelihara di dalam bak berkapasitas 30-50m² dengan kedalaman 50-70 cm. Bak-bak diletakkan di dalam ruangan. Tiga atau empat hari pertama, anak sidat ini harus aklimatisasi sesuai kondisi bak-bak tanpa pemberian pakan. Jika suhu air akan ditingkatkan sampai optimum (25-28ºC di Jepang), harus dilakukan bertahapselama aklimatisasi. Perubahan mendadak menyebabkan tekanan fisiologik.<br />
<br />
Cacing tubificid (tubifisid) merupakan makanan terbaik bagi pemeliharaan awal elver. Untuk beberapa hari, cacahan tubificiddiberikan disekeliling dinding bak, sehingga semua elver memperoleh kesempatan untuk memangsa ransum yang tersedia. Setelah itu, area pemberian pakan dipersempit sampai pakan hanya diberikan sepanjang satu penampangdinding. Dengan cara ini, anak sidat dilatih untuk makan di tempat dan waktu yang telah ditentukan.<br />
<br />
Dalam waktu dua sampai empat minggu, ransum makanan diberikan dua kali sehari, subuh dan petang hari, pada suatu tempat berpenarangan lampu 20-40 watt. Waktu makan secara perlahan dialihkan ke siang hari. Meski sidat telah terbiasa makan siang hari, pakan tetap diberikan dua atau tiga kali sehari selama dua sampai tiga bulan.<br />
<br />
Setelah dua atau tiga minggu dari awal pemberian pakan, cacahan daging ikan dan pakan buatan mulai dicampur dengan cacing tubificid. Jumlah pakan buatan dalam pakan campuran tersebut ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai akhirnya hanya pakan buatan yang diberikan.<br />
<br />
Beberapa peternak tetap memberikan campuran cacahan ikan dan pakan buatan sampai sidat berbobot 1g. Ketika sidat masih kecil, pasta makanan disediakan agak lunak. Setelah sidat tumbuh lebih besar, diberikan pasta agak padat.<br />
<br />
Padat penebaran elver biasanya berkisar antara 150g/m² dan 300g/m². Kelulushidupan elver sampai berat tubuh 1g adalah 80-90%.<br />
<br />
PEMBESARAN <br />
Setelah anak sidat dapat menerima ransum makanan yang terdiri dari pakan buatan saja, pemilahan sidat pertama kali dilakukan. Semua sidat dari dalam bak dikumpulkan melalui pipa pengeluaran ke dalam keranjang dan dipindahkan ke jaring kurung kecil di bak lain.<br />
<br />
Sidat yang besar dipisahkan, yang lebih kecil dipindahkan ke bak-bak budidaya untuk pembesaran lebih lanjut. Kemudian, pemilahan dilakukan setiap 40 hari.<br />
<br />
Pemilahan yang sering dilakukan memiliki beberapa manfaat, yaitu memungkinkan mengetahui persediaan sidat yang dibudidaya, meningkatkan efisiensi pakan dengan mengurangi kemungkinan pakan yang tersisa, memungkinkan pengamatan kondisi sidat secara cermat, dan dapat benar-benar membersihkan bak-bak budidaya.<br />
<br />
Adonan pakan buatan, kini, diberikan satu kali sehari sebanyak 1-3% berat total tubuh dalam bak budidaya. Kepadatan ideal untuk sidat berbobot 10g adalah 3 sampai 6 kg/m² dan untuk sidat besar, 9-21kg/m².<br />
<br />
Sisa bahan organic yang tertimbun di pusat bak karena pergerakan air harus dibersihkan dengan cara disedot setiap pagi dan sore. Pengelolaan air budidaya dilakukan dengan cermat sepanjang musim dingin untuk menjaga air tetap bersih dan hangat (dengan memanaskan air sampai suhu optimal), sementara pergantian air dilakukan sesedikit mungkin untuk efisiensi biaya pemanasan.<br />
<br />
PANEN DAN PEMASARAN <br />
Setelah lima bulan dibudidaya, sidat yang tumbuh cepat telah mencapai ukuran jual. Sidat tersebut tetap dapat dipanen untuk dipasarkan. Sidat yang dipanen diletakkan di dalam keranjang plastik. Keranjang ini diletakkan di dalam bak berisi air dengan sirkulasi. Pakan tidak diberikan selama satu hari sebelum pengangkutan ke pasar.<br />
<br />
Untuk pengangkutan selama lima sampai 10 jam dapat digunakan keranjang plastik, yaitu 10 keranjang yang berisi 4-5kg sidat ditumpuk dan air dingin dipancurkan di atas tumpukan keranjang tersebut. Satu keranjang berisi 1-2kg es batu kemudian diletakkan di atas tumpukkan tersebut. Tumpukkan tadi kemudian dimuat ke atas truk dengan ditutup kain kanvas.<br />
<br />
Untuk jarak jauh, yang memerlukan waktu 20 sampai 30 jam, sidat dikemas dalam kantong plastik lapis dua berkapasitas 8 liter, diisi 1-2 liter air, 0,5-1kg es batu dan gas oksigen. Satu kantong dapt diisi 5-10kg sidat. Biasanya, dua kantong dikemas dalam satu kotak Styrofoam.<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgT7RvJ_H50MEuEmJF7GCwld-PRT3ANigUMBkmyifDCQ-IVZV_WkUcTesoZFgELFP66-sn6qZc3WJDIH6Kgo2XvLvHlXzVfaQiOZMn2MoFBqlz6RbhQlXeLDL23ZPoB0ixZlDKf8OtAVi4/s1600-h/images.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5368187724053436882" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgT7RvJ_H50MEuEmJF7GCwld-PRT3ANigUMBkmyifDCQ-IVZV_WkUcTesoZFgELFP66-sn6qZc3WJDIH6Kgo2XvLvHlXzVfaQiOZMn2MoFBqlz6RbhQlXeLDL23ZPoB0ixZlDKf8OtAVi4/s320/images.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 108px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 135px;" /></a><br />
<br />
<strong>Perubahan Iklim Ubah Pola Migrasi Sidat Tropis</strong><br />
Perubahan iklim telah mengubah pola migrasi ikan sidat di perairan laut Kepulauan Indonesia. Jika biasanya ikan ini hanya bisa dilihat di laut selama setengah tahun, namun saat ini belut laut ini muncul sepanjang tahun.<br />
<br />
Bentuknya seperti ular. Namun secara biologis karena memiliki insang dan sirip dia masuk kelompok ikan. Orang Indonesia biasa menyebutnya ikan sidat (belut laut tropis) atau bahasa latinnya anguilla sp. Jarang sekali ikan ini dikonsumsi oleh orang pribumi. Meski demikian, jangan remehkan ikan ini dari bentuknya. Sebab kandungan nutrisi ikan ini berada di atas rata-rata semua jenis ikan. Bahkan, di Eropa, Amerika, dan Jepang ikan ini laris manis dan menjadi konsumsi dari kalangan menengah ke atas karena harganya cukup mahal.<br />
<br />
Bahkan sebagian orang Jepang percaya bahwa dengan mengonsumsi ikan ini bisa menambah stamina dan memperpanjang umur. Meskipun terkesan hanya sebagai mitos, namun secara medis ikan ini memang memiliki kandungan nutrisi protein, karbohidrat, serta omega 3 yang tinggi. Sehingga menguatkan fungsi otak dan memperlambat terjadinya kepikunan. Indonesia memiliki potensi sebagai penghasil ikan sidat jenis tropis yang melimpah.<br />
<br />
Menurut Peneliti Bidang Sumber Daya Laut Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hagi Yulia Sugeha menyatakan RI berpotensi menjadi penghasil ikan sidat terbesar di dunia. Sebab, ikan sidat jenis tropis yang ada di perairan laut Indonesia memiliki karakter yang unik. Sidat betina tropis memiliki kemampuan reproduksi sembilan kali lebih banyak ketimbang jenis ikan sidat dari lintang tinggi. Ini bisa dilihat dari jumlah telur yang dibawa dalam perutnya. Selain itu kemampuan memijahnya pun sepanjang tahun. Dengan kemampuan bertelur mencapai ratusan ribu bahkan jutaan telur, maka ikan ini sangat potensial untuk dibudidayakan.<br />
<br />
“Ikan sidat merupakan menu paling mahal di Jepang disebut sebagai unagi tahun 2000-an harga ikan ini di pasar 700 yen per ekor (saat itu sekira Rp.490 ribu per ekor). Tapi kalau sudah diolah yang siap makan di restoran harganya 5.000 yen per porsi. Itu hanya orang kaya yang beli padahal hanya 1 potong,” katanya.<br />
<br />
Meski demikian, kata dia, ikan sidat kini mulai menunjukkan pola hidup yang berbeda. Menurut Yulia, ini bisa disebabkan oleh perubahan iklim atau kondisi air yang tercemar. Selama ini dilaporkan ikan ini akan muncul di lautan hanya setengah tahun. Namun ternyata berdasarkan penelitian yang dia lakukan di Muara Sungai Poigar sebelah utara pulau Sulawesi, ikan ini bisa muncul sepanjang tahun. Selain itu, komposisi spesies ikan sidat yang masuk ke perairan laut Indonesia pun bisa berbeda. Dalam satu tahun bisa dominan sidat jenis spesies celebesensis, sedang tahun berikutnya bisa dominan marmorata.<br />
<br />
Pengamatan yang dilakukan Yulia bersama empat peneliti dari Jepang selama kurun 1997-1999, terungkap bahwa pola migrasi sidat Muara Sungai Poigar Sulawesi tercatat ada tiga karakter spesies sidat yang melimpah. Yakni, jenis anguilla celebesensis, marmorata, dan bicolor pacifica. Selama tiga tahun penelitian celebesensis merupakan spesies paling melimpah dengan angka 73,5 persen, 79,5 persen, dan 81,9 persen. Marmorata merupakan spesies dengan kelimpahan nomor dua dengang persentase 23,8 persen, 18,8 persen, dan 17,7 persen. Sedangan bicolor pasifika hanya 2,7 persen, 1,7 persen, dan 0,3 persen.<br />
<br />
“Selama awal bulan, belut laut ini tampak lebih melimpah saat laut pasang ketimbang saat surut. Dari hasil penelitian ini menemukan bahwa ikan sidat akan menjadi melimpah saat awal bulan dan saat laut pasang,” katanya.<br />
<br />
Namun selama empat tahun terakhir penelitian yang dilakukan Yulia bersama tim peneliti LIPI, ditemukan pola migrasi yang berbeda dari ikan ini.<br />
<br />
Menurut dia, ikan sidat telah mengubah tingkah laku migrasi. Dia bersama tim peneliti baru saja melaporkan tentang perubahan dominasi spesies. Celebesensis yang sebelumnya tampak melimpah kini telah digantikan oleh marmorata. Toh meskipun, kata dia, dalam bermigrasi celebesensis memang lebih dekat ke Indonesia dibandingkan marmorata dan bicolor pasifika.<br />
<br />
“Kami menduga perubahan siklus ini karena dia mengikuti siklus perubahan iklim. Jadi mungkin 10 tahun kemudian bisa jadi celebesensis akan dominan lagi. Lha kalau dipengaruhi lagi oleh perubahan iklim itu bisa berubah sebab spesies yang bermigrasi sangat erat kaitannya dengan perubahan iklim atau lingkungan. Jadi apabila lingkungan berubah, maka pola migrasinya juga akan berubah. Misalnya sungainya rusak, tercemar dan lainnya,” paparnya.<br />
<br />
Para ilmuwan memang sudah terlanjur khawatir. Bahwa pada 2030 mendatang diperkirakan banyak spesies akan punah. Namun kenyataannya dilaporkan bahwa Indonesia merupakan tempat bagi tujuh dari 18 spesies ikan sidat yang ada di dunia.<br />
<br />
Bahkan hasil penelitian yang dilakukan Yulia dan Tim LIPI menemukan lima jenis spesies baru yang karakternya belum pernah di laporkan ada di dunia. Sehingga berpeluang menjadi spesies baru di luar angka 18 spesies yang telah tercatat tersebut. Selain itu, dia menemukan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi tempat tinggal tujuh spesies sidat, namun juga ditemukan dua spesies lainnya yang termasuk bagian dari 18 spesies tersebut. Artinya Indonesia berpeluang ditempati sembilan spesies sidat yang pernah dikenal di dunia.<br />
<br />
Tidak hanya itu, spesies moyang dari sidat yakni anguilla borneensis merupakan spesies yang hanya ada di Indonesia dan statusnya sudah endemis atau terancam punah. Wilayah Indonesia memang sangat memungkinkan sebagai tempat favorit sidat, karena karakter ikan sidat yang suka bertelur di wilayah gugusan pulau. Selain itu banyaknya gunung dan danau merupakan surga bagi ikan ini. Yulia bersama Tim peneliti sempat menemukan ikan sidat yang sudah berumur 15 tahun dengan ukuran panjang 1,72 meter dan berat 15 kg. Tingkat pertumbuhannya memang tinggi di daerah tropis.<br />
<br />
“Curiga saya jangan-jangan 18 spesies dunia awal penyebarannya dari Indonesia kemudian menyebar ke daerah lain,” katanya.<br />
<br />
Mempelajari pola karakter hidup ikan sidat memang unik. Ikan ini bisa hidup di air tawar maupun asin, dipercaya inilah yang menyebabkan metabolisme dan daya tahan tubuh ikan ini menjadi tinggi sehingga kandungan nutrisinya pun tinggi. Ikan sidat dewasa akan bereproduksi di laut. Sementara jutaan anakan-anakan ikan ini akan bermigrasi mencari muara dan menuju air tawar dan tinggal di sana selama bertahun-tahun.<br />
<br />
Setelah dewasa sidat akan kembali mencari laut untuk bereproduksi begitu terus siklusnya. Ini terbalik dari ikan salmon yang justru mencari air tawar untuk melakukan reproduksi, dan anak-anaknya yang akan bermigrasi mencari laut.<br />
<br />
Namun menurut Yulia, memang ada yang berubah dari pola migrasi sidat. Temuan lain yang dia dapatkan bersama tim peneliti adalah pola migrasi yang tidak sama antara Indonesia bagian barat, tengah, dan timur.<br />
Penelitian yang dilakukan secara serentak di tiga wilayah tersebut dengan melibatkan banyak anggota tim peneliti menemukan bahwa musim kemarau merupakan puncak kelimpahan sidat di Indonesia bagian tengah yakni pada bulan April – Oktober. Namun kebalikannya, justru Indonesia bagian barat dan timur kelimpahannya rendah saat musim kemarau.<br />
<br />
“Jadi kemungkinan ketemu kelimpahannya di musim penghujan. Nah implikasinya buat pengelolaannya tidak boleh sama. Kebiasaan di Indonesia, jika satu budi dayanya seperti ini maka yang lainnya juga sama. Padahal musimnya saja beda,” paparnya.<br />
<br />
Hingga saat ini, memang eksploitasi ikan sidat masih mengandalkan hasil tangkapan alam. Biasanya ikan sidat ditangkap saat anakan untuk kemudian diekspor atau pada ukuran yang sudah besar. Meskipun di Indonesia potensinya memang melimpah dan belum tergali, namun menurut Yulia hingga saat ini belum ditemukan lokasi di mana ikan sidat ini bertelur dan bereproduksi. Jika sudah ditemukan lokasi dan karakternya, tentu akan sangat membantu pengembangan budi dayanya.<br />
<br />
Selain itu, dia mengkhawatirkan masih ada spesies lain ikan sidat di negeri ini yang belum ditemukan. Kekhawatirannya spesies tersebut sudah punah lebih dulu sebelum dilakukan pencatatan akibat eksploitasi yang tidak mempertimbangkan keberlanjutan kehidupan ikan ini.<br />
<br />
Sebuah piring berwarna putih diletakkan seorang pelayan di atas meja di sebuah warung makan sederhana di Kota Tentena, tepian danau Poso, Sulawesi Tengah.<br />
<br />
Di dalamnya tampak sepotong ikan belut bakar, warga setempat menyebutnya sogili (anguilia spp). Di sampingnya ada lalapan berupa potongan ketimun kupas, daun kemangi segar dan kacang panjang serta dabu-dabu (sambal) berupa irisan bawang merah, tomat dan cabe yang diberi garam secukupnya.<br />
<br />
Setelah menyodorkan sayur asam dan sepiring nasi putih, sang pelayan kemudian mempersilahkan saya menyantap hidangan yang bau harumnya telah menyodok hidung dan mengumbar nafsu makan sejak ikan sogili atau masapi itu dibakar di dapur tepat di belakang meja makan yang tepisah dengan dinding papan setinggi satu meter.<br />
<br />
“Mari pak, silahkan,” kata Ny. Eli Patodo, pemilik warung tersebut.<br />
<br />
Hanya dalam beberapa menit, sogili ini tinggal tulangnya saja. Sayur lalap dan dabu-dabu yang disajikan lenyap bersamaan dengan daging sogili.<br />
<br />
Ketika hendak meninggalkan warung sederhana tapi nyaman di ujung jembatan Pamona itu, Ny. Eli Patodo menyebut Rp25.000 untuk harga menu yang baru saja dinikmati.<br />
<br />
“Memang begitu harganya. Ini malah sudah agak murah karena sekarang, sogili mulai banyak. Kalau beberapa bulan sebelumnya, harga satu potong ikan sogili goreng atau bakar bisa Rp30.000,” kata Marten, seorang warga Kota Tentena.<br />
<br />
Itu sebabnya, hanya sebagian kecil masyarakat Tentena yang biasa makan sogili.<br />
<br />
“Torang (kami) di sini kalau tidak ba tangkap sendiri, tidak mo pernah makan sogili. Kalu cuma harap beli, harganya mahal sekali,” katanya.<br />
<br />
Ny. Eli Patodo mengemukakan, menu sogili di warungnya tidak hanya dalam bentuk bakar, tetapi ada pula yang digoreng. Yang paling khas untuk masyarakat Tentena adalah menu yang mereka sebut orogo-onco.<br />
<br />
Orogo dan onco adalah sejenis bumbu daun-daunan khas Tentena yang dicampurkan ketika ikan sogili dimasak dengan sedikit santan kental sehingga terasa agak asam.<br />
<br />
“Cuma maaf pak, orogo onco sogili sekarang tidak. Pembeli sekarang masih sepi karena harga sogili masih tinggi,” ujar Ny Eli lagi.<br />
<br />
“Orang disini suka sekali orogo-onco. Kalau mereka punya ikan sogili sendiri, umumnya dimasak orogo-onco,” kata Deni Raurau, seorang warga Tentena lainnya.<br />
<br />
Ikan sogili, katanya, paling cocok dimasak orogo-onco karena kandungan lemaknya, apalagi di bagian kulit. Karena itu, kalau dimakan tidak cepat terasa mual sekalipun makan beberapa potong.<br />
<br />
“Cuma hati-hati, orang yang menderita kolesterol tinggi atau hipertensi (tekanan darah tinggi) tidak boleh makan banyak ikan sogili,” kata Ny. Eli Patodo yang mengaku selalu menyediakan bawang putih untuk pelanggannya yang menderita hipertensi bila memesan ikan sogili.<br />
<br />
Diekspor <br />
<br />
Ikan sogili kini menjadi komoditi ekspor yang menarik dari Tentena. Itu pula yang menyebabkan harga sogili segar (hidup) terus melambung.<br />
<br />
Pasar ikan sidat di dunia sangat besar, terutama ke Taiwan, Hongkong, Jepang, China dan beberapa negara Eropa dan kebutuhan mereka selama ini belum pernah tercukupi. Ikan sidat di negera-negara itu menjadi menu makanan yang mahal.<br />
<br />
Di Taiwan dan Jepang misalnya, harga sogili asal Tentena yang masih hidup konon bisa mencapai Rp350.000/kg. <br />
<br />
Joni, seorang pedagang antarpulau sogili ke Jakarta mengaku tidak tahu persis harga sogili di luar negeri, namun diperkirakan cukup tinggi.<br />
<br />
“Itu sebabnya, harga beli kita dari nelayan di Tentena dewasa ini cukup tinggi juga. Sogili yang beratnya lebih dari dua kilogram perekor dibayar dengan harga Rp75.000/kg,” ujarnya.<br />
<br />
Menurut dia, kalau lagi musim, harga sogili akan tinggi karena pembeli tidak perlu menyimpan lama di dalam keramba untuk dikirim ke Jakarta melalui jalan darat ke Makassar dan pesawat terbang ke Jakarta .<br />
<br />
“Kalau lagi musim, setiap satu minggu kami sudah mengirim 300 sampai 400 kg sogili ke Jakarta, tapi di luar musim bisa menunggu sampai sebulan baru bisa mengirim. Ini berarti, resiko mati cukup tinggi sehingga harga biasanya kami tekan,” ujar Joni.<br />
<br />
Menurut bapak angkat bagi sebagian besar nelayan pemilik perangkap sogili di Tentena itu, musim panen sogili terjadi pada bulan Pebruari sampai Agustus dimana saat itu air danau Poso akan mengalami pasang.<br />
<br />
Penangkapan ikan sogili dilakukan dengan membuat pagar perangkap di mulut sungai berbentuk piramid yang terbuat dari kayu dan bambu.<br />
<br />
Di ujung piramid itu dipasang bubu (wuwu) atau pukat untuk menampung sogili yang terperangkap. Saat sogili keluar dari danau Poso dan mulai masuk ke mulut sungai, maka ikan belut itu akan tergiring masuk ke bubu atau pukat.<br />
<br />
“Jadi pada subuh hari kita tinggal mengangkat pukat atau bubunya untuk mengambil ikan belut itu,” ujar Tampai (83 tahun), seorang nelayan sogili di Tentena yang memiliki sejumlah perangkap.<br />
<br />
Setiap pagar perangkap diusahakan oleh delapan sampai sepuluh orang neyalan dengan pembagian hasil dilakukan secara bergiliran setiap hari. Misalnya si `A` yang mendapat giliran hari Senin, maka seluruh hasil panen pada Senin itu adalah milik `A` demikian seterusnya.<br />
<br />
“Ini sudah tradisi yang turun temurun di sini sejak tahun 1950-an,” kata Tampa`i (83) yang tampak masih kuat dan tetap menekuni usaha menangkap belut tersebut.<br />
<br />
Musim sogili, kata Tampai biasanya mulai bulan Desember sampai Juni, namun tahun 2009 ini, musim rupanya bergeser dan baru mulai ramai bulan Pebruari 2009. Musim panen sogili diperkirakan mencapai puncak pada bulan Mei.<br />
<br />
“Sekarang hasilnya belum begitu ramai, paling banyak 10 sampai 12 kg atau sekitar empat ekor tiap hari. Pada puncak musim, satu hari bisa dapat 20 sampe 25 kg/hari,” ujarnya.<br />
<br />
Ikan sogili hidup dengan berat di atas dua kg perekor, dijual kepada pengumpul untuk diekspor dengan harga Rp75.000/kg, sedang yang sudah mati atau yang beratnya di bawah dua kg perekor dijual ke masyarakat lokal atau pengusaha restoran/warung makan seharga Rp45.000/kg.<br />
<br />
“Tidak ada kesulitan menjual sogili baik yang hidup maupun yang mati karena pasarnya luas. Pengumpul sogili hidup membeli berapapun yang dihasilkan nelayan dengan harga cukup tinggi, sebab sogili hidup kini telah menjadi komoditi ekspor yang dikirim melalui Makassar,” kata Kaverius, nelayan sogili lainnya yang tinggal di kota Wisata Tentena, sekitar 56 km dari Kota Poso itu.Agrobisnishttp://www.blogger.com/profile/09028064756407590382noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2532569662980250496.post-1670177411739257752011-05-16T20:01:00.001+07:002011-05-16T20:03:52.549+07:00POTENSI PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT DENGAN JENIS TANAMAN KAYU LOKAL<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0dwIpWysoma6BIii0X4oBJ1k_guPofm6y6eoIjXNRN9sn8bdZCKfJNOvyom-LdU7OKZIWDdPEFk-ZFbq50vz-Ypf-lzRDwGUZh41v8S-QQ8YXUiZtKNyHC5MlgHU6HpmZUjHi_c5kvcqF/s1600/kayu+bawang.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0dwIpWysoma6BIii0X4oBJ1k_guPofm6y6eoIjXNRN9sn8bdZCKfJNOvyom-LdU7OKZIWDdPEFk-ZFbq50vz-Ypf-lzRDwGUZh41v8S-QQ8YXUiZtKNyHC5MlgHU6HpmZUjHi_c5kvcqF/s1600/kayu+bawang.jpg" /></a></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Pembangunan dan pengembangan hutan rakyat merupakan salah satu sasaran dari program revitalisasi kehutanan untuk memenuhi kebutuhan kayu selain dari hutan alam dan hutan tanaman industri. Defisit kebutuhan kayu yang terus terjadi merupakan salah satu peluang untuk mengembangkan dan membangun hutan rakyat yang ditargetkan pemerintah seluas 2 juta hektar sampai dengan tahun 2009. Hutan rakyat yang dikembangkan dengan jenis tanaman lokal seperti kayu bambang dan kayu bawang telah lama diusahakan oleh masyarakat secara swadaya. Hutan rakyat dengan kedua jenis tersebut terbukti telah mampu bertahan selama ini dan memberikan kontribusi kesejahteraan bagi masyarakat yang mengusahakannya di Lahat, Sumatera Selatan dan Bengkulu Utara. <o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="FI"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Kata kunci : Hutan rakyat, jenis lokal, kayu bambang, kayu bawang <o:p></o:p></span></span></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><b><span lang="FI"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">A. Pendahuluan<o:p></o:p></span></span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><b><span lang="FI"> </span></b><span lang="SV">Manfaat hutan dari sisi ekologi, ekonomi, sosial dan budaya saat ini cenderung terus berkurang karena kerusakan hutan yang terus terjadi. Penebangan berlebihan disertai pengawasan lapangan yang kurang, penebangan liar, kebakaran hutan dan alih fungsi lahan hutan merupakan beberapa faktor penyebab kerusakan hutan yang terjadi saat ini. Berdasarkan data yang ada, kerusakan lahan dan hutan di Indonesia telah mencapai 59,2 juta hektar dengan luasan lahan kritis di dalam dan di luar kawasan hutan mencapai 42,1 juta hektar (Kementerian Lingkungan Hidup, 2007). Laju deforestasi saat ini relatif masih tinggi walaupun cenderung menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan data Departemen Kehutanan (2007) <i>dalam</i> Kementerian Lingkungan Hidup (2007) laju deforestasi antara tahun 2000 – 2006 mencapai 1,19 juta hektar, dimana angka tersebut lebih kecil dibandingkan laju deforestasi antara tahun 1997 – 2000 yang mencapai 2,83 juta ha/tahun.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="SV"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"> Upaya perbaikan kondisi hutan yang semakin rusak perlu segera dilakukan untuk mengurangi dampak negatif yang beruntun dari kerusakan hutan dan meningkatkan manfaat sumberdaya hutan bagi lingkungan dan masyarakat. Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak negatif dari kerusakan hutan dan untuk meningkatkan produktivitas sumber daya hutan melalui peningkatan peran berbagai pihak terkait maka revitalisasi kehutanan merupakan kebijakan pemerintah yang strategis. Revitalisasi sektor kehutanan menjadi bagian penting dalam medukung pembangunan nasional yang berkelanjutan.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="SV"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"> Salah satu sasaran dari program revitalisasi kehutanan adalah pembangunan dan pengembangan hutan tanaman dan hutan rakyat untuk penyediaan bahan baku kayu dalam memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat domestik dan global. Untuk mendukung sasaran tersebut maka dalam periode tahun 2005-2009 pemerintah menargetkan pembangunan hutan rakyat seluas 2 juta hektar. Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal RLPS (2006), luas hutan rakyat di Indonesia sampai dengan April 2006 tercatat 1.272.505,61 ha. <o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="SV"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"> <a name='more'></a>Peluang pengembangan hutan rakyat cukup terbuka dalam rangka penyediaan bahan baku kayu. Kebutuhan kayu nasional saat ini 57,1 juta m<sup>3</sup> per tahun dengan kemampuan hutan alam dan hutan tanaman untuk menyediakannya sebesar 45,8 juta m<sup>3</sup> per tahun (Kementerian Lingkungan Hidup, 2007). Dengan kondisi tersebut, terjadi defisit kebutuhan kayu sebesar 11,3 juta m<sup>3</sup> per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan kayu tersebut, penebangan ilegal banyak terjadi di kawasan hutan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2007). Upaya untuk menekan defisit kebutuhan kayu yang terjadi adalah dengan membangun hutan rakyat di berbagai daerah. Untuk mencapai target pembangunan hutan rakyat yang ditetapkan pemerintah saja masih perlu dibangun sekitar 700.000 hektar hutan rakyat sampai dengan tahun 2009. Luas hutan rakyat di Sumatera Selatan tercatat 55.443,95 hektar atau 4,36 % dari total luas hutan rakyat di Indonesia (Direktorat Jenderal RLPS, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan hutan rakyat di Sumatera Selatan masih dapat terus dikembangkan. <o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 6pt; text-align: justify;"><span lang="SV"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"> Hutan rakyat yang dikembangkan secara swadaya oleh masyarakat telah lama bekembang dan memberikan manfaat sosial ekonomi bagi masyarakat. Hutan rakyat damar mata kucing (<i>Shorea javanica</i>) di Krui, Lampung Barat, yang telah dikelola masyarakat lebih dari seratus tahun merupakan kisah sukses petani Krui dalam membangun hutan tanaman di dunia (Martin, <i>et.al.</i>, 2003). Hutan rakyat dalam bentuk agroforestry tradisional sudah memainkan peranan penting dalam perbaikan produktivitas dan keberlanjutan sistem pertanian tradisional maupun yang semakin berorientasi pasar, sejak puluhan tahun yang lalu (Djogo, 1993). Pola agroforestry dengan tanaman kayu bambang lanang (<i>Maduca asphera<b> </b></i>H.J.Lam<i>)</i> yang dikembangkan secara turun temurun di Ulu Musi, Lahat, telah mampu mencukupi kebutuhan masyarakat dan bahkan memperbaiki masa depan anak-anak mereka (Martin,<i>et.al.</i>, 2003). Hal tersebut menunjukkan bahwa jenis-jenis tanaman lokal cukup potensial untuk dikembangkan di hutan rakyat.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><b><span lang="IN">B. Karakteristik Umum Hutan Rakyat</span></b><span lang="IN">.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoBodyText" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Hutan rakyat adalah suatu lapangan yang berada di luar kawasan hutan negara yang bertumbuhan pohon-pohonan sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta lingkungan yang pemilikannya berada pada rakyat (Dirjen RRL Departemen Kehutanan, 1996). Menurut SK Menteri Kehutanan No.49/Kpts-II/1997 tentang Pendanaan dan Usaha Hutan Rakyat, pengertian hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat dengan luas minimal 0,25 hektar dengan penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan atau jenis lainnya lebih dari 50 % dan atau tanaman sebanyak minimal 500 tanaman tiap hektar.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Pengertian hutan rakyat di luar jawa adalah lahan yang dimiliki rakyat dan di luar konsesi tersebut dan dibebani hak milik dan atau hak lainnya termasuk hutan produksi yang dapat dikonversi dengan dikelola secara intensif dan didominasi oleh tanaman kayu-kayuan yang dikerjakan secara perorangan, kelompok, atau badan hukum (Dirjen RRL Departemen Kehutanan, 1996).<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Menurut Purwanto, dkk. (2004), secara umum ada beberapa karakteristik hutan rakyat antara lain :<o:p></o:p></span></span></span></div><ol style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="FI"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Luas lahan rata-rata yang dikuasai sempit.<o:p></o:p></span></span></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="FI"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Pada umumnya petani berlahan sempit menanam kayu-kayuan dengan tanaman lainnya dengan pola tumpangsari, campuran agroforestri, sedangkan petani berlahan luas yang komersil memungkinkan pengembangan hutan rakyat dengan sistem monokultur.<o:p></o:p></span></span></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="SV"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam keluarga.<o:p></o:p></span></span></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="SV"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Skala usaha kecil<o:p></o:p></span></span></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="FI"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Kontinyuitas dan mutu kayu kurang terjamin.<o:p></o:p></span></span></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="SV"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Beragamnya jenis tanaman dengan daur yang tidak menentu atau beragam.<o:p></o:p></span></span></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="SV"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Kayu dalam hutan rakyat tidak diposisikan sebagai andalan pendapatan rumah tangga petani tetapi dilihat sebagai ”<i>tabungan</i>” yang segera dapat dijual pada saat dibutuhkan.<o:p></o:p></span></span></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="SV"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Teknik silvikultur sederhana dan memungkinkan pengembangan dengan biaya rendah, meskipun hasilnya kurang optimal. Namun kontinyuitas hasil dalam horizon waktu dan penyebaran resiko menjadi pilihan petani bagi petani kecil.<o:p></o:p></span></span></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="FI"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Keputusan pemanfaatan lahan untuk hutan rakyat seringkali merupakan pilihan terakhir apabila pilihan lainnya tidak memungkinkan.<o:p></o:p></span></span></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="FI"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Kayu tidak memberikan hasil cepat, bukan merupakan komoditi konsumsi sehari-hari, membutuhkan waktu lama sehingga pendapatan dari kayu rakyat merupakan pendapatan sampingan dalam pendapatan rumah tangga petani.<o:p></o:p></span></span></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="SV"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Usaha hutan rakyat merupakan usaha yang tidak pernah besar tetapi tidak pernah mati.<o:p></o:p></span></span></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="SV"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Instansi dan organisasi yang terlibat dalam pengelolaan hutan rakyat cukup banyak tetapi tidak ada satupun yang bertanggung jawab penuh atas kelangsungan hutan rakyat.<o:p></o:p></span></span></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="SV"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Perundangan, kebijakan, tata nilai, tata prilaku dan sebagainya belum optimal mendukung pengembangan hutan rakyat.<o:p></o:p></span></span></span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 6pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Hasil kajian yang dilakukan oleh Martin <i>et al.</i> (2003) mengenai status perkembangan hutan rakyat di Propinsi Sumatera Selatan mengungkapkan bahwa terdapat 3 (tiga) pola pengelolaan hutan rakyat yang berkembang di Sumatera Selatan, yaitu : (a) <b>Hutan rakyat tradisional</b>; yaitu hutan rakyat yang dikembangkan secara turun-temurun oleh beberapa kelompok masyarakat asli di Sumsel, seperti kebun bambang dan benuaran durian di Kabupaten Lahat, kebun duku di Kabupaten OKI, OKU, Lahat, Muara Enim dan MUBA. Ciri utama hutan rakyat tradisional adalah menggunakan jenis tanaman dan teknik budidaya yang diwariskan turun menurun. (b) <b>Hutan rakyat komersial</b>; yaitu hutan rakyat yang berkembang karena adanya komersialisasi jenis atau termotivasi oleh gambaran keuntungan yang akan didapat pada masa panen, misalnya hutan rakyat jati yang tersebar di Kabupaten OKI, Musi Rawas dan Lahat. Ciri utama hutan rakyat komersial adalah menggunakan jenis tanaman preferensi pemilik lahan dan dengan teknik budidaya yang intensif; (c) <b>Hutan rakyat kemitraan</b>; merupakan pola hutan rakyat yang dikembangkan atau diinisiasi oleh suatu badan usaha kehutanan. Masyarakat pemilik lahan hanya menyediakan areal yang diperuntukkan untuk pembangunan hutan rakyat. Sementara perusahaan (mitra) menyiapkan pendanaan, jenis tanaman, teknik budidaya dan infrastruktur pemasarannya. <o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 6pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><b><span lang="SV">C. Hutan Rakyat Bambang Lanang </span></b><b><span lang="SV">(<i>Madhuca aspera </i>H.J.Lam<i>.</i>) <o:p></o:p></span></b></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><b>Karakteristik Kayu </b><b><span lang="SV">Bambang Lanang </span></b><b><o:p></o:p></b></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="SV">Bambang Lanang yang dikenal juga dengan nama kayu medang bambang tersebar di Lematang Ulu pada ketinggian 150 mdpl. </span><span lang="FI">Saat ini tegakan dapat dijumpai pada beberapa wilayah di Kabupaten Lahat dan Kota Pagar Alam. Bambang Lanang (<i>M. aspera</i>) yang termasuk dalam famili Sapotaceae merupakan salah satu jenis andalan Kabupaten Lahat. Jenis ini telah lama digunakan sebagai bahan bangunan oleh masyarakat setempat karena kayunya yang kuat dan awet. Secara tradisional petani telah membudidayakan kayu bambang dengan motivasi awal untuk memenuhi konsumsi kayu pertukangan bagi keluarga. <o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Budidaya tanaman bambang lanang dimulai dengan penanganan benih, pembibitan dan penanaman. Pengumpulan benih dilakukan dengan cara memanjat pohon induk dan memotong ranting yang berbuah lebat dan sudah matang (berwarna merah) kemudian dibersihkan dari kulit buah. Selanjutnya diseleksi untuk mendapatkan benih yang baik dan seragam untuk disimpan dam kulkas atau ruang AC dan dikecambahkan. Pengecambahan bambang lanang dilakukan dengan menabur benih pada bak kecambah. Penaburan dilakukan dengan membenamkan benih sekitar setengah sampai tiga per empat bagian ke dalam media yang telah dibuat larikan dengan jarak 2 cm. Media tabur yang digunakan berupa campuran top soil dan pasir dengan perbandingan 50 : 50. Setelah benih berkecambah dan telah mempunyai 3-4 daun disapih ke dalam polybag berukuran 12 x 15 cm yang berisi media top soil atau bisa ditambahkan dengan arang kompos hingga 30 %. Setelah disapih bibit dapat dipindahkan dan disusun di persemaian dengan naungan sedang (intensitas cahaya mencapai 4200-5350 lux (Siahaan, dkk., 2006). Setelah bibit berumur 3 bulan siap untuk di tanam di lapangan dengan beberapa pola tanam.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><b><span lang="SV"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Pola Hutan Rakyat Kayu Bambang Lanang<o:p></o:p></span></span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="SV">Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Ulya, dkk., (2006) di kabupaten Lahat, menunjukkan bahwa masyarakat menanam pohon Bambang Lanang dengan pola yang beragam. S</span><span lang="FI">ecara umum dapat dinyatakan bahwa ada 2 pola, yaitu :<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="FI"><span style="font-size: small;">1.</span><span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="FI"><span style="font-size: small;">Kebun Bambang murni <o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Pada kebun Bambang murni, kebun ditanami pohon Bambang secara keseluruhan tanpa adanya tanaman sela.. Pada pola ini, jarak tanamnya adalah 5 m x 7 m. Kebun Bambang murni berlokasi di Desa Pajar Bhakti, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Empat Lawang. Pola tanam ini biasanya dilakukan oleh orang yang memiliki lahan yang cukup luas sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dapat diperoleh dari lahan lain dan pekerjaan selain bertani<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="FI"><span style="font-size: small;">2.</span><span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span><span lang="FI"><span style="font-size: small;">Kebun Bambang campuran<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="ES">Pola tanam campuran dilakukan oleh masyarakat yang mempunyai lahan cukup sempit sehingga mereka menanam dengan tumpang sari. Sehingga dengan harapan selain tanaman pertanian/perkebunan masih ada harapan jangka panjang untuk kayu. Pada kebun campuran, ada dua macam pola tanam yaitu secara acak dan secara teratur. Pada pola campuran acak, semua tanaman ditanam secara acak tanpa adanya pola tertentu. </span><span lang="SV">Tanamannya antara lain pohon bambang, karet, merambung, bayur dan lada. Kebun dengan pola ini banyak dijumpai pada beberapa daerah di Ulu Musi. Pada kebun yang dicampur secara teratur, ada perbedaan pola yaitu pohon bambang dicampur dengan coklat, dengan jarak tanam pohon bambang 10 m x 10 m dan coklat 3 m x 3 atau dengan kata lain ada 3 tanaman coklat diantara 2 pohon bambang. Kebun dengan pola ini dijumpai pada beberapa lokasi di Desa Talang Tinggi, Kecamatan Jarai, Kabupaten Lahat. Pada umumnya pola tanam campuran dikerjakan di bekas lahan tanaman kopi yang sudah tidak produktif. Selain acak dan teratur masyarkat juga menanam tanaman bambang sebagai pagar tanaman perkebunan.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 6pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="SV"> Berdasarkan hasil kajian Ulya, dkk. (2006) diketahui bahwa pada umur 10 tahun pohon bambang lanang sudah dapat dipanen dengan volume 0,5 m<sup>3</sup>/pohon tetapi harganya lebih rendah dibanding yang berumur 15 tahun yaitu dengan harga Rp. 900.000/m<sup>3</sup>. Sedangkan pada umur 15 tahun volumenya rata-rata 1 m<sup>3</sup>/pohon dengan harga yang lebih tinggi yaitu Rp. 1.000.000/m3. Secara umum analisis finansial budidaya pohon Bambang Lanang secara murni maupuan campuran </span>layak diusahakan karena nilai <st1:stockticker w:st="on">BCR</st1:stockticker>>1 dengan <span lang="SV">tingkat suku bunga yang digunakan adalah 12%. Permintaan kayu bambang lanang cukup tinggi tetapi sampai saat ini masih untuk memenuhi kebutuhan lokal masyarakat di sekitar kabupaten Lahat untuk membuat rumah dan furniture. Mengingat tingginya permintaan kayu bambang lanang sehingga peluang untuk budidaya masih cukup tinggi.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><b><span lang="SV"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">D. Hutan Rakyat Kayu Bawang (<i>Protium javanicum</i>)<o:p></o:p></span></span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><b><span lang="SV"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Karakteristik Kayu Bawang <o:p></o:p></span></span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><b><span lang="SV"> </span></b><span lang="SV">Kayu Bawang merupakan salah satu jenis kayu yang telah banyak dibudidayakan oleh masyarakat di daerah Bengkulu Utara. </span><span lang="FI">Kayu ini menjadi jenis unggulan di Propinsi Bengkulu. Tanaman ini mampu tumbuh pada jenis tanah Alluvial dan Podsolik Merah Kuning serta tidak memerlukan persyaratan tempat tumbuh yang spesifik. Sebaran ketinggian topografi antara 0 - 1.000 meter dari permukan laut (mdpl) merupakan tempat tumbuh kayu ini (Dinas KehutananKabupaten Bengkulu Utara, 2004). <o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="FI"> </span><span lang="SV">Bibit kayu bawang diperoleh dari benih dan cabutan alam. </span><span lang="FI">Benih tanaman ini hanya bertahan selama 10 hari (rekalsitran) dan setelah itu daya kecambahnya akan menurun drastis (Sofyan, <i>et.al</i>., 2003). Perkecambahan terbaik diperoleh dari kombinasi kadar air biji 40 % dan lama penyimpanan 5 hari, berkecambah setelah 4-7 hari, penyapihan dilakukan selama 2-4 minggu setelah berkecambah dengan tinggi <u>+</u> 7 cm dan berdaun 2 lembar (Dinas Kehutanan Propinsi Bengkulu <i>dalam</i> Sofyan, <i>et.al.,</i> 2003). <o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="FI"> </span><span lang="SV">Tanaman kayu bawang dapat mencapai tinggi 30 meter dengan diameter 75 cm. Hasil penelitian Apriyanto (2003) di Bengkulu Utara menunjukkan bahwa pertumbuhan kayu bawang yang ditanam secara monokultur dengan jarak tanam 4 m X 4 m sampai umur 9 tahun memiliki riap diameter batang rata-rata per tahun 1,93 cm, riap tinggi rata-rata per tahun 2,14 m dengan potensi volume rata-rata per tahun mencapai 24,42 m<sup>3</sup>. Hal tersebut menunjukkan bahwa tegakan tersebut dapat dimasukkan ke dalam kategori tegakan yang produktif. Hasil penelitian Triwilaida (2003) <i>dalam</i> Sofyan (2003) menunjukkan bahwa Kayu Bawang yang ditanam dengan jarak tanam 4 m X 4 m pada umur 5 tahun tingginya mencapai 23,75 m dan diameter batang 16,6 – 24,6 cm. Hasil pengamatan yang telah diutarakan sebelumnya menunjukkan bahwa kayu Bawang memiliki pertumbuhan yang cukup baik sehingga cukup potensial untuk dikembangkan.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span lang="SV"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"> Kondisi fisik kayu Bawang antara lain batangnya lurus dengan tajuk yang relatif sempit. Selain itu batangnya berwarna kuning kemerahan , mudah diolah dan memiliki aroma seperti bawang yang menjadikannya relatif tidak diserang rayap. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nuriyatin, <i>et.al.</i> (2003) kayu Bawang memiliki tingkat ketahanan B atau tingkat ketahanan cukup tahan sampai tahan terhadap serangan rayap. Sifat mekanika kayu Bawang antara lain memiliki berat jenis 0,56, kelas awet IV, kelas kuat <st1:stockticker w:st="on">III</st1:stockticker>, dan terapung + (Dinas Kehutanan Kabupaten Bengkulu Utara, 2004).<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><b><span lang="SV"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Pola Hutan Rakyat Kayu Bawang <o:p></o:p></span></span></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><b><span lang="SV"> </span></b><span lang="SV">Kayu bawang telah dibudidayakan oleh masyarakat di Bengkulu Utara sejak jaman penjajahan Jepang (Dinas Kehutanan Kabupaten Bengkulu Utara, 2004). Sebagian besar masyarakat menanam kayu bawang di kebun atau pekarangan. Hasil penelitian Martin, <i>et.al</i>. (2005) menyatakan bahwa kayu bawang bagi masyarakat telah menjadi komoditas budidaya tradisional yang tetap dipertahankan. Propinsi Bengkulu telah menetapkan jenis tanaman ini sebagai jenis unggulan dan akan dikembangkan hingga mencapai luas tegakan kayu bawang 10.000 ha pada tahun 2008 (Apriyanto, 2003). <o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Saat ini hampir seluruh tegakan kayu bawang di Bengkulu Utara merupakan milik masyarakat. Masyarakat menanam kayu bawang secara swadaya pada lahannya masing-masing untuk nantinya digunakan sebagai bahan bangunan dan mebeleur. Hasil penelitian Martin,<i>et.al</i>. (2005) menunjukkan bahwa tujuan masyarakat menanam kayu bawang sebagian besar adalah untuk penyiapan kebutuhan bahan bangunan pada masa mendatang dan sebagian lain bertujuan investasi atau komersial. Hasil penelitian tersebut juga memberikan hasil bahwa sebagian besar masyarakat menyatakan bahwa usaha budidaya kayu bawang menguntungkan bagi mereka dan akan terus memelihara dan menanam kayu bawang. <o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Pola budidaya kayu bawang yang dilakukan masyarakat di Bengkulu Utara dilakukan dalam bentuk hutan rakyat murni maupun campuran. Namun sebagian besar budidaya dilakukan secara campuran dan budidaya secara murni biasanya dilakukan oleh kalangan ekonomi menengah ke atas dengan tujuan investasi atau tabungan. Kayu bawang juga ditanam oleh masyarakat sebagai tanaman tepi seperti untuk batas kebun, batas kepemilikan lahan, dan tanaman pagar di tepi jalan. <o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Budidaya kayu bawang dalam bentuk hutan rakyat murni masih jarang dilakukan oleh masyarakat. Budidaya monokultur kayu bawang biasanya membutuhkan bibit sebanyak 1250 batang/hektar dengan jarak tanam 3 m X 3 m. Jumlah bibit tersebut sudah termasuk untuk sulaman. Pada tahun ke-7 dilakukan penjarangan tanaman sehingga jarak tanam akhir adalah 6 m X 6 m dengan kerapatan tanaman 275 batang/hektar. Pemeliharaan yang dilakukan biasanya berupa penyiangan yang dilakukan 2 kali setahun dan pemangkasan terhadap cabang-cabang yang tumbuh pada umur 3 tahun. <o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Budidaya kayu bawang dalam bentuk hutan rakyat campuran merupakan pola budidaya yang banyak dilakukan oleh masyarakat. Tanaman kayu bawang dicampur dengan tanaman kopi, duren dan karet dalam satu lahan budidaya. Lahan milik yang letaknya relatif dekat dengan permukiman biasanya diusahakan dengan tanaman pokok berupa kopi atau karet dengan kayu bawang sebagai tanaman selingan yang terpencar atau sebagai pembatas kepemilikan. Sedangkan lahan milik yang berada relatif jauh dari permukiman biasanya didominasi oleh tegakan kayu bawang atau bercampur di antara tanaman budidaya lainnya (Martin,<i>et.al</i>., 2005). Budidaya kayu bawang yang dilakukan secara campuran dan teratur biasanya membutuhkan bibit termasuk untuk sulaman dengan jumlah 450 batang/hektar dan jarak tanam 5 m X 5 m (Dinas Kehutanan Kabupaten Bengkulu Utara, 2004). <o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">Gangguan hama dan penyakit yang meyerang kayu bawang sampai dengan saat ini jarang sekali ditemukan. Hal tersebut diduga berkaitan dengan karakteristik kayu bawang yang memiliki aroma bawang dan kayunya pahit sehingga jarang diserang hama dan penyakit.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><b><span lang="SV"> </span></b><span lang="SV">Kayu Bawang idealnya dapat dipanen pada umur 15-20 tahun. Namun seiring dengan meningkatnya kebutuhan kayu untuk berbagai penggunaan, saat ini Kayu Bawang mulai dipanen pada umur 10-12 tahun. Harga bahan baku Kayu Bawang per m<sup>3</sup> di Bengkulu Utara pada bulan Nopember 2006 berkisar antara Rp. 1.000.000,00 – Rp. 1.200.000,00. Perkiraan hasil panen kayu per pohon pada saat penebangan adalah 1,10 m<sup>3</sup> dengan pertimbangan tinggi/panjang kayu yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku sekitar 8 m, diameter batang rata-rata sekitar 50 cm, dan angka bentuk 0,7. </span><span lang="FI">Pada pola hutan rakyat murni, hasil kayu mulai diperoleh ketika dilakukan penjarangan pada umur 7 tahun.<o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="FI"> Kayu bawang banyak digunakan oleh masyarakat untuk bahan bangunan karena berdasarkan pengalaman mereka kayunya dapat bertahan puluhan tahun. Selain itu, kayu bawang juga digunakan untuk bahan mebeuleur karena memiliki serat kayu yang halus sehingga mudah diolah dan permukaan kayunya memiliki corak yang khas. </span><span lang="SV">Kayu bawang dapat dijadikan kursi, tempat tidur, meja, dan lemari yang menjadikan nilai jual kayu bawang meningkat. Saat ini pemasaran barang-barang mebeuleur dari kayu bawang di Bengkulu masih untuk memenuhi permintaan lokal Bengkulu. Walaupun permintaan dari Pulau Jawa mulai ada namun industri mebeuleur kayu bawang rata-rata tergolong industri kecil rumah tangga yang masih berkonsentrasi untuk memenuhi kebutuhan lokal. <o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 6pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><span lang="SV"> </span><span lang="FI">Walaupun hasil akhirnya berupa bahan baku kayu namun hasil sampingan berupa benih dengan jumlah sekitar 10.000 buah benih per pohon per tahun dapat diperoleh setelah tanaman berumur 7 tahun (Dinas Kehutanan Kabupaten Bengkulu Utara, 2004). Harga benih kayu bawang pada bulan Nopember 2006 adalah Rp. 150.000,00 – Rp. 250.000/kaleng dengan jumlah benih antara 4.000 – 5.000 buah. Permintaan benih kayu bawang selalu ada setiap tahunnya terutama untuk keperluan rehabilitasi lahan. <o:p></o:p></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify;"><b><span lang="FI"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;">E. Penutup<o:p></o:p></span></span></span></b></div><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times New Roman;"><b><span lang="FI"> </span></b><span lang="FI">Hutan rakyat dengan jenis-jenis lokal seperti kayu bambang (<i>Maduca asphera</i>) dan kayu bawang (<i>Protium javanicum</i>) cukup potensial dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kayu yang cenderung terus meningkat dan semakin berkurangnya pasokan kayu dari hutan alam. Hutan rakyat dengan jenis-jenis lokal terbukti telah mampu bertahan dan memberikan kontribusi bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat. Hutan rakyat kayu bambang dan kayu bawang dapat dijadikan contoh nyata pembelajaran bagi berbagai pihak terkait untuk memotivasi pengembangan hutan rakyat dengan jenis lokal di daerah lainnya. </span></span></span>Agrobisnishttp://www.blogger.com/profile/09028064756407590382noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2532569662980250496.post-6604249377984375112011-05-16T19:52:00.000+07:002011-05-16T19:52:53.778+07:00Budidaya Labu Kuning<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuy_Q8m6zihe7oGUxs1zkynKUiCr8aci4ym45lxAKFC2GHJqh2XeTdEqA2xvAQnm83sanx-p4_3mXiDai-y89hgRCklgVXIlDIWF7Qg1RcGxY-wf_PEPLuS39FCY79VgAgGcgd_WCGPHO6/s1600/labu+kuning.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuy_Q8m6zihe7oGUxs1zkynKUiCr8aci4ym45lxAKFC2GHJqh2XeTdEqA2xvAQnm83sanx-p4_3mXiDai-y89hgRCklgVXIlDIWF7Qg1RcGxY-wf_PEPLuS39FCY79VgAgGcgd_WCGPHO6/s320/labu+kuning.jpg" width="320" /></a></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: left; text-indent: 32.7pt;"><b><span style="font-weight: normal;">Labu Kuning (<i>Cucurbita moschata</i> Durch.)</span></b></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: left; text-indent: 32.7pt;"><b><span style="font-weight: normal;">Tanaman <i>Cucurbita moschata</i> Durch. ini memiliki beberapa nama daerah, yaitu Labu parang ( Melayu), Waluh (Sunda), Waluh (Jawa Tengah).</span></b></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> <b>a.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></b><b>Klasifikasi Tanaman </b></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify;"> Divisi : Spermatophyta</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify;"> Sub divisi : Angiospermae</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify;"> Kelas : Dicotyledonae</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify;"> Ordo : Cucurbitales</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify;"> Familia : Cucurbitaceae</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify;"> Genus : <i>Cucurbita</i></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify;"> Spesies : <i>Cucurbita moschata Durch </i>(Hutapea, J.R, et al., 1994)</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> <b>b.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></b><b>Ciri Morfologi</b><b><span style="font-weight: normal;"></span></b></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> Tanaman labu kuning berasal dari Ambon (Indonesia). Ada lima spesies labu yang umum dikenal, yaitu <i>Cucurbita maxima</i> Duchenes, <i>Cucurbita ficifolia</i> Bouche, <i>Cucurbita mixta</i>, <i>Cucurbita moschata</i> Duchenes, dan <i>Cucurbita pipo</i> L. Kelima spesies cucurbita tersebut di Indonesia disebut labu kuning (waluh), karena mempunyai ciri-ciri yang hampir sama.</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> Buah labu kuning berbentuk bulat pipih, lonjong, atau panjang dengan banyak alur (15-30 alur). Ukuran pertumbuhannya cepat sekali, mencapai 350 gram per hari. Seperti daun tumbuhan pada umumnnya, warna daun labu adalah hijau, tapi pada daun labu pada pemukaaannya kasar. Labu tumbuh merambat atau menjalar dengan kait pada batangnya dan jarang berkayu. Kait pada batang labu berbentuk melingkar seperti spiral. Batang tumbuhan ini berwarna hijau muda dan berbulu halus serta berakar lekat. Panjang batangnya mencapai lebih dari 5 meter.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> </div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 21.3pt; text-align: center;"> <a href="http://alamendah.files.wordpress.com/2010/06/labu-tumbuhan.jpg"><span style="color: black; font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 12pt; line-height: 150%; text-decoration: none;"></span></a><span style="font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 31.6pt;"> <span style="font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Daun tanaman labu merupakan daun tunggal yang memiliki pertulangan daun majemuk menjari. Daunnya menyebar di sepanjang batang. Bentuk daunnya menyerupai jantung dan bertangkai.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 31.6pt;"> <span style="font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Buah labu mempunyai bentuk yang bervariasi mulai dari pipih, lonjong ataupun panjang dengan alur yang berjumlah antara 15 hingga 30 alur. Buah yang masih muda berwarna hijau dan menjadi kuning kecoklatan ketika tua.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 31.6pt;"> <span style="font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Labu umumnya memiliki banyak biji yang berbentuk pipih, bundar telur, sampai bundar memanjang. Bagian ujung membulat, sedangkan bagian pangkal meruncing. Permukaan biji buram, licin. Biji terdapat bagian tegah-tengah buah.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 31.6pt;"> </div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 31.6pt;"> <a name='more'></a></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> <b><span style="font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">c.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></span></b><b><span style="font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ciri Fisiologi </span></b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhp7d8561PC7ix5Y_OW67w0rn9z1XanrteLTtFgtSymjZraDxBEc6-LwHYy_AArh-Qnlyr4kzARx3Eea-Ae3eD3ZSneGe9sN03ySxz9T3QHA2zHfqszo_YrSZ6i4SoxDPiBtqa8cK2BDCOo/s1600/lbu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhp7d8561PC7ix5Y_OW67w0rn9z1XanrteLTtFgtSymjZraDxBEc6-LwHYy_AArh-Qnlyr4kzARx3Eea-Ae3eD3ZSneGe9sN03ySxz9T3QHA2zHfqszo_YrSZ6i4SoxDPiBtqa8cK2BDCOo/s1600/lbu.jpg" /></a></div><div align="center" class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: center;"> <b><span style="font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"></span></b><b><span></span></b></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> <i><span lang="ES-TRAD" style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">Cucurbita </span></i><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;">moschata </span></i><i><span style="font-size: 12pt; font-style: normal; line-height: 150%;">Durch.</span></i><span lang="ES-TRAD"> termasuk tumbuhan C<sub>3</sub>, karena fiksasi karbon organik pertama ialah senyawa berkarbon tiga, 3-fofogliserat. Tumbuhan C3 yaitu tumbuhan yang fiksasi karbon awal terjadi melalui rubisco, enzim siklus Calvin yang menambahkan CO<sub>2</sub> pada ribulosa bifosfat. Tumbuhan ini memproduksi sedikit makanan apabila stomata tertutup pada hari yang panas dan kering.</span><b><span style="font-size: 12pt; font-weight: normal; line-height: 150%;"></span></b></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> <b>d.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></b><b>Ciri Mikroskopik</b><b><span style="font-weight: normal;"></span></b></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify;"> <a href="http://toiusd.multiply.com/photos/hi-res/upload/RjgzKQoKCp8AAAkHGqg1"><span style="color: black; text-decoration: none;"></span></a></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> Bagian yang diamati pada mikroskop adalah rambut halus pada permukaan daun. Pembesaran yang digunakan 10 x 40. Bagian tersebut memperlihatkan adanya sel-sel yang berbentuk jarum atau lebih dikenal dengan trikoma jarum. <span lang="PT-BR">Pada penampang melintang biji, tampak kulit biji, terdiri dari lapisan kutikula tebal, jernih, di bawahnya terdapat lapian sel berbentuk silindris berupa jaringan palisade dengan dinding berkelok-kelok dan parenkim termampat, di bawahnya terdapat lapisan sel batu, lumen jelas dan tersusun tegak, jaringan berikutnya terdiri dari sel parenkim yang bentuknya tidak beraturan, dinding sel tebal, warna jernih.</span></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> <span lang="PT-BR">Keping biji terdiri dari epidermis keping biji berbentuk segi empat memanjang, parenkim keping biji berdinding tebal berisi aleuron dan minyak. </span></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> <span lang="PT-BR">Serbuk warna putih kecoklatan. Fragmen pengenal adalah fragmen kulit biji serupa jaringan palisade, sel batu parenkim, parenkim keping biji dan tetes minyak dan butir aleuron.</span><b><span style="font-weight: normal;"></span></b></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> <b>e.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></b><b>Kegunaan Dan Cara Pemakaian</b><b><span style="font-weight: normal;"></span></b></div><div align="center" style="line-height: 150%; text-align: center;"> </div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> Bagian yang digunakannya adalah buah.Daunnya berfungsi sebagai sayur dan bijinya bermanfaat untuk dijadikan kuaci. Air buahnya berguna sebagai penawar racun binatang berbisa, sementara bijinya menjadi obat cacing pita. Daging buahnya pun mengandung antioksidan sebagai penangkal kanker. Labu kuning juga dapat digunakan untuk penyembuhan radang, pengobatan ginjal, demam, diare, dan diabetes mellitus. </div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> Cara membuat labu kuning, yaitu 60 gram labu parang (labu kuning) dan 1 buah pare diiris-iris menurut selera lalu dimasak dengan cara ditumis atau masakan lain sesuai selera, kemudian dimakan. Sedangkan, pemakaian konsumsi dua kali sehari.</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> Catatan : Terlalu banyak atau lama minum jus labu dapat menyebabkan kulit menjadi kekuningan. Jika hal itu terjadi, hentikan dulu sampai kulit normal. Kemudian, dilanjutkan kembali.<b><span style="font-weight: normal;"></span></b></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> <b>f.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></b><b>Aktivitas Farmakologi</b><b><span style="font-weight: normal;"></span></b></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> <b><span style="font-weight: normal;">Rasa buah labu agak pahit, sedikit pedas dan sejuk. Berkhasiat melancarkan darah, vital energi, dan menghilangkan sumbatan, kolagogum, peluruh haid, anti radang, peluruh kentut, antibakteri, pengelat (astringent). Senyawa kurkumin berkhasiat sebagai kolagoga, yaitu meningkatkan sekresi cairan empedu yang berperan dalam pemecahan lemak dan memperlancar pengeluaran ke usus, sehingga dapat menurunkan kadar lemak darah yang tinggi. </span></b>Labu kuning juga bisa menjadi obat bagi pria yang mengalami disfungsi ereksi atau impoten, serta meningkatkan gairah pada pria normal. Dalam penelitian tersebut, peneliti mempelajari beberapa partisipan usia 18 hingga 64 tahun dengan menggunakan 40 macam aroma yang dapat meningkatkan gairah seksualnya.</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> Hasilnya menunjukkan bahwa aroma pie labu kuning yang paling membuat pria bergairah. Para wanita tak perlu menggunakan parfum, dengan menyediakan pie labu kuning sudah cukup untuk membuat pria bergairah, Menurut Dr Hirsch, aroma tertentu dapat meningkatkan aliran darah ke penis pria. Dan kombinasi antara lavender dan pie labu kuning adalah aroma terbaik. “Kombinasi aroma tersebut dapat meningkatkan 40 persen aliran darah ke penis. Labu kuning adalah stimulan yang kuat,” jelas Dr Hirsch lebih lanjut. Dr Hirsch menjelaskan, aroma dan bau pada dasarnya bertindak untuk mengurangi kecemasan. Dan dengan mengurangi kecemasan, maka aliran darah ke bagian kelamin pun akan meningkat.<b><span style="font-weight: normal;"></span></b></div><div style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <b>2.2 Aspek Kimia Dan Produksi</b></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> <b>a. Kandungan Senyawa Kimia</b></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> Dalam biji labu kuning terkandung sejumlah zat antara lain jenis asam amino yang langka (seperti <i>m-karboksifenilalanina, pirazoalanina, asam aminobutirat, etilasparagina, dan sitrulina</i>) dan sejumlah asam amino lain yang diperlukan kelenjar prostat (semisal alanina, glisina, dan asam glutamat). Biji labu kuning juga mengandung unsur mineral Zn (seng) dan Mg (magnesium) yang sangat penting bagi kesehatan organ reproduksi, termasuk kelenjar prostat. Kandungan lainnya berupa asam lemak utama, yaitu asam linoleat, asam oleat, dan sedikit asam linolenat. Selain itu vitamin E (tokoferol) dan karotenoid, yakni lutein dan beta-karoten juga ada di dalam daging bijinya. Hormon beta-sitosterol itulah yang menyimpan khasiat menghambat atau menekan kerja enzim 5-alfa-reduktase. Enzim ini akan mengurangi terbentuknya hormon dihidrotestosteron dari hormon testosteron. Dengan begitu, membesarnya kelenjar prostat dapat dicegah. Selain itu, zat gizi dalam labu, diantaranya :</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 57.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> <b>1.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></b><b>Vitamin A dan beta karoten</b>. Beta karoten adalah pigmen warna kuning-oranye yang jika dicerna di dalam tubuh kita, akan berubah menjadi vitamin A. fungsi vitamin A dan beta karoten antara lain berguna bagai kesehatan mata dan kulit, kekebalan tubuh serta reproduksi. Selain itu, zat gizi ini mempunyai manfaat sebagai antioksidan sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya kanker dan penyakit jantung.</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 57.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> <b>2.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></b><b>Vitamin C</b>. Salah satu jenis vitamin yang larut dalam air ini, sangat diperlukan untuk metabolisme tubuh. Vitamin C juga berperan pada fungsi kekebalan tubuh dan sebagai antioksidan.</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 57.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> <b>3.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></b><b>Zat besi. </b>Zat gizi ini terutam diperlukan dalam pembentukan darah, khususnya hemoglobin (Hb). Makanan yang mengandung zat besi perlu, karena belak zat besi dari ibu saat bayi dilahirkan akan berangsur-angsur habis<b>.</b><b><span style="font-weight: normal;"></span></b></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 57.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> <b>4.<span style="font: 7pt 'Times New Roman';"> </span></b><b>Kalium.</b> Fungsi utama kalium adalah menunjang kelancaran metabolisme tubuh. Hal ini penting dalam menjaga keseimbangan air dfan elektrolit (asam-basa) di dalam sel tubuh.</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: 34.85pt;"> Kelebihan lain dari labu kuning adalah kandungan seratnya yang tinggi, bermanfaat mengurangi resiko sembelit. Di samping itu, kandungan lemak labu kuning juga rendah, sehingga tak perlu takut balita mengalami kegemukan asal dikonsumsi dalam jumlah yang wajar.</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"> <b>b. Produk Yang Di Jual Dipasarankan</b></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"> Buah labu dapat digunakan sebagai sayur, sup, atau desert. Masyarakat umumnya memanfaatkan labu yang masih muda sebagai sayuran (lodeh, asem-asem, brongkos). Olahan tradisional yang paling dikenal dari labu kuning ialah kolak.</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"> Buah yang sudah tua digunakan sebagai campuran dalam membuat bubur Manado dan sayur bayam ala Sulawesi Selatan. Labu kuning setelah dikukus dapat dibuat aneka makanan tradisional, seperti dawet, lepet, jenang, dodol, dan lain-lain.</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"> Sesuai namanya, labu kuning mempunyai warna kuning atau jingga akibat kandungan karotenoidnya yang sangat tinggi. Itulah sebabnya air perasan labu kuning sering digunakan sebagai pewarna alami dalam pengolahan berbagai makanan tradisional. </div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"> Tepung labu juga sering dicampurkan ke dalam berbagai produk olahan untuk mendapatkan warna kuning. Karotenoid dalam buah labu sebagian besar berbentuk betakaroten. </div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> <b>c. Standard Kualitas Simplisia Dan Ekstrak</b></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> Para ahli di Chosun University mengatakan sejumlah penyakit yang disebabkan mikroba cenderung menjadi resisten terhadap antibiotik yang ada saat ini. Sementara Kyung-Soo Hahm, Yoonkyung Park membuat ekstrak protein dari kulit labu. </div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> Jenis protein kulit labu diujicobakan dengan beragam jenis mikroba termasuk Candida albicans, sejenis jamur penyebab infeksi jamur vagina, ruam popok pada bayi dan penyakit lainnya. Hasil penelitian dalam kultur sel menunjukkan, salah satu jenis protein memiliki pengaruh yang kuat dalam menghambat pertumbuhan C. albicans, tanpa menimbulkan efek racun. </div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> Dari riset yang dipublikasikan The Journal of Agricultural and Food Chemistry ini para peneliti menyimpulkan bahwa protein dalam kulit labu dapat dikembangkan menjadi obat alami untuk mengatasi infeksi jamur pada manusia, selain juga dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis jamur yang menyerang tanaman. Bahkan dalam Alqur’an juga disebutkan, betapa Allah Ta’ala mengembalikan stamina Nabi Yunus yang baru keluar dari perut ikan, dengan menumbuhkan pohon labu. Allah berfirman, “Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul. (Ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan. Kemudian ia ikut berundi, lalu ia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. </div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya ia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah. Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan ia ke daerah yang tandus, sedangkan ia dalam keadaan sakit. Dan Kami tumbuhkan untuknya sebatang pohon dari jenis labu.” (Ash-Shoffat [37] : 139-147)</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> Hikmah dari kisah Nabi Yunus ini, membuat para ahli melakukan penelitian. Hasil-hasil riset pun menunjukkan, bahwa tumbuhan dari famili labu-labuan sangat efektif membunuh bakteri. Sementara tingkat efektivitasnya berbeda-beda sesuai dengan perbedaan jenis tumbuhan, bagian yang digunakan, jenis bakteri, dan ekstrak.</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> Khasiat labu lainnya yang sudah dikenal adalah mengobati luka bakar, memar, dan keseleo. Selain itu, juga ampuh untuk menghilangkan demam ketika suhu badan tinggi.</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> Sementara Dr. Kamal Fadhl Kholifah mengatakan, sesungguhnya labu merupakan tumbuhan bergizi tinggi, mudah dicerna, tidak memberatkan lambung dan usus, sangat bermanfaat bagi pengidap penyakit jantung, orang tua, dan siapa saja yang berada dalam masa-masa pemulihan kesembuhan secara umum. Senyawa marker dari labu kuning adalah beta karoten yang berfungsi sebagai antioksidan disamping mengandung komponen nutrisi lain seperti karbohidrat, protein, lemak, serat dan mineral. </div><div style="line-height: 150%; margin-left: 42.55pt; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"> <b>d. Aspek Budidaya</b></div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> Labu Kuning (<i>Cucurbita moschata </i>D.) merupakan komoditas pertanian yang cocok dikembangakn sebagai alternatif pangan. Buah ini memiliki kandungan gizi yang cukup dan bermanfaat untuk kesehatan.</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> Labu Kuning atau waluh identik dengan buah di bulan puasa. Maklum, selama Ramadhan buah ini dicari untuk bahan dasar kolak. Bukan hanya kolak, Labu Kuning juga bisa untuk aneka bahan makanan, mulai dari nasi tim bayi, aneka kue (dawet, lepet, jenang, dodol) hingga tepung labu. Bahkan, DPN HKTI tengah mengembangkan komoditas ini untuk bahan baku mie yang kemudian dikenal dengan nama Mie Tani.</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> Sebagai bahan pangan, Labu Kuning ini kaya vitamin A dan C, mineral, serta karbohidrat. Buah ini juga mengandung zat yang berguna bagi kesehatan, antara lain zat karotenoid yang berbentuk betakaroten. Karena itu labu ini dijuluki “raja betakaroten,” yang berfungsi melindungi mata dari serangan katarak. Juga serangan kanker, jantung, diabetes, disentri, ginjal, demam, dan diare. Serta mengandung penawar racun dan cacing pita.</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> Labu kuning termasuk jenis tanaman menjalar sehingga untuk budidayanya butuh penyangga, seperti teralis atau para-para setinggi 2-3 meter. </div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> Tanaman ini tumbuh baik di daerah tropis, dari dataran rendah hingga ketinggian 1.500 m dpl. Tanaman ini mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi hangat dengan temperatur 18-27 derajat. Batangnya merambat mencapai 5 – 10 meter, cukup kuat, berbulu agak tajam, dan bercabang banyak.</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> Labu Kuning berkembang biak secara generatif, dan bisa juga secara vegetatif. Jarak tanamnya 1-1,5 m antar baris, dan 60-120 cm antar tanaman dengan baris. Penanaman dapat dilakukan di tanah tegalan, pekarangan, maupun di sawah setelah panen padi, baik monokultur maupun tumpangsari. Untuk menjaga kesuburan, dosis pupuk yang direkomendasikan 100 kg/ha N, 40 kh/ha P dan 80 kg/ha K.</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> Panen pertama dilakukan pada umur 50-60 hari setelah tanam, dan untuk berikutnya dilakukan dengan interval 2-3 kali setiap minggu. Untuk kebutuhan benih dilakukan dengan cara memanen pada saat buah mulai menguning dan tangkai buahnya mengering. Pembuatan benih dilakukan dengan cara memotong melintang, kemudian bijinya dicuci bersih. Setelah itu biji dikeringkan di bawah sinar matahari selama 3 hari hingga kadar airnya mencapai 8-10%.</div><div style="line-height: 150%; margin-left: 39.3pt; text-align: justify; text-indent: 32.7pt;"> Kulit buah Labu Kuning sangat tebal dan keras, dan bertahan selama 6 bulan, terutama bila tangkai dibuat tetap utuh. Kulit buahnya bisa digunakan untuk menyeragamkan pemasakan buah, karena mengandung sumber etilen (hormon tanaman yang dapat mengatur pertumbuhan, perkembangan dan kemasakan). Bobot buahnya rata-rata 3-5 kg. Meskipun memiliki manfaat yang cukup banyak, sayangnya di Indonesia labu kuning belum dibudidayakan secara khusus. </div>Agrobisnishttp://www.blogger.com/profile/09028064756407590382noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2532569662980250496.post-62061655715336697702011-05-16T19:39:00.002+07:002011-05-16T19:39:35.037+07:00Budidaya Tanaman Pare<link href="file:///C:%5CUsers%5CWIDE_V%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CWIDE_V%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CWIDE_V%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:Wingdings;
panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;}
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:EN-GB;
mso-fareast-language:EN-GB;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
font-size:10.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
mso-bidi-font-size:10.0pt;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:925575623;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1727271336 134807563 134807555 134807557 134807553 134807555 134807557 134807553 134807555 134807557;}
@list l0:level1
{mso-level-start-at:0;
mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
font-family:Wingdings;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh75cHod8yDs16g24Foytx_2pccvhIR2qse2Q-nXBE31M9rCnoxXtDmZz0GV7P8ZIiGQJmztKr1_Hjh-_AJIm5ah72PriBnGS2ganP9AjRnvlm3nQKSWHFEW1NPV_mWZIFb3MkrhcLKsZEs/s1600/pare.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh75cHod8yDs16g24Foytx_2pccvhIR2qse2Q-nXBE31M9rCnoxXtDmZz0GV7P8ZIiGQJmztKr1_Hjh-_AJIm5ah72PriBnGS2ganP9AjRnvlm3nQKSWHFEW1NPV_mWZIFb3MkrhcLKsZEs/s1600/pare.jpg" /></a></div><div class="MsoNormal"><span lang="IN">PENDAHULUAN<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="IN">Pare <i>(Momordica charantia)</i> termasuk jenis sayuran dataran rendah. Rasanya pahit-pahit sedap, sehingga banyak disukai masyarakat. Tanaman Pare gampang tumbuh di mana saja, daerah ketinggian 1 - 1.500 meter di atas permukaan laut cocok untuk tanaman pare.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">BENIH<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Kebutuhan benih setiap hektar 5-7 kg sudah termasuk untuk sulaman. Jenis pare yang disukai masyarakat serta banyak dibudidayakan petani antara lain:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN" style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="IN">Pare Taiwan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><span lang="IN">Pare ini berasal dari Taiwan, buahnya lonjong, agak bulat dan besar, kulitnya tidak berbintil, warna putih kehijauan, rasa tidak terlalu pahit.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN" style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="IN">Pare Gajib<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><span lang="IN">Warna buah putih kekuningan, kulit buah berbintil besar, panjang sekitar 30 – 50 cm dan agak ramping, sedang berat buah 250-500 gram.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN" style="font-family: Wingdings;">Ø<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><span lang="IN">Pare Ayam/Pare Hijau<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><span lang="IN">Buahnya kecil, pendek, warna buah hijau, bijinya banyak, rasanya pahit. Jenis ini dapat tumbuh dan berbuah tanpa perlu perambatan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">PENANAMAN<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Pare ditanam di atas gulatan-gulatan dengan ukuran lebar 1,5-2,5 m, sedang panjang menurut lahan yang tersedia. Jarak tanam 1×m dengan sedikit tanah. Setelah tumbuh 2-3 daun, baru diberi ajir (tutus) sebagai rambatan (dibuat dari bambu).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN"><a name='more'></a>PEMELIHARAAN<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Penyulaman<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Biji yang tidak tumbuh segera disulam agar tidak terlalu jauh pertumbuhannya dari tanaman terdahulu. Sulaman dapat dengan biji atau bibit.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Penyiangan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Karena jarak tanam terlalu lebar, maka pertumbuhan gulma cepat dan banyak sehingga penyiangan perlu dilakukan secara rutin. Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mencabuti gulma dan dilanjutkan pendangiran agar tanah menjadi gembur.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Pemangkasan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Pemangkasan dilaksanakan 2 kali yaitu saat umur 3 minggu dengan tujuan agar tunas tumbuh melebar. Sedangkan pemangkasan berikutnya pada umur 6 minggu dengan membuang cabang yang tua dan tumbuh, daun kering serta cabang yang rusak.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">PEMUPUKAN<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Pupuk kandang diberikan bersamaan pengolahan tanah sebanyak 10-15 ton tiap hektar, sedang pupuk NPK diberikan setelah tanaman tumbuh, dengan dosis 20 gram setiap tanaman.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">PEMBUNGKUSAN BUAH<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Untuk melindungi buah dari serangan lalat buah, buah pare perlu dibungkus dengan kertas koran, plastik tipis, atau plastik hitam. Pembungkusan dilakukan sejak buah masih kecil.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">HAMA DAN PENYAKIT<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Serangan hama penyakit tanaman pare jarang ditemukan. Hama oteng-oteng atau Lembing sering menghabiskan daun pare. Pengendalian dengan menggunakan peptisida. Kadang siput juga menyerang tanaman pare pada waktu malam hari. Pengendalian dengan menggunakan insektisida. Lalat buah dapat menyerang buah pare, sehingga mutunya rendah/busuk. Pengendalian dapat dengan membungkus buah data kertas koran atau plastik.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Penyakit embun bulu yang disebabkan jamur <i>Pseudoperonospora Cubenesis</i> dapat mengganggu tanaman pare. Daun yang terserang menunjukkan bercak-bercak kuning. Bila serangan hebat dapat mematikan tanaman. Pengendalian dapat dilakukan dengan pemberian fungisida.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">PANEN<o:p></o:p></span></div><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Panen pertama dilakukan 2 bulan setelah tanam. Pare yang tepat untuk dikonsumsi ialah belum tua benar, bintil-bintil dan alur keriputnya masih agak rapat. Ukuran panjang pare Gajib yang layak dikonsumsi sekitar 25-30 cm sedang pare hijau 15-20 cm. Pemetikan dilakukan dengan memotong buah diatas pembngkus dengan pisau atau gunting. Karena buah pare mudah lecet dan ini mempengaruhi kualitas, maka pada waktu menumpuk diusahakan jangan terlalu banyak. Dalam pengangkutan usahakan wadahnya tidak menimbulkan guncangan terlalu keras sehingga terjadi gesekan.</span>Agrobisnishttp://www.blogger.com/profile/09028064756407590382noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2532569662980250496.post-4138389817286493762011-05-16T19:25:00.000+07:002011-05-16T19:25:38.891+07:00BUDIDAYA TANAMAN TEH<link href="file:///C:%5CUsers%5CWIDE_V%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CWIDE_V%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CWIDE_V%7E1%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin:0cm;
margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
h2
{mso-style-priority:99;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-link:"Heading 2 Char";
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
mso-outline-level:2;
font-size:18.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
font-weight:bold;}
p
{mso-style-priority:99;
mso-style-unhide:no;
mso-margin-top-alt:auto;
margin-right:0cm;
mso-margin-bottom-alt:auto;
margin-left:0cm;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:12.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";}
span.Heading2Char
{mso-style-name:"Heading 2 Char";
mso-style-priority:99;
mso-style-unhide:no;
mso-style-locked:yes;
mso-style-link:"Heading 2";
mso-ansi-font-size:18.0pt;
mso-bidi-font-size:18.0pt;
font-weight:bold;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:134371776;
mso-list-template-ids:-594381642;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l0:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l0:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l0:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l0:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l0:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l0:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l0:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l0:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1
{mso-list-id:152450155;
mso-list-template-ids:1978725346;}
@list l1:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l2
{mso-list-id:154078990;
mso-list-template-ids:1607628166;}
@list l2:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l2:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l2:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l2:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l2:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l2:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l2:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l2:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l2:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l3
{mso-list-id:202060974;
mso-list-template-ids:1904101902;}
@list l3:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l3:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l3:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l3:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l3:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l3:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l3:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l3:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l3:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l4
{mso-list-id:215749700;
mso-list-template-ids:1954607608;}
@list l4:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l4:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l4:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l4:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l4:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l4:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l4:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l4:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l4:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l5
{mso-list-id:277951864;
mso-list-template-ids:152589212;}
@list l5:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l5:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l5:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l5:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l5:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l5:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l5:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l5:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l5:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l6
{mso-list-id:300231120;
mso-list-template-ids:-1147118298;}
@list l6:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l6:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l6:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l6:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l6:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l6:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l6:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l6:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l6:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l7
{mso-list-id:457140593;
mso-list-template-ids:-1333649614;}
@list l7:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l7:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l7:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l7:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l7:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l7:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l7:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l7:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l7:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l8
{mso-list-id:520436360;
mso-list-template-ids:1774377318;}
@list l8:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l8:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l8:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l8:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l8:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l8:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l8:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l8:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l8:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l9
{mso-list-id:550188873;
mso-list-template-ids:1955604174;}
@list l9:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l9:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l9:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l9:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l9:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l9:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l9:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l9:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l9:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l10
{mso-list-id:589244272;
mso-list-template-ids:1624126736;}
@list l10:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l10:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l10:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l10:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l10:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l10:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l10:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l10:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l10:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l11
{mso-list-id:659038682;
mso-list-template-ids:-1472043088;}
@list l11:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l11:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l11:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l11:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l11:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l11:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l11:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l11:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l11:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l12
{mso-list-id:669673068;
mso-list-template-ids:195742114;}
@list l12:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l12:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l12:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l12:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l12:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l12:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l12:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l12:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l12:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l13
{mso-list-id:676227753;
mso-list-template-ids:1732823542;}
@list l13:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l13:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l13:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l13:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l13:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l13:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l13:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l13:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l13:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l14
{mso-list-id:712971526;
mso-list-template-ids:-2134990912;}
@list l14:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l14:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l14:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l14:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l14:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l14:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l14:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l14:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l14:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l15
{mso-list-id:816845149;
mso-list-template-ids:-1474809796;}
@list l15:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l15:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l15:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l15:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l15:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l15:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l15:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l15:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l15:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l16
{mso-list-id:952399724;
mso-list-template-ids:-2066086268;}
@list l16:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l16:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l16:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l16:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l16:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l16:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l16:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l16:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l16:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l17
{mso-list-id:998390581;
mso-list-template-ids:1305126492;}
@list l17:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l17:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l17:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l17:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l17:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l17:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l17:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l17:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l17:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l18
{mso-list-id:1039892366;
mso-list-template-ids:1564919488;}
@list l18:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l18:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l18:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l18:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l18:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l18:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l18:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l18:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l18:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l19
{mso-list-id:1158232157;
mso-list-template-ids:22065650;}
@list l19:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l19:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l19:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l19:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l19:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l19:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l19:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l19:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l19:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l20
{mso-list-id:1230265909;
mso-list-template-ids:-1240402988;}
@list l20:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l20:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l20:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l20:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l20:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l20:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l20:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l20:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l20:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l21
{mso-list-id:1259562650;
mso-list-template-ids:-1120753336;}
@list l21:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l21:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l21:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l21:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l21:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l21:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l21:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l21:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l21:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l22
{mso-list-id:1402413249;
mso-list-template-ids:1991285762;}
@list l22:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l22:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l22:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l22:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l22:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l22:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l22:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l22:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l22:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l23
{mso-list-id:1462842776;
mso-list-template-ids:-1902341226;}
@list l23:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l23:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l23:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l23:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l23:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l23:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l23:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l23:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l23:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l24
{mso-list-id:1524903202;
mso-list-template-ids:1457915460;}
@list l24:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l24:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l24:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l24:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l24:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l24:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l24:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l24:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l24:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l25
{mso-list-id:1540360949;
mso-list-template-ids:894624300;}
@list l25:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l25:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l25:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l25:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l25:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l25:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l25:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l25:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l25:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l26
{mso-list-id:1540824355;
mso-list-template-ids:-652579644;}
@list l26:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l26:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l26:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l26:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l26:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l26:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l26:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l26:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l26:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l27
{mso-list-id:1548180824;
mso-list-template-ids:1708301616;}
@list l27:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l27:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l27:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l27:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l27:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l27:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l27:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l27:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l27:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l28
{mso-list-id:1573197764;
mso-list-template-ids:-961107686;}
@list l28:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l28:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l28:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l28:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l28:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l28:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l28:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l28:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l28:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l29
{mso-list-id:1604415519;
mso-list-template-ids:1820617162;}
@list l29:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l29:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l29:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l29:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l29:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l29:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l29:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l29:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l29:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l30
{mso-list-id:1673485410;
mso-list-template-ids:-471043444;}
@list l30:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l30:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l30:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l30:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l30:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l30:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l30:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l30:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l30:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l31
{mso-list-id:1696349985;
mso-list-template-ids:314470294;}
@list l31:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l31:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l31:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l31:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l31:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l31:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l31:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l31:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l31:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l32
{mso-list-id:1825009370;
mso-list-template-ids:-92912830;}
@list l32:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l32:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l32:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l32:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l32:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l32:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l32:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l32:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l32:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l33
{mso-list-id:1833449490;
mso-list-template-ids:-2041806728;}
@list l33:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l33:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l33:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l33:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l33:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l33:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l33:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l33:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l33:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l34
{mso-list-id:1905069368;
mso-list-template-ids:2053511382;}
@list l34:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l34:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l34:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l34:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l34:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l34:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l34:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l34:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l34:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l35
{mso-list-id:1937052215;
mso-list-template-ids:344522104;}
@list l35:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l35:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l35:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l35:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l35:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l35:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l35:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l35:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l35:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l36
{mso-list-id:2019237101;
mso-list-template-ids:-290715982;}
@list l36:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l36:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l36:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l36:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l36:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l36:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l36:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l36:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l36:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l37
{mso-list-id:2030906511;
mso-list-template-ids:-1818867214;}
@list l37:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l37:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l37:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l37:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l37:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l37:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l37:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l37:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l37:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l38
{mso-list-id:2034987948;
mso-list-template-ids:-1042504940;}
@list l38:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l38:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l38:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l38:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l38:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l38:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l38:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l38:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l38:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l39
{mso-list-id:2075157073;
mso-list-template-ids:210155054;}
@list l39:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l39:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l39:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l39:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l39:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l39:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l39:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l39:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l39:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l40
{mso-list-id:2094159437;
mso-list-template-ids:183110270;}
@list l40:level1
{mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l40:level2
{mso-level-tab-stop:72.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l40:level3
{mso-level-tab-stop:108.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l40:level4
{mso-level-tab-stop:144.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l40:level5
{mso-level-tab-stop:180.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l40:level6
{mso-level-tab-stop:216.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l40:level7
{mso-level-tab-stop:252.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l40:level8
{mso-level-tab-stop:288.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
@list l40:level9
{mso-level-tab-stop:324.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgU91cbsxd_d1h2ImudNY9I_CLnPZjMx3na1K-0pAkv8bdaNGyJh6bo5StBiU3eoFaZgPQOPyiwAiLWkTRzuOdoslAIKKTninFKcEnj5bC9mykfJUVhuz62xRwCfcoVG9r_bGva7ivJNOg/s1600/teh.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgU91cbsxd_d1h2ImudNY9I_CLnPZjMx3na1K-0pAkv8bdaNGyJh6bo5StBiU3eoFaZgPQOPyiwAiLWkTRzuOdoslAIKKTninFKcEnj5bC9mykfJUVhuz62xRwCfcoVG9r_bGva7ivJNOg/s1600/teh.jpg" /></a></div><h2><span style="font-size: small;">DESKRIPSI </span></h2><h2><span style="font-size: small;">PENGOLAHAN DAN JENIS MUTU TEH</span></h2>Teh diperoleh dari pengolahan daun tanaman teh (<i>Camellia sinensis L</i>) dari familia <i>Theaceae</i>. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah pegunungan Himalaya dan daerah-daerah pegunungan yang berbatasan dengan Republik Rakyat Cina, India, dan Burma. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah tropik dan subtropik dengan menuntut cukup sinar matahari dan hujan sepanjang tahun. Tanaman teh dapat tumbuh sampai sekitar 6-9 m tinggi. Di perkebunan-perkebunan tanaman teh dipertahankan hanya sampai sekitar 1 m tinggi dengan pemengkaan secara berkala. Ini dilakukan untuk memudahkan pemetikan daun dan agar diperoleh tunas-tunas dau teh yang cukup banyak.<br />
Tanaman teh umumnya mulai dapat dipetik daunnya secara menerus setelah umur 5 tahun. Dengan pemeliharaan yang baik tanaman teh dapat memberi hasil daun teh yang cukup besar selama 40 tahun. Kebun-kebun teh karenanya perlu senantiasa memperoleh pemupukan secara teratur, bebas serangan hama penyakit tanaman, memperoleh pemangkasan secara baik, memperoleh curah hujan yang cukup. Kebun-kebun teh perlu diremajakan setelah tanaman tehnya berumur 40 tahun ke atas.<br />
Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah dengan ketinggian 200-2.000 m di atas permukaan laut. Di daerah-daerah yang rendah umumnya tanaman teh kurang dapat memberi hasil yang cukup tinggi. Tanaman teh menghendaki tanah yang dalam dan mudah menyerap air. Tanaman tidak tahan terhadap kekeringan serta menuntut curah hujan minimum 1.200 mm yang merata sepanjang tahun.<br />
Hasil teh diperoleh dari daun-daun pucuk tanaman teh yang dipetik sekali dengan selang 7 sampai 14 hari, tergantung dari keadaan tanaman di masing-masing daerah. Cara pemetikan daun selain mempengaruhi jumlah hasil teh, juga sangat menentukan mutu teh yang dihasilkannya. Dibedakan cara pemetikan halus (<i>fine plucking</i>) dan cara pewmetikan kasar (<i>coarse plucking</i>). Pemetikan daun hingga kini masih dilakukan oleh tenaga manusia, bahkan sebagian besar oleh tenaga-tenaga wanita. Untuk menghasilkan teh mutu baik perlu dilakukan pemetikan halus, yaitu: hanya memetik daun pucuk dan dua daun di bawahnya. Ada pula yang melakukan pemetikan medium, dengan juga memetik bagian halus dari daun ketiga di bawah daun pucuk. Pemetikan kasar sering pula dilakukan bebewrapa perkebunan (rakyat), yaitu: pemetikan daun pucuk dengan tiga atau lebih banyak daun di bawahnya, termasuk batangnya.<br />
<br />
<a name='more'></a>Perkebunan teh terpusat di dataran menengah dan tinggi di Pulau Jawa, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan. Pada tahun 1990 luas perkebunan teh di Indonesia 129.500 ha. Produksi teh pada tahun 1998 mencapai 136.109 ton. Klasifikasi botani tanaman teh adalah sebagai berikut:<br />
Divisi : Spermatopyta<br />
Sub : Angiospermae<br />
Kelas : Dicotyledonae<br />
Keluarga : Transtroemiaceae<br />
Genus : Camellia<br />
Spesies : Camellia sinensis L.<br />
Varietas utama adalah varietas China, Asam dan Cambodia. Klon anjuran Balai Penelitian Perkebunan Gambung tahun 1878-1988 adalah Seri Gambung: Gmb 1, Gmb 2, Gmb 3 dan Gmb 4. Varitas lain berasal dari Jepang yang ditanam di perkebunan rakyat seperti di Kebun Teh hijau Jepang di Garut.<br />
B. MANFAAT TANAMAN<br />
Daun teh adalah bahan pembuat minuman teh yang populer di seluruh penjuru dunia. Air teh yang kita minum mengandung kafein, teofilin, vitamin A, B, C, zat yang tidak larut dalam air seperti serat, protein dan pati serta zat yang larut di dalam air seperti gula, asam amino dan mineral. Jadi selain sebagai minuman, teh juga mempunyai nilai gizi. Disamping itu teh juga bisa dijadikan obat yaitu sebagai antidotum pada keracunan oleh logam-logam berat dan alkaloida.<br />
Daun teh barbau khan aromatik , rasanya agak sepet . Mengenai uraian makroskopiknya yaitu sebagai berikut:<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Helai daun dapat dikatakan cukup tebal, kaku berbentuk sudip melebar sampai sudip memanjang, panjangnya tidak lebih dari 5 cm, bertangkai panjang</li>
<li class="MsoNormal">Permukaan daun bagian atas mengkilat, pada daun muda permukaan bawahnya berambut sedang telah tua menjadi licin</li>
<li class="MsoNormal">Tepi daun bergerigi, agak tergulung ke bawah, berkelenjar yang khas dan terbenam</li>
</ol>Kandungan zat pada daunnya 1%-4% kofeine, 7%-15% tanin dan sedikit minyak atsiri. Dalam penggunaan sebagai obat antidotum pada keracunan oleh logam-logam berat dan alkaloida, petiklah kuncup daun berikut 2-3 helai dau dibawahnya, digulung dan difermentasikan untuk kemudian diberikan pada penderita.<br />
C. SYARAT PERTUMBUHAN<br />
1. Iklim<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">urah hujan sebaiknya tidak kurang dari 2.000 mm/tahun.</li>
<li class="MsoNormal">Tanaman memerlukan matahari yang cerah. Tanaman teh tidak tahan kekeringan.</li>
<li class="MsoNormal">Suhu udara harian tanaman teh adalah 13-25 derajat C.</li>
<li class="MsoNormal">Kelembaban udara kurang dari 70%.</li>
</ol>2. Media Tanaman<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Jenis tanah yang cocok untuk teh adalah Andosol, Regosol dan Latosol. Namun teh juga dapat dibudidayakan di tanah Podsolik (Ultisol), Gley Humik, Litosol dan Aluvia. Teh menyukai tanah dengan lapisan atas yang tebal, struktur remah, berlempung sampai berdebu, gembur.</li>
<li class="MsoNormal">Derajat keasaman tanah (pH) berkisar antara 4,5-6,0.</li>
<li class="MsoNormal">Berdasarkan ketinggian tempat, kebun teh di Indonesia dibagi menjadi 2 daerh yaitu:(1) dataran rendah: sampai 800 m dpl; (2) dataran sedang: 800-1.200 m dpl; dan (3) dataran tinggi: lebih dari 1.200 meter dpl. Perbedaan ketinggian tempat menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan kualitas teh.</li>
</ol>3. Ketinggian Tempat<br />
Tergantung dari klon, teh dapat tumbuh di dataran rendah pada 100 m dpl sampai di ketinggian lebih dari 1.000 m dpl.<br />
<b>D. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA</b><br />
1. Pembibitan<br />
Tanaman diperbanyak dengan biji atau stek daun. Dari segi produksi, sebaiknya tanaman diperbanyak dengan stek daun.<br />
<u>Persyaratan Benih/Bibit</u><br />
a. Persyaratan benih<br />
Diambil dari kebun biji, berupa biji jatuhan, tidak terserang kepik biji dan besar. Biji disimpan di dalam kaleng yang ditutup rapat dengan kelembaban 35-38% dan segera disemaikan setelah dipungut.<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Perkecambahan dalam badengan </li>
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Pasir setebal biji teh dihamparkan pada kotak papan 1 x 2 m.</li>
<li class="MsoNormal">Taburkan benih di atas hamparan pasir.</li>
<li class="MsoNormal">Hamparkan kembali pasir di atas benih.</li>
<li class="MsoNormal">Lakukan kembali langkah b dan c sampai didapat tumpukan pasir-benih sebanyak 3 tumpuk.</li>
<li class="MsoNormal">Tutup bagian atas tumpukan dengan karung goni basah.</li>
<li class="MsoNormal">Naungi bedengan dengan daun kering.</li>
<li class="MsoNormal">Setelah 1 minggu, biji yang retak atau berkecambah ditanamkan pada bedengan atau polibag.</li>
</ol></ol>c. Penanaman<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Di Bedengan: tanah untuk persemaian di bedengan harus gembur dan subur, jarak tanam kecambah teh 15 x 20 cm atau 20 x 20 cm, kecambah dibenamkan, ditimbun tanah dengan ketebalam 0,5-1 cm (setebal benih) dan ditutupi dengan potongan daun guatemala, atau alang-alang. Bedengan dinaungi dengan naungan individu.</li>
<li class="MsoNormal">Di polibag dengan ukuran 12 x 25 cm dengan media dan cara penanaman yang sama. Setelah itu polibag berisi kecambah diletakkan di dalam bedengan yang dinaungi.</li>
<li class="MsoNormal">Pemeliharaan meliputi penyemprotan fungisida Dithane M-45 0,2% dan insektisida Demicron 0,2%. Penyiraman teratur agar tidak kekeringan, pemupukan 2-3 bulan setelah tanam dengan pupuk daun Bayfolan 15 cc/10 liter.</li>
<li class="MsoNormal">Bibit di polibag dipindahtanamkan pada umur 10-12 bulan, bibit di bedengan dipindahkan ke kebun pada umur 1 tahun (puteran) dan 2-3 tahun (stump).</li>
</ol><u>Pembibitan Stek Daun</u><br />
Stek ditanam di dalam polibag berisi media tanah. Polibag ini disusun di dalam bedengan yang terletak di dalam naungan pembibitan.<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Bahan tanaman</li>
</ol><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Ranting stek diambil berumur 4-5 bulan setelah pangkas, mulai berkayu dan berwarna coklat. Posisi ranting stek (stekres) tegak lurus (vertikal).</li>
<li class="MsoNormal">Stekres berasal dari induk yang ditanam di kebun induk (Multiplication plant, MP).</li>
<li class="MsoNormal">Panjang tangkai stek 3-4 cm dipotong miring 45o ke arah luar dan memiliki 1 helai daun.</li>
<li class="MsoNormal">Jumlah stek dari stekres antara 2-5 stek/stekres diambil dari batas pangkal ranting yang berwarna coklat sampai daun ke tiga dari peko (pucuk/tunas yang sedang tumbuh aktif).</li>
<li class="MsoNormal">Stek direndam di dalam larutan Dithane M-45 15-25 gram/liter selama 1-2 menit.</li>
</ol><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Media stek</li>
</ol><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Struktur tanah gembur, sedikit berliat, pH 4,5-5,5, bebas nematoda dan sisa akar/tanaman.</li>
<li class="MsoNormal">Diperlukan dua macam tanah: 2/3-3/4 bagian lapisan tanah atas (top soil) untuk mengisi bagian bawah polibag ukuran 12×25 cm; 1/4-1/3 bagian lapisan tanah bawah (sub soil) untuk mengisi bagian atas polibag. Sebelumnya tanah disaring dengan saringan 1-2 cm.</li>
<li class="MsoNormal">Tanah difumigasi Dithane M-45 dengan dosis 300-400 gram/m3 tanah. Dithane dicampur merata pada tanah saat dimasukkan ke polibag.</li>
<li class="MsoNormal">Jika pH tanah terlalu tinggi, keasaman ditingkatkan dengan tawa sebanyak 1/2-1 kg/m3 tanah bersama dengan pemberian Dithane M-45.</li>
<li class="MsoNormal">Pemupukan dasar<br />
Hanya diberikan pada tanah lapisan atas: SP-36 dan KCl masing-masing sebanyak 500 gram/m3 tanah. </li>
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Setengah bagian bawah polibag 12 x 25 cm diberi 5-6 lubang dengan diameter 0,5-1 cm.</li>
<li class="MsoNormal"><b>2. </b>2/3-3/4 bagian lapisan tanah atas (top soil) mengisi bagian bawah polibag, 1/2-1/3 bagian lapisan tanah bawah (sub soil) mengisi bagian atas. Tanah dalam kondisi kering angin.<b> </b></li>
<li class="MsoNormal">Polibag disusun di dalam bedengan (1 m bedengan untuk 156-168 polibag).</li>
<li class="MsoNormal">Satu hari sebelum tanam, bedengan disiram air.</li>
<li class="MsoNormal">Buat lubang tanah 2-3 cm.</li>
<li class="MsoNormal">Tanamkan stek di lubang tanam dengan posisi daun tegak, searah dan tidak saling tindih. Padatkan tanah di sekitar stek.</li>
<li class="MsoNormal">Siram bedengan dan tutupi dengan selimut plastik, ujungnya ditimbun tanah sehingga membentuk parit.</li>
<li class="MsoNormal">Pelihara 3 bulan dalam kelembaban 90%.</li>
</ol></ol><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Pengisian tanah ke polibag</li>
</ol><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Penanaman stek</li>
</ol><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Pembuatan naungan pembibitan<br />
Ukuran naungan pembibitan adalah 3 x 2,5 m atau 4,5-2,5 m dengan tinggi 2 m. Setengah bedengan terbuat dari bilik dan bagian atasnya ditutup jarang dengan wide. Pasang reng bambu di bagian atas bangunan ini dan tutup dengan rerumputan sehingga cahaya matahari yang masuk sekitar 25% pada 3-4 bulan pertama. Lebar bedengan 90-100 cm, tinggi 15 cm dan panjang sesuai kebutuhan dan kondisi lapangan. Rangka sungkup terbuat plastik dengan tinggi lengkungan 60-70 cm.</li>
</ol><u>Pemeliharaan Pembibitan</u><br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Pengaturan intensitas matahari</li>
<li class="MsoNormal">0-3 bulan: 25-30%, naungan tertutup seluruhnya.</li>
<li class="MsoNormal">4-5 bulan: 30-40%, atap diperjarang.</li>
<li class="MsoNormal">6-7 bulan: 50-75%, atap lebih diper jarang lagi.</li>
<li class="MsoNormal">7-12 bulan: 90-100%, atap diperjarang.</li>
<li class="MsoNormal">> 1 tahun: 90-100%, atap terbuka sampai dibuka</li>
<li class="MsoNormal">Penyiraman dilakukan bila perlu.</li>
</ol><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 4 bulan dengan pupuk daun Bayfolan 15 cc/15 liter air atau larutan urea 10-20 gram/liter, 1-2 minggu sekali.</li>
<li class="MsoNormal">Pengendalian hama penyakit: Menutup sungkup segera bila ada serangan, menyemprot Dihane M-45 atau Cobox pada dosis 0,1-0,2%.</li>
<li class="MsoNormal">Seleksi bibit dilakukan pada umur 6 bulan.</li>
</ol><b>2. </b>Pengolahan <b>Media Tanam</b><br />
<u>Persiapan</u><br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Persiapan lahan</li>
</ol>Karena lahan baru merupakan konversi dari hutan, semak atau lahan pertanian lain, maka perlu dilakukan survey dan pemetaan tanah yang datanya akan menunjang pembuatan peta kebun dan perlengkapannya, pembuatan fasilitas air dan juga jalan.<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Pembongkaran pohon dan tanggul<br />
Pohon dibongkar sampai akarnya dengan menggunakan takel berkekuatan 3-5 ton, atau dimatikan dulu dengan arborisida sebelum dibongkar.</li>
<li class="MsoNormal">Pembersihan lahan (babad) di musim kemarau<br />
Dilakukan setelah pembongkaran selesai, sampah dibuang ke tempat yang tidak ditanami teh dan jangan dibakar.</li>
<li class="MsoNormal">Pembersihan gulma (nyasap) di musim kemarau<br />
Tanah diolah dengan cangkul sedalam 5-10 cm untuk membersihkan gulma.</li>
<li class="MsoNormal">Pengolahan tanah</li>
</ol><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Tanah dicangkul sedalam 60 cm sampai gembur dan biarkan 2-3 minggu.</li>
<li class="MsoNormal">Olah kembali sedalam 40 cm.</li>
<li class="MsoNormal">Lakukan pengukuran dan pematokan sehingga terbentuk petakan 20 x 20 m.</li>
</ol><ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Pembuatan jalan<br />
Lebar jalan kebun cukup 1 meter.</li>
<li class="MsoNormal">Pembuatan selokan drainase menurut kemiringan dan letak jalan kebun.</li>
</ol><u>Pembukaan Lahan</u><br />
Lahan yang digunakan terdiri atas lahan tempat tumbuh tanaman teh tua yang populasinya masih cukup banyak 30-50%.<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Pembongkaran pohon pelindung<br />
Pohon dibongkar bersama akarnya.</li>
<li class="MsoNormal">Pembongkaran tanaman teh tua<br />
Untuk lahan yang landai dapat dilakukan dengan pencabutan dengan tekel, tetapi jika kemiringan > 30% perdu dimatikan dengan bahan kimia arborisida</li>
<li class="MsoNormal">Sanitasi lahan<br />
Untuk menghindari penyakit cendawan akar yang berasal dari tanaman tua dilakukan penanaman rumput Guatemala selama 2 tahun atau Fumigasi dengan metil bromil sebanyak 0,25 kg/10 m2 lahan. Tutup lahan dengan lembaran plastik dan alirkan fumigan, biarkan 2 minggu. Lahan dikeringanginkan 2 minggu.</li>
<li class="MsoNormal">Pengolahan tanah<br />
Untuk lahan yang perdu tehnya dicabut, lahan diolah dengan cara seperti 3.2.1., tetapi jika digunakan arborisda untuk mematikan perdu, tanah tidak perlu diolah cukup diratakan.</li>
</ol>3. Teknik Penanaman<br />
<u>Penentuan Pola Tanam</u><br />
Sebelum dibuat lubang tanam, lahan diajir sesuai dengan jarak tanam yang akan dipakai.<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Datar s/d 15%: jarak tanam 120 x 90 cm; jumlah 9.260 pohon; penanaman baris tunggal lurus</li>
<li class="MsoNormal">15-30%: jarak tanam 120 x 75 cm; jumlah 11.110 pohon; penanaman baris tunggal lurus</li>
<li class="MsoNormal">> 30%: jarak tanam 120 x 60 cm; jumlah 13.888 pohon; penanaman sesuai kontur</li>
<li class="MsoNormal">Batas tertentu: jarak tanam 120 x 60 x 60 cm; jumlah 18.500 pohon; penanaman baris berganda</li>
</ol><u>Pembuatan Lubang Tanam</u><br />
Lubang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 x40 cm untuk bibit asal stump biji dan 20 x20 x20 cm untuk bibit asal stek<br />
<u>Cara Penanaman</u><br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Masukkan pupuk dasar ke dalam lubang yaitu 11 gram urea, 5 gram TSP dan kg KCl.</li>
<li class="MsoNormal">Jika pH tanah > 6, masukkan belerang murni 10-15 gram.</li>
<li class="MsoNormal">Jika bibit berasal dari stump biji:</li>
</ol>1) Bibit berumur 2 tahun, panjang akar 30 cm, tinggi batang 20 cm.<br />
2) Stump ditanam tegak lurus, padatkan tanah di sekitar batang.<br />
3) Ratakan tanah, jangan sampai terjadi cekungan di sekitar batang.<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Jika bibit berasal dari stek:</li>
</ol>1) Sobek polibag bagian bawah dan bagian sisi.<br />
2) Tarik ujung polibag bawah ke bagian atas sehingga tanaman terbuka.<br />
3) Masukkan ke dalam lubang tanam, timbun dan padatkan tanah di sekeliling batang.<br />
4) Polybag ditarik hati-hati melalui tajuk tanaman.<br />
5) Ratakan tanah, jangan sampai terjadi cekungan di sekitar batang.<br />
Tanaman pelindung sementara dan tetap sangat diperlukan jika teh ditanam di dataran rendah. Tanaman pelindung sementara adalah Crotalaria sp.dan Tephrosis sp. yang ditanam di antara 2 barisan tanaman teh. Penanaman dilakukan dengan biji setelah teh ditanam.<br />
Tanaman pelindung tetap ditanam jika pelindung sementara sudah tidak bisa dipertahankan (2-3 tahun). Tanaman pelindung tetap ditanam 1 tahun sebelum teh ditanam berupa Albizia falcata, A. sumatrana, A. procera, A. chinensis, Leucaena glabrata, L. glauca, Erythrina subumbrans, Gliricida maculata, Acacia decurens.<br />
4. Pemeliharaan Tanaman<br />
<u>Penjarangan dan Penyulaman</u><br />
Tanaman mati diganti tanaman baru dengan bibit yang sama, penyulaman dimulai dua minggu setelah tanam sampai dua bulan menjelang kemarau. Bibit sulaman yang diperlukan pada tahun pertama adalah 10% dan tahun kedua 5%. Pada tahun ke tiga, tanaman teh mulai menghasilkan (Tanaman Menghasilkan/TM).<br />
<u>Pembubunan</u><br />
Pohon<b> </b>pelindung berfungsi sebagai sumber pupuk hijau, pangkasan daunnya dihamparkan di antara tanaman teh. Mulsa diberikan pula melalui penanaman rumput Guatemala. Tanaman pelindung sementara dipertahankan sampai tanaman teh berumur 2 tahun.<br />
<u>Pemupukan</u><br />
Dosis pemupukan (kg/ha/tahun) untuk tanaman yang belum menghasilkan (TBM).<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Bahan organik top soil < 5%: </li>
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Umur tanam 1 tahun:<br />
- Andosol/Regosol: N=100;P2O5= 60;K2O=40;MgO=0<br />
- Latosol/Podsolik : N=100;P2O5=50;K2O=50;MgO=0</li>
<li class="MsoNormal">Umur tanam 2 tahun:<br />
- Andosol/Regosol: N=150;P2O5=60;K2O=40;MgO=20<br />
- Latosol/Podsolik : N=150;P2O5=75;K2O=75;MgO=40</li>
<li class="MsoNormal">Umur tanam 3 tahun:<br />
- Andosol/Regosol: N=200;P2O5=75;K2O=50;MgO=20<br />
- Latosol/Podsolik : N=175;P2O5=75;K2O=75;MgO=40</li>
<li class="MsoNormal">Bahan organik top soil 5-8%: </li>
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Umur tanam 1 tahun:<br />
- Andosol/Regosol: N=80;P2O5=50;K2O=30;MgO=0<br />
- Latosol/Podsolik : N=80;P2O5=40;K2O=40;MgO=0</li>
<li class="MsoNormal">Umur tanam 2 tahun:<br />
- Andosol/Regosol:N=120;P2O5=50;K2O=30;MgO=20<br />
- Latosol/Podsolik : N=120;P2O5=60;K2O=60;MgO=30</li>
<li class="MsoNormal">Umur tanam 3 tahun:<br />
- Andosol/Regosol: N=150;P2O5=60;K2O=50;MgO=30<br />
- Latosol/Podsolik : N=160;P2O5=60;K2O=60;MgO=30</li>
<li class="MsoNormal">Bahan organik top soil >8%: </li>
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Umur tanam 1 tahun:<br />
- Andosol/Regosol: N=70;P2O5=50;K2O=20;MgO=0<br />
- Latosol/Podsolik : N=70;P2O5=30;K2O=30;MgO=0</li>
<li class="MsoNormal">Umur tanam 2 tahun:</li>
</ol></ol></ol></ol>- Andosol/Regosol:N=100;P2O5=50;K2O=30;MgO=20<br />
- Latosol/Podsolik : N=110;P2O5=50;K2O=50;MgO=25<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Umur tanam 3 tahun:<br />
- Andosol/Regosol: N=130;P2O5=60;K2O=40;MgO=20<br />
- Latosol/Podsolik : N=140;P2O5=50;K2O=50;MgO=25</li>
</ol>Dosis pemupukan kg/ha/tahun untuk tanaman yang menghasilkan (TM) dengan target produksi 200 kg teh kering/ha/tahun<br />
a) Urea, ZA (unsur hara N): dosis optimal 250-350, 3-4 kali/tahun<br />
b) TSP, PARP (unsur hara P2O5): dosis optimal 60-120 untuk Andosol/Regosoldan 15-40 Latosol/Podsolik untuk, 1-2 kali/tahun<br />
c) MOP, ZK (unsur hara K2O): dosis optimal 60-180, 2-3 kali/tahun<br />
d) Kiserit (unsur hara MgO): dosis optimal 30-75, 2-3 kali/tahun<br />
e) Seng sulfit (unsur hara ZnO): dosis optimal 5-10, 7-10 kali/tahun<br />
<u>Hama</u><br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Helopeltis antonii</li>
</ol>Serangga dewasa seperti nyamuk, menyerang daun teh dan ranting muda. Bagian yang diserang berbercak coklat kehitaman dan mengering. Serangan pada ranting dapat menyebabkan kanker cabang. Pengendalian: pemetikan dengan daur petik 7 hari, pemupukan berimbang, sanitasi, mekanis, predator Hierodula dan Tenodera, Insektisida nthio 330 EC, Carbavin 85 WP, Mitac 200 EC.<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Ulat jengkal (Hyposidra talaca, Ectropis bhurmitra, Biston suppressaria)</li>
</ol>Ulat berwarna hitam atau coklat bergaris putih, menyerang daun muda, pucuk dan daun tua, serangan dapat di kebun atau persemaian. Daun yang diserang bergigi/berlubang. Pengendalian: membersihkan serasah dan gulma, pemupukan berimbang dan insektisida Lannate 35 WP, Lannate L.<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Ulat penggulung daun (Homona aoffearia)</li>
</ol>Ulat berukuran 1-2,5 cm menyerang daun teh muda dan tua. Daun tergulung dan terlipat. Pengendalian: cara mekanis, melepas musuh hayati seperti Macrocentrus homonae, Elasmus homonae, insektisida Ripcord 5 EC.<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma)</li>
</ol>Ulat berukuran 2-3 cm berada di dalam gulungan pucuk teh. Pengendalian: cara mekanis, hayati dengan melepas musuh alami Apanteles dan insektisida Bayrusil 250 EC, Dicarbam 85 S, Sevin 85S.<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Ulat api (Setora nitens, Parasa lepida, Thosea)</li>
</ol>Ulat berbulu menyerang daun muda dan tua, tanaman menjadi berlubang. Pengendalian: cara mekanis, hayati dengan melepas parasit dan insektisida Ripcord 5 EC dan Lannate L.<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Tungau jingga (Brevipalpus phoenicis)</li>
</ol>Berukuran 0,2 mm berwarna jingga, menyerang daun teh tua di bagian permukaan bawah. Terdapat bercak kecil pada pangkal daun, tungau membentuk koloni di pangkal daun, Lalu serangan menuju ujung daun, daun mengering dan rontok. Pengendalian: (1) cara mekanis, pengendalian gulma, pemupukan berimbang, predator Amblyseius, (2) insektisda Dicofan 460 EC, Gusadrin 150 WSC, Kelthane 200 EC, Omite 570 EC.<br />
<u>Penyakit</u><br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Cacar teh</li>
</ol>Penyebab: jamurExobasidium vexans. Menyerang daun dan ranting muda. Gejala: bintik-bintik kecil tembus cahaya dengan diameter 0,25 mm, pada stadium lanjut pusat bercak menjadi coklat dan terlepas sehingga daun bolong. Pengendalian: mengurangi pohon pelindung, pemangkasan sejajar permukaan tanah, pemetikan dengan daur pendek (9 hari), penanaman klon tanah cacar PS 1, RB 1, Gmb1, Gmb 2, Gmb 3, Gmb 4, Gmb 5, fungisida.<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Busuk daun</li>
</ol>Penyebab: jamur Cylindrocladum scoparium. Gejala: daun induk berbercak coklat dimulai dari ujung/ketiak daun, daun rontok, setek akan mati. Pengendalian: mencelupkan stek ke dalam fungisida. Jika persemaian terserang semprotkan benomyl 0,2%.<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Mati ujung pada bidang petik</li>
</ol>Penyebab: jamurPestalotia tehae. Sering menyerang klon TRI 2024. Gejala: bekas petikan berbercak coklat dan meluas ke bawah dan mengering, pucuk baru tidak terbentuk. Pengendalian: pemupukan tepat waktu, pemetikan tidak terlalu berat, fungisida yang mengandung tembaga.<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Penyakit akar merah anggur</li>
</ol>Di dataran rendah 900 meter dpl terutama tanah Latosol. Penularan melalui kontak akar. Penyebab: jamur Ganoderma pseudoferreum. Gejala: tanaman menguning, layu, mati. Pengendalian: membongkar dan membakar teh yang sakit, menggali selokan sedalam 60-100 cm di sekeliling tanaman sehat, fumigasi metil bromida atau Vapam.<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Penyakit akar merah bata</li>
</ol>Penyebab: jamur Proria hypolatertia.<br />
Di dataran tinggi 1.000-1.500 meter dpl. Ditularkan melalui kontak akar, Gejala: sama dengan penyakit akar merah anggur. Pengendalian: sama dengan penyakit akar merah anggur.<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Penyakit akar hitam</li>
</ol>Penyebab: jamur Rosellinia arcuata di daerah 1.500 meter dpl dan R. bunodes di daerah 1.000 meter dpl. Gejala: daun layu, menguning, rontok dan tanaman mati, terdapat benang hitam di bagian akar, di permukaan kayu akar terdapat benang putih (R. arcuata) atau hitam (R. bunodes). Pengendalian: sama dengan penyakit akar umumnya.<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Jamur akar coklat jamur kanker belah, jamur leher akar, jamur busuk akar , jamur akar hitam. Menyerang akar, pengendalian: sama dengan penyakit akar umumnya.</li>
</ol><u>Gulma</u><br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Pengendalian gulma di areal TBM: </li>
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Cara mekanis, dengan mencabut gulma, memotong gulma di permukaan dan di bawah tanah.</li>
<li class="MsoNormal">Cara kimia, menggunakan herbisida pra tumbuh Goal 2E (1-2 L/ha), Caragard 70 WP (2-3 kg/ha), Simazine (2-3 kg/ha), Sencor 70 WP (0,5-1,0 kg/ha).</li>
<li class="MsoNormal">Pengendalian gulma di areal TM: </li>
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Melaksanakan kultur teknis dengan tepat, pemetikan rata agar tajuk menutup tanah, penyulaman intensif dan pemulsaan.</li>
<li class="MsoNormal">Cara mekanis.</li>
<li class="MsoNormal">Cara kimia dengan herbisida pra tumbuh seperti Karmex 70 WP (1-1,5 kg/ha), Nitrox 70 WP (1-1,5 kg/ha), Caragard 80 WP (2-3 kg/ha) atau Goal 2E (1-2 L/ha).</li>
</ol></ol></ol>5. Panen<br />
<u>Ciri dan Umur Panen</u><br />
Pada tanaman teh, panen berarti memetik pucuk/daun teh muda yang berkualitas dalam jumlah sebesar-besarnya dengan memperhatikan kestabilan produksi dan kesehatan tanaman. Tanaman memasuki saat dipetik setelah berumur 3 tahun. Daun yang dipetik adalah:<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Peko: Pucuk/tunas yang sedang tumbuh aktif</li>
<li class="MsoNormal">Burung: Pucuk/tunas yang sedang istirahat</li>
<li class="MsoNormal">Kepel: Daun kecil yang terletak di ketiak daun tempat ranting tumbuh.</li>
</ol><u>Cara Panen</u><br />
Terdapat tiga macam petikan teh, yaitu:<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Petikan jendangan, petikan pertama setelah pangkasan untuk membentuk bidang petik agar datar dan rata.</li>
<li class="MsoNormal">Petikan produksi, dilakukan setelah petikan jendangan: </li>
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Semua tunas yang melewati bidang petik dan memenuhi rumus petik harus diambil, tunas yang melewati bidang petik tetapi belum memenuhi rumus petik dibiarkan.</li>
<li class="MsoNormal">Tunas yang terlalu muda harus diambil.</li>
<li class="MsoNormal">Semua pucuk burung diambil.</li>
<li class="MsoNormal">Tunas cabang yang menyamping dan tingginya tidak lebih dari bidang pangkas dibiarkan.</li>
<li class="MsoNormal">Petikan gandesan, dilakukan di kebun yang akan dipangkas dengan cara memetik semua pucuk tanpa melihat rumus petik.</li>
</ol></ol><u>Periode Panen</u><br />
Panjang pendeknya periode pemetikan ditentukan oleh umur dan kecepatan pembentukan tunas, ketinggian tempat, iklim dan kesehatan tanaman. Pucuk teh dipetik dengan periode antar 6-12 hari. Teh hijau Jepang dipanen dengan frekuensi yang lebih lama yaitu 55 hari sekali.<b> </b><br />
<u>Prakiraan Produksi</u><br />
Produksi diharapkan mencapai 200 kg berat kering/ha/tahun.<br />
f. Pascapanen<br />
Waktu memetik teh, jangan menggenggam pucuk terlalu banyak. Pucuk hasil petikan ditempatkan di dalam keranjang 10 kg yang digendong di atas punggung. Waring (keranjang bambu) digunakan untuk menampung hasil petikan dengan ukuran minimal 150 x 160 cm dengan daya muat 20 kg (maksimal 25 kg). Tempatkan waring dalam keadaan terbuka dan tidak ditumpuk di tempat teduh (di los).<br />
IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN<br />
4.1. Analisis Usaha Budidaya<br />
Perkiraan analisis budidaya teh pada lahan datar s/d 15 derajat dengan penanaman baris tunggal lurus selama masa tanam 6 tahun dengan luas lahan 1 hektar di daerah Jawa Barat tahun 1999.<br />
Gambaran Peluang Agribisnis<br />
Teh adalah minuman yang diminati oleh hampir setiap bangsa di dunia. Industri perkebunan teh di Indonesia telah menghasilkan teh yang berkualitas ekspor. Untuk lebih meningkatkan nilai tambah produk pertanian strategis ini, sebaiknya industri teh didiversifikasi ke arah pembuatan produk teh.<br />
Selama ini Indonesia hanya mengekpor teh saja, pengolahan teh untuk mendapatkan citarasa tertentu dan pengemasannya dilakukan di luar negeri. Dengan demikian, konsumen di luar negeri tidak mengetahui bahwa teh yang mereka minum ditanam di Indonsia, Pendirian industri pengemasan teh siap konsumsi merupakan alternatif yang menarik dalam agribisnis teh.<br />
V. STANDAR PRODUKSI<br />
5.1. Ruang Lingkup<br />
Standar produksi ini: meliputi syarat mutu, pengambilan contoh, cara uji, penandaan.dan pengemasan.<br />
5.2. Diskripsi<br />
Teh adalah pucuk dan daun muda kering dari tanaman thea sinensis (L) sims yang telah diolah. Standar mutu teh di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-3836-1995.<br />
5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu<br />
a) Air: maksimum 12%<br />
b) Abu: maksimum 7%<br />
c) Abu dapat larut dalam air: minimum 50% dari kadar abu<br />
d) Ekstrak dalam air: minimum 33%<br />
e) Theina: minimum 5%<br />
f) Logam-logam berbahaya (Pb, Cu, Hg) dan arsen: tidak nyata<br />
g) Bau, rasa, keadaan: normal<br />
Adapun cara uji adalah:<br />
<ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal">Kadar Air<br />
5-10 gram contoh (yang telah digerus dan dihaluskan) ditimbang dalam sebuah botol timbang. Lalu keringkan pada 105 derajat C, didinginkan dan timbang hingga bobotnya tetap<br />
Kadar air=(pengurangan bobot bahan / berat gram contoh) x 100%</li>
<li class="MsoNormal">Abu<br />
5-10 gram contoh (yang telah digerus dan dihaluskan) ditimbang dan dicampurkan dengan air sampai menjadi bubur, tambahkan 1 ml asam sulfat pekat, kemudian panaskan sampai kelebihan asamnya hilang. Sesudah itu dipijar lalu didinginkan dan dibasahi lagi dengan 2-3 tetes asam sulfat pekat dan dipijarkan lagi. Selam dipijar tambahkan beberapa butir amonium karbonat untuk mempermudah pengabuan, dinginkan dan timbang hingga bobotnya tetap.<br />
Kadar abu=(bobot abu / berat gram contoh ) x 100%</li>
<li class="MsoNormal">Abu dapat larut dengan air<br />
Abu yang terdapat dalam kadar abu diatas ditambah dengan air dan dipanaskan diatas pemanas air, kemudian disaring dan dicuci dengan air panas 2-3 kali. Kertas saring (berikut endapannya) dipijarkan dalam cawan petri, lalu didinginkan dan ditimbang hingga bobotnya tetap.<br />
Kadar abu larut dalam air=(pengurangan bobot masal abu / berat gram contoh ) x 100%</li>
<li class="MsoNormal">Kadar kotoran (pasir, tanah, dsb)<br />
5-10 gram contoh (yang telah dihaluskan) diabukan seperti keterangan diatas tersebut, kemudian abu ditambah/dilarutkan dalam HCl encer (25%) dan dipanaskan kedalam penangas air. Setelah selesai disaring dan dicuci dengan air panas hingga tak bereaksi asam lagi, sisa saringan dipijar, dinginkan ditimbang hingga bobotnya tetap.<br />
Kadar abu=( bobot kotoran / berat gram contoh ) x 100%</li>
<li class="MsoNormal">Kadar ekstrak (sari)<br />
Kertas saring bulat dikeringkan pada suhu 105 derajat C. Dinginkan dan timbang. Masukan 5 gram contoh kedalam piala 1 liter tambahkan 750 ml air didihkan selama 15 menit, saring dengan kertas saring lalu dinginkan dan ditimbang. Sisa dalam piala ditambahkan lagi dengan 750 ml air dan didihkan kemudian saring. Pekerjaan serupa diulangi sampai 4 kali. Pada saringan terakhir dikumpulkan, kemudian dikeringkan pada suhu 105°, didinginkan dan ditimbang hingga bobotnya tetap. Pengurangan bobot bahan asal dikurangi kadar air adalah kadar ekstrak (sari).</li>
</ol>5.4. Pengambilan Contoh<br />
Menurut persetujuan pembeli dan penjual, contoh itu mewakili suatu tanding (pertij). Jumlah tiap-tiap contoh sekurang-kurangnya 250 gram<br />
5.5. Pengemasan<br />
Pasar internasional memerlukan dua macam teh yaitu:<br />
a) Teh hijau yang tidak difermentasi.<br />
b) Teh hitam yang difermentasi.<br />
Kedua jenis teh tersebut diekspor dalam bentuk daun (leaf) atau serbuk teh (dust). Teh hijau dikemas dalam kemasan 3 kg baik untuk daun maupun serbuk teh.Agrobisnishttp://www.blogger.com/profile/09028064756407590382noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2532569662980250496.post-45476410073697193092011-05-16T19:10:00.000+07:002011-05-16T19:10:57.291+07:00Budidaya Kemiri<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEJ-x7aY7GV0s9QHQ5oiGQ97RyNZRt9Hn1x-gDf4VuP07_6ldgNAxB639akyWvoAfbPRV2XML-Q4Mq4JTfXP0IQFS7hFWUtbNF3NNQuIkDs7M6FIbC4h2vlyrBVKc68i4vsXP17Vgpbkjn/s1600/kemiri.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEJ-x7aY7GV0s9QHQ5oiGQ97RyNZRt9Hn1x-gDf4VuP07_6ldgNAxB639akyWvoAfbPRV2XML-Q4Mq4JTfXP0IQFS7hFWUtbNF3NNQuIkDs7M6FIbC4h2vlyrBVKc68i4vsXP17Vgpbkjn/s320/kemiri.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><b>DESKRIPSI</b></div><div style="text-align: justify;">Kemiri (Aleurites moluccana Willd) berasal dari kepulauan Maluku, dan menurut Burkill (1935) berasal dari Malaysia. Tanaman ini menyebar dari sebelah timur Asia hingga Fiji di kepulauan Pasifik. Di Indonesia kemiri tersebar luas dihampir seluruh wilayah Nusantara. Luasnya penyebaran kemiri di Nusantara terlihat juga dari beragamnya nama daerahnya. Di Sumatera, kemiri disebut kereh, kemili, kembiri, tanoan, kemiling, atau buwa kare; di Jawa, disebut midi, pidekan, miri, kemiri, atau muncang (Sunda); sedangkan di Sulawesi, disebut wiau, lana, boyau, bontalo dudulaa atau saketa.<br />
Tanaman kemiri berkembang di Indonesia di daerah-daerah seperti Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Jawa Barat, Kalimanatan Selatan, Kalimanatan Timur, Bali, Lombok, Sulawesi, Maluku, Timor, Kalimantan Barat, Bau-Bau dan sekitarnya. Walaupun tanaman kemiri mudah tumbuhnya, namun sampai saat ini pengusahaannya hanya oleh petani belum dikembangkan secara perkebunan. Areal pertanaman kemiri di Indonesia seluruhnya saat ini mencapai 205.532 ha. Produksi pada tahun 2000 mencapai 74.319 ton, dimana 679 ton diantaranya di eskpor dengan nilai US$ 483.000.-.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><b><a name='more'></a>SYARAT TUMBUH</b><br />
Kemiri tumbuh dengan baik pada tanah-tanah kapur, tanah-tanah berpasir di pantai. Tetapi dapat juga tumbuh pada tanah-tanah podsolik yang kurang subur sampai yang subur dan pada tanah-tanah latosol. Tanaman kemiri dapat tumbuh dan berproduksi baik pada ketinggian 0 – 800 meter di atas permukaan laut, walaupun dibeberapa tempat dapat juga tumbuh pada ketingian 1.200 meter dpl. Tanaman kemiri dapat tumbuh pada lahan datar, bergelombang dan bertebing-tebing curam. Ditinjau dari kondisi iklimnya, tanaman kemiri dapat tumbuh di daerah-daerah yang beriklim kering dan basah. Tanaman kemiri dapat tumbuh di daerah dengan jumlah curah hujan 1.500 – 2.400 mm per tahun dan suhu 200 – 270C.<br />
BAHAN TANAMAN<br />
Figure 1<br />
Ketersediaan bibit tanaman merupakan kebutuhan utama yang harus dipenuhi dalam upaya pengembangan komoditi kemiri. Untuk mendapatkan bibit tanaman kemiri dapat ditempuh dengan 3 cara yaitu: (1) generatif; (2) vegetatif; dan (3) sambungan.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>PENYIAPAN LAHAN</b><br />
Lahan yang akan dipakai untuk budidaya tanaman kemiri harus bersih dari gulma dan dari tanaman yang tidak bermanfaat. Sebab gulma tersebut dapat mengganggu pertumbuhan dari tanaman kemiri tersebut.<br />
Jarak tanam untuk tanaman kemiri sesuai dengan tujuannya; bila usaha budidaya kemiri ditujukan untuk mengahsilkan biji, maka jarak tanamnya adalah 10x10 meter, sedangkan bila untuk menghasilkan kayu untuk pulp, jaraktanamnya lebih rapat yaitu 4x4 meter.<br />
Lakukan pengajiran sesuai dengan jarak tanam yang akan dipakai, pengajiran harus lurus muka, belakang dan kesamping kiri kanan. Pada ajir dibuat lobang dengan ukuran 60x60x60 cm. Pada saat menggali lobang, sebagian tanah galian lapisan atas harus dipisahkan. Kemudian tanah galian lapisan bawah dicampur dengan pupuk kandang secara merata dengan perbandingan 1:1. Jika penanam dimusim kemarau, lobang dapat langsung ditimbun dengan campuran media diatas, dan bibit dapat segera ditanam. Bila musim hujan, sebaiknya campuran tanah dan pupuk kandang tersebut dibiarkan sementara waktu di dekat lubang tanam. Tujuannya adalah untuk menurunkan kemasaman tanah. Setalah campuran tanah mengering sudah dapat dimasukan ke dalam lubang dan bibit dapat segera ditanam.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>PENANAMAN</b><br />
Pada lobang tanam yang telah diisi dengan tanah dan pupuk kandang tersebut, tanam bibit kemiri dengan jalan melepas kantong plastiknya. Pada saat melepas kantong plastik usahakan agar perakaran bibit tidak rusak. Penanaman bibit harus diusahakan agar perakarannya teratur dan terbuka.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>PEMUPUKAN</b><br />
Meskipun tanaman kemiri dapat tumbuh pada tanah yang marginal, bukan berarti tidak memerlukan pemupukan. Untuk mendapatkan produksi biji yang lebih banyak, tanaman kemiri perlu dipupuk secara rutin. Jenis pupuk yang diberikan dapat pupuk kandang (organik) atau pupuk kimia (anorganik).<br />
Pemberian pupuk kandang dapat dilakukan sekali setahun, dosis pada tanaman muda cukup 2 kg/pohon. Sedangkan untuk tanaman yang sudah berproduksi dapat diberikan pupuk kandang sebanyak 10-30 kg per pohon.<br />
Jika pupuk yang diberikan jenis pupuk anorganik, maka dosis untuk masing-masing pupuk disesuaikan dengan umur tanaman. Pupuk kimia ini sebaiknya diberikan dua kali dalam setahun, yaitu awal dan akhir musim hujan. Dosis pemupukan adalah sebagai berikut: pada tanaman muda umur 1 tahun diberikan 20 gr Urea, 10 gr SP36, dan 10 gr KCl per pohon, sedangkan pada umur 2-6 tahun dapat 100-250 gr Urea, 80-75 gr SP36, dan 20-100 gr KCl per pohon, pada umur lebih dari 7 tahun diberikan 500 gr Urea, 250 gr KCl per pohon per tahun.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>PEMANGKASAN</b><br />
Pemangkasan pada tanaman kemiri bertujuan untuk antara lain:<br />
• Agar tanaman tidak terlalu tinggi dan percabangannya lebih banyak sehingga mudah melakukan panen. Untuk tanaman yang berasal dari cangkokan, tanaman yang lebih pendek menghindari tumbangnya tanaman.<br />
• Mempermudah perawatan seperti penyemprotan hama dan penyakit, membuang benalu dan sebagainya.<br />
• Dapat mempermuda bagian tanaman yang sudah tua<br />
• Dapat mempercepat tanaman berbunga dan berbuah (mengatur C/N ratio), karena C/N ratio besarnya sedang, dapat merangsang pembungaan.<br />
Pemangkasan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan, untuk pembentukan tunas-tunas baru memerlukan banyak air. Pemangkasan dilakukan terhadap cabang-cabang yang lemah, rusak, mati, sakit, dan yang terlalu berdesakan agar udara dan sinar matahari masuk kedalam kanopi tanaman. Waktu pemberian pupuk dapat bersamaan dengan pemangksan ini.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>POLATANAM</b><br />
Di kebun petani tanaman kemiri biasanya tumbuh bercampur dengan tanaman lain, dalam satu areal jumlahnya tidak menentu satu atau dua batang.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>HAMA</b><br />
Hama yang menyerang daun: tungau (Tetranichiadae), moluska dan penggerek daun. Hama yang menyerang batang adalah hama penggerek batang biasanya dari famili Ceramicyadae. Tanda-tanda serangan adalah terdapat lubang-lubang pada batang kemiri yang dalamnya mencapai 2 cm, mengeluarkan lendir dan bekas gerekan. Hama yang menyerang akar kemiri adalah dari golongan rayap. Tanda-tanda serangan adalah terdapat becak-becak hitam pada pemukaan akar dan pangkal batang. Biasanya yang diserang adalah tanaman kemiri yang masih muda. Hama yang menyerang buah/biji: Larva Dacus sp. dan kumbang penggerek buah.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>PENYAKIT</b><br />
Penyakit hawar daun cendawan, penyakit antraknosa, dan penyakit gugur buah muda.</div>Agrobisnishttp://www.blogger.com/profile/09028064756407590382noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2532569662980250496.post-45706064757870247622011-04-15T00:24:00.000+07:002011-04-15T00:24:26.109+07:00Budidaya Ikan Hias Live Bearer (Beranak)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdmfll7ZMvcP-xvzfoZkOZOIZAj8HBLILhGNC1B7NYoTyu2d2z1RHtRbyAVmx9Kqk1V7fgEGeCr9MtBqT6awVR-6iCkUDpqy-5SRelW5dL1zkOR-QCrbsJnSvB-z4JByY_RhcCOKBQUmNT/s1600/ikan+hias+live+bearer.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdmfll7ZMvcP-xvzfoZkOZOIZAj8HBLILhGNC1B7NYoTyu2d2z1RHtRbyAVmx9Kqk1V7fgEGeCr9MtBqT6awVR-6iCkUDpqy-5SRelW5dL1zkOR-QCrbsJnSvB-z4JByY_RhcCOKBQUmNT/s1600/ikan+hias+live+bearer.jpg" /></a></div><div style="font-family: verdana; text-align: justify;"><span style="font-size: 100%;">Ikan hias cukup dikenal oleh masyarakat sebagai hiasan aquarium. Perkembangan ikan hias di Indonesia mengalami kemajuan yang terus meningkat, terutama ikan hias air tawar asli Indonesia. Dari sekian banyak jenis</span><span style="font-size: 100%;"></span><span style="font-size: 100%;"> ikan hias, tidak semuanya telah dapat dibudidayakan. Dalam menternakkan ikan hias harus diperhatikan bahwa masing-masing jenis mempunyai sifat dan kebiasaan hidup yang berbeda-beda, misalnya dalam cara pemijahan, bertelur ataupun menyusun sarangnya.</span></div><div> </div><div style="font-family: verdana; text-align: justify;"><span style="font-size: 100%;">Cara perkembangbiakkan ikan hias ada beberapa macam:<br />
1) Ikan-ikan hias yang beranak.<br />
2) Ikan-ikan hias yang bertelur berserakan.<br />
3) Ikan-ikan hias yang meletakkan telurnya pada suatu subtrat.<br />
4) Ikan-ikan hias yang menetaskan telurnya dalam sarang busa.<br />
5) Ikan-ikan yang mengeramkan telurnya di dalam mulut.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="font-family: verdana; text-align: justify;"><span style="font-size: 100%;"><br />
<a name='more'></a>Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai cara-cara pemeliharaan ikan hias<br />
yang beranak (live bearer), misalnya:<br />
1) Ikan Guppy (Poecilia reticulata Guppy)<br />
2) Ikan Molly (Poelicia latipinna Sailfin molly)<br />
3) Ikan Platy (Xiphophorus maculatus Platy)<br />
4) Ikan Sword tail (Xiphophorus helleri Sword tail)</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="font-family: verdana; text-align: justify;"><span style="font-size: 100%;"><br />
2. CIRI-CIRI INDUK JANTAN DAN BETINA<br />
1) Induk Jantan<br />
a. Mempunyai gonopodium (berupa tonjolan dibelakang sirip perut) yang<br />
merupakan modifikasi sirip anal yang berupa menjadi sirip yang panjang.<br />
b. Tubuhnya rampaing.<br />
c. Warnanya lebih cerah.<br />
d. Sirip punggung lebih panjang.<br />
e. Kepalanya besar.<br />
2) Induk Betina<br />
a. Dibelakang sirip perut tidak ada gonopodium, tetapi berupa sirip halus.<br />
b. Tubuhnya gemuk<br />
c. Warnanya kurang cerah.<br />
d. Sirip punggung biasa.<br />
e. Kepalanya agak runcing.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="font-family: verdana; text-align: justify;"><span style="font-size: 100%;"> </span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 100%;"><span style="font-family: verdana;">HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PEMELIHARAAN</span></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">1) Air yang diperlukan adalah ari yang cukup mengandung Oksigen (O2) dan jernih.</span><br />
<span style="font-family: verdana;">2) Suhu air berkisar antara 15 ~ 270C.</span><br />
<span style="font-family: verdana;">3) pH yang disukai agak sedikit alkalis, yaitu berkisar 7 ~ 8.</span><br />
<span style="font-family: verdana;">4) Makanan yang diberikan dapat berupa makanan alami (cuk, cacing, kutu air) dan makanan buatan, diberikan secukupnya.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">4. TEKNIK PEMIJAHAN</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">1) Pemilihan indu. Pilihlah induk yang berukuran relatif besar, bentuk tubuh yang mengembung serta mempunyai warna yang indah.</span><br />
<span style="font-family: verdana;">2) Induk-induk yang telah dipilih dimasukkan dalam satu bak untuk beberapa pasang induk. Namun apabila menghendaki keturunan tertentu dapat pula dilakukan dengan cara memisahkan dalam bak tersendiri sepasangsepasang.</span><br />
<span style="font-family: verdana;">3) Bak-bak pemijahan harus dikontrol setiap hari. Setelah lahir, anak-anak ikan harus cepat-cepat diambil dan dipisahkan dari induknya agar tidak dimakan oleh induknya.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">5. PERAWATAN BENIH</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">1) Anak-anak ikan yang baru lahir belum membutuhkan makanan, karena masih mengandung kuning telur (yolk egg). Setelah 4 ~ 5 hari anak ikan baru dapat diberi makanan berupa kutu air yang sudah disaring, atau kuning telur yang telah direbus dan dihancurkan.</span><br />
<span style="font-family: verdana;">2) Setelah mencapai ukuran medium (2 ~ 3 cm) dapat diberikan makanan cacing, kemudian setelah mencapai ukuran dewasa (5 ~ 7 cm) dapat diberi makanan cuk.</span><br />
<span style="font-family: verdana;">3) Disamping makanan alami dapat pula diberi makanan tambahan berupa cacing kering, agar-agar dll.</span><br />
<span style="font-family: verdana;">4) Pemberian makanan sebaiknya 2 kali sehari, hendaknya jangan berlebihan, karena dapat menyebabkan pembusukan yang dapat meerusak kualitas air.</span><br />
<span style="font-family: verdana;">5) Pergantian air. Air dalam bak atau aquarium jangan sampai kotor/keruh, karena dapat menyebabkan kematian anak ikan. Kotoran dapat dibersihkan setiap 2 ~ 3 hari sekali dengan cara disiphon, air yang terbuang pada waktu penyiphonan sebanyak 10 ~20% dapat diganti dengan air yang baru.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">6. PENUTUP</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Budidaya ikan live bearer ini sangat mudah dan mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi. Untuk satu pasang ikan dapat menghasilkan 50 sampai 100 ekar ikan untuk satu kali pemijahan, dengan harga perekor Rp. 25,- sampai Rp. 75,-. Jenis ikan ini juga merupakan ikan hias yang dapat di eksport misalnya: ikan Guppy. Dengan teknik pemeliharaan yang tepat dan ketekunan yang tinggi akan didapat hasil dengan warna yang sangat indah.</span></div>Agrobisnishttp://www.blogger.com/profile/09028064756407590382noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2532569662980250496.post-38394576865089880562011-04-15T00:12:00.000+07:002011-04-15T00:12:12.238+07:00Budidaya Lengkeng Pingpong<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkI4qN0xUATs_MKXrBuYZ8fR9fX4JxuAJXNNR4gKK_3AlJem7qmA1YSGw3_EjLOa_mM1S3fBe63fUyWkpNh-Pj0n9YH_JO78ynznIUwqVoVsNmEkvd5l_79LUYZPMcu0dT8RBu2T08CQtz/s1600/lengkeng.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkI4qN0xUATs_MKXrBuYZ8fR9fX4JxuAJXNNR4gKK_3AlJem7qmA1YSGw3_EjLOa_mM1S3fBe63fUyWkpNh-Pj0n9YH_JO78ynznIUwqVoVsNmEkvd5l_79LUYZPMcu0dT8RBu2T08CQtz/s1600/lengkeng.jpg" /></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Syarat Tumbuh</b><br />
Lengkeng lebih cocok ditanam di dataran rendah antara 200-600 m dpl yang bertipe iklim basah dengan musim kering tidak lebih dari empat bulan. Air tanah antara 50-200 cm. Curah hujan 1.500-3.000 mm per tahun dengan 9-12 bulan basah dan 2-4 bulan kering. Sementara tanaman led lebih senang pada dataran tinggi antara 900-l.000 m dpl.</div><div> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Pedoman Budidaya</b><br />
Perbanyakan tanaman dilakukan dengan cangkok dan okulasi. Perbanyakan dengan biji tidak dianjurkan karena umur berbuahnya cukup lama (lebih dari tujuh tahun). Selain itu, bibit dari biji sering tumbuh menjadi lengkeng jantan yang tidak mampu berbuah. Bibit okulasi/cangkokan mulai berbuah pada umur empat tahun. Budi daya tanaman Lengkeng ditanam pada jarak tanam 8 m x 10 m atau 10 m x 10 m dalam lubang tanam berukuran 60 cm x 60 cm x 50 cm. Setiap lubang diberi pupuk kandang yang telah matang sebanyak 20 kg. Pupuk buatan yang diberikan sebanyak l00-300 g urea, 300-800 g TSP (400- 1000 kg SP-36), dan l00-300 g KCl untuk setiap tanaman. Pupuk diberikan tiga kali dalam selang tiga bulan. Setelah panen buah, pemberian pupuk cukup sekali sebanyak 300 g urea, 800 g TSP, dan 300 g KCl per pohon.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><a name='more'></a>Pemeliharaan<br />
Pemeliharaan penting adalah pemangkasan cabang yang tidak produktif dan ranting-ranting yang menutup kanopi. Dengan demikian, sinar matahari dapat masuk merata ke seluruh bagian cabang. Tumbuhan parasit (benalu) harus cepat dibuang. Tanaman lengkeng termasuk mudah tumbuh, tetapi sukar berbunga. Oleh karena itu, diperlukan stimulasi pembungaan dengan jalan mengikat kencang batang yang berada satu meter di atas permukaan tanah. Batang dililit melingkar sebanyak 2-3 kali dengan kawat baja. Tanaman mulai berbunga pada umur 4-6 tahun. Biasanya,tanaman ini berbunga pada bulan Juli-oktober. Buah matang <st1:city st="on"><st1:place st="on">lima</st1:place></st1:city> bulan setelah bunga mekar.<br />
<div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><st1:city st="on"><st1:place st="on"><b>Hama</b></st1:place></st1:city><b> dan Penyakit</b><br />
Hama yang biasa menyerang tanaman lengkeng adalah serangga pengisap buah (Tessaratoma javanica). Kelelawar merupakan binatang <st1:city st="on"><st1:place st="on">hama</st1:place></st1:city> yang sering merusak buah yang matang. Penyakit yang sering menyerang saat musim hujan adalah mildu seperti yang menyerang tanaman rambutan. Untuk mencegah serangan kelelawar, pentil buah dibrongsong dengan brongsong yang dibuat khusus.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Panen dan Pasca Panen</b><br />
Musim panen lengkeng di bulan Januari-Februari dengan produksi 300–600 kg per pohon. Lengkeng termasuk buah non-klimakterik sehingga harus dipanen matang di pohon karena tidak dapat diperam. Pemanenan dilakukan dengan alat yang dapat memotong tangkai rangkaian buah. Alat panen berupa gunting bertangkai panjang yang tangkainya dapat diatur dari bawah. Tanda-tanda buah matang adalah warna kulit buah menjadi kecokelatan gelap, licin, dan mengeluarkan aroma. Rasanya manis harum, sedangkan buah yang belum matang rasanya belum manis.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>Agrobisnishttp://www.blogger.com/profile/09028064756407590382noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2532569662980250496.post-33014994333465494972011-04-15T00:04:00.000+07:002011-04-15T00:04:27.191+07:00Penyakit Penting Tanaman Jeruk<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNID-G5xHlKA5PLwBqBpPPixedvLhWYM2ACFvZhizrTd0z6RIU-6Pl867A7zYsjucty1e2pcW6OxCn1Up5G10G58t645yk7JpeUJwmOiRSOSWJLFxZGuhdotUNEsfsNjg-8tGbT-Far_py/s1600/penyakit+jeruk.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNID-G5xHlKA5PLwBqBpPPixedvLhWYM2ACFvZhizrTd0z6RIU-6Pl867A7zYsjucty1e2pcW6OxCn1Up5G10G58t645yk7JpeUJwmOiRSOSWJLFxZGuhdotUNEsfsNjg-8tGbT-Far_py/s1600/penyakit+jeruk.jpg" /></a></div>1. Penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD)<br />
<br />
Penyebab :<br />
Bakteri Liberobacter asiaticum.<br />
<br />
Nama Internasional :<br />
Huang Lung Bin<br />
<br />
Daerah penyebaran :<br />
Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.<br />
<br />
<br />
<br />
Gejala Penyakit :<br />
• Gejala luar<br />
O Gejala khas CVPD adalah belang - belang kuning (blotching), mulai berkembang pada bagian ujung tanaman (pertumbuhan baru) pada daun yang ketuaannya sempurna, bukan pada daun muda atau tunas. Gejala ini sulit dibedakan dengan gejala kekurangan hara Zn. Tulang - tulang daun dan urat-urat daun tampak lebih menonjol dengan warna hijau gelap (kontras dengan warna lamina daun). Pengamatan gejala sebaiknya dilakukan pada permukaan atas dan bawah daun. Gejala belang - belang pada bagian atas sama dengan bagian bawah. Pada gejala lanjut daun menjadi lebih kaku dan lebih kecil, tulang daun menjadi berwarna kuning. Gejala ini sangat jelas pada jeruk manis, tetapi kurang jelas pada daun jeruk Mandarin.<br />
<a name='more'></a><span class="fullpost"><div align="justify">O Infeksi pada tanaman muda ditandai dengan kuncup yang berkembang lambat, pertumbuhannya menjulang ke atas, daun menebal, ukuran menjadi lebih kecil dengan gejala khas blotching, mottle, belang - belang kuning tidak teratur.<br />
O Pada tanaman dewasa, gejala sering bervariasi. <br />
a. Gejala greening sektoral diawali dengan munculnya gejala blotching pada cabang - cabang tertentu, diiringi dengan pertumbuhan tunas air lebih banyak dari tanaman normal di luar musim pertunasan. Daun - daun pada cabang sakit mencuat ke atas seperti sikat.<br />
b. Pada gejala berat, daun bisa menguning seluruhnya (seperti defisiensi unsur N) dan terjadi pengerasan tulang daun primer dan sekunder yang dikenal dengan Vein Crocking, daun juga menjadi lebih kaku dan menebal. Gejala ini merupakan indikator adanya kerusakan lebih berat pada pembuluh angkut / pholem.<br />
c. Pada tanaman yang sudah berproduksi, menyebabkan ukuran buah menjadi lebih kecil - kecil hingga sebesar kelereng “nilek” dan bentuk tidak simetris (Lop sided). Kadang-kadang ditemukan buah “red nose” (warna orange pada pangkal buah, terutama di tempat - tempat yang terlindung dari sinar matahari. Buah jeruk yang terserang bijinya abortus, kehitaman dan rasanya asam.<br />
• Gejala dalam<br />
O Irisan tipis ibu tulang daun yang bergejala khas CVPD, terlihat jaringan floemnya tampak lebih tebal, karena adanya pengempisan pembuluh tapis dalam floem berupa jalur - jalur putih. Bila diberi pewarna KI akan terlihat adanya akumulasi pati yang berlebihan dalam sel - sel tersebut<br />
O Dalam menetapkan bahwa tanaman jeruk terserang CVPD harus hati - hati. Di lapangan, baik petugas maupun petani masih mengalami kerancuan, karena gejala serangan penyakit ini mirip dengan gejala kekurangan unsur makro / mikro (Zn,Fe, Mn, Mg, dan lain - lain).<br />
O Untuk mengetahui lebih lanjut, apakah tanaman jeruk terserang penyakit CVPD dapat diketahui dengan menggunakan : 1) Mikroskop Elektron, 2) Polymerase Chain Reaction - PCR (Spesifik primer), 3) Uji Serologi (metoda I – ELISA dan DIBA), 4) Hibridisasi DNA, 5) Uji penularan dengan penyambungan (okulasi mata tempel) dan serangga vektor, serta 5) Uji dengan tanaman indikator Madame vinous dan Vinca rosea.<br />
<br />
Morfologi dan daur penyakit :<br />
Belum ada laporan mengenai bentuk morfologi patogen. Patogen ini dapat ditularkan melalui bibit tanaman sakit dan vektor Diaphorina citri yang viruliverous(mengandung patogen penyebab penyakit yang dapat ditularkan). Penularan melalui alat - alat pertanian yang digunakan dalam pengolahan tanah maupun pemangkasan masih perlu dibuktikan. Vektor D. citri baru dapat menularkan CVPD ke tanaman sehat 168 – 380 jam setelah menghisap tanaman sakit. Gejala penyakit tampak pada tanaman kurang lebih 4,5 bulan setelah penularan penyakit.<br />
<br />
Faktor - faktor yang mempengaruhi penyakit :<br />
Tingkat populasi serangga penular, kecepatan angin, tingkat ketahanan varietas berpengaruh terhadap kecepatan penularan penyakit ini.<br />
<br />
Tanaman inang lain :<br />
Anggota Rutaceae seperti Poncirus tripoliata Raf., Kemuning (Murraya paniculata L.), Swinglea glutinosa Merr., Clausena indica, Atalantia missionis dan Triphasia aurantiola, tapak dara / Periwinkel (Vinca rosea L.), Maja (Aegle marmeles), dan Kawista (Limnocitrus lettoralis).<br />
<br />
Pengendalian : Penerapan PTKJS<br />
Peraturan: Melarang membawa / memasukkan benih jeruk dari daerah serangan ke daerah lain yang masih bebas penyakit CVPD (belum terserang).<br />
<br />
2. Penyakit Tristeza (Quick Decline)<br />
Penyebab : Virus Tristeza jeruk (Citrus Tristeza Virus =CTV) dengan serangga penular Toxoptera citricida Krik. (Aphis citricidus Kirk., Aphis tavaresi Del Garcio, Aphis citricola Van der Goot), T. auranti Fonsc., Aphis spiraecola Patch., Aphis gossypii Glou, Myzus persicae Sulz. Dan Ferrisia virgata Ckll.<br />
<br />
Penyebaran : Di Indonesia terdapat di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Di Luar Negeri dilaporkan terdapat di Malaysia, Thailand, Philipina, Taiwan, Fiji, India, Australia, Selandia Baru. Hawaii, Israel, AfrikaSelatan dan Barat, serta Amerika Utara dan Selatan.<br />
<br />
Gejala :<br />
Gejala infeksi pada tanaman adalah kerusakan pada jaringan pembuluh tapis (floem), lekukan atau celah - celah pada jaringan kayu pada batang, cabang atau ranting dan gejala daun menguning. Pada varietas yang tahan seperti jeruk keprok gejalanya bisa tak tampak tetapi tetap merupakan sumber infeksi bagi varietas yang peka.<br />
<br />
Gejala khas penyakit virus ini adalah daun - daun tanaman yang berubah menjadi berwarna perunggu atau kuning dan gugur sedikit demi sedikit. Biasanya terjadi pemucatan tulang daun (vein clearing) berupa garis - garis putus atau memanjang pada tulang daun yang tembus cahaya 2 minggu sampai 2 bulan setelah tertular. Pertumbuhan tanaman menjadi terhambat / merana, kerdil, daun kaku dan berukuran lebih kecil dengan tepinya melengkung keatas. Bunga yang dihasilkan berlebihan, tetapi tdak dapat berkembang menjadi buah yang masak.<br />
<br />
Morfologi dan daur penyakit :<br />
Virus mempunyai zarah - zarah berbentuk batang yang lentur atau benang dengan ukuran 10 - 12 x 2.000 mm. Virus dapat menular secara mekanis melalui tanaman tali putri dan alat pada waktu melakukan perbanyakan dan pemangkasan. Penularan secara alami di lapang dapat terjadi dengan perantara kutu daun sebagai vektor yaitu : Toxoptera citricida Kirk., T. Aurantii Fonsc., Aphis citricidus Kirk., A. tavaresi Del Garcio, A. citricola Van der Goot, A. gossypii, A. spiraecola Patch., Ferrisia virgata Ckll. dan Myzus persicae Sulz.<br />
Kutu daun ini sudah dapat menularkan virus jika mengisap tanaman sakit selama 5 detik dengan masa inkubasi 5 detik dan hanya dapat menularkan secara efektif bila 27 ekor kutu daun secara bersama - sama menularkan pada tanaman sehat. Efektivitasnya hanya terjadi dalam waktu singkat.<br />
<br />
Faktor yang mempengaruhi penyakit :<br />
Perkembangan penyakit ini dipengaruhi oleh varietas, suhu dan populasi serangga penular. Suhu antara 28 - 36 °C selama 10 hari dapat menekan gejala pada daun.<br />
<br />
Tanaman inang lain : Belum diketahui<br />
<br />
Pengendalian :<br />
a. Kultur teknis<br />
- Penggunaan bibit sehat<br />
- Penggunaan mata tempel yang bebas penyakit dan batang bawah tahan terhadap virus Tristeza<br />
- Eradikasi terhadap tanaman sakit dan tanaman inang serangga penular, kemudian dibakar.<br />
<br />
b. Kimiawi<br />
Pengendalian serangga penular dengan insektisida efektif.<br />
<br />
3. Busuk Pangkal Batang (Brown rot Gummosis)<br />
Penyebab :<br />
Cendawan Phytophthora spp., diantaranya yang penting adalah a) P. nicotianae B. de Haan var parasitica (Dast). Waterh (dulu : P. parasitica Dast), b) P. citrophthora (R.E. Sm. & E.H. Sm.) Leonian, (dulu : Pythiacytic citrophthora R.E. Sm. Et E.H. Sm), dan c) P. palmivora (Butl). Di Indonesia spesies yang utama adalah P. nicotianae var. parasitica.<br />
<br />
Penyebaran :<br />
Penyakit terdapat di Jawa, Sumatera, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Bali.<br />
<br />
Gejala :<br />
Penyakit ini umumnya menyerang pada bagian pangkal batang dekat permukaan tanah atau pada bagian sambungan antara batang atas dan bawah bibit jeruk okulasi. Gejala awal tampak berupa bercak basah yang berwarna gelap / hitam kebasah-basahan pada permukaan kulit pangkal batang. Jaringan kulit kayu yang terserang mengalami perubahan warna bahkan permukaan kulit, kambium, kayu, terutama pada serangan lanjut. Kulit batang yang terserang, permukaannya cekung dan mengeluarkan belendok, dan pada tanaman terserang sering terbentuk kalus. Kematian tanaman akibat serangan penyakit ini terjadi apabila bercak pada kulit melingkari batang.<br />
Perkembangan bercak ke bagian atas, umumnya terbatas hingga 60 cm di atas permukaan tanah, sedangkan perkembangan ke bagian bawah dapat meluas ke bagian akar tanaman.<br />
<br />
Morfologi dan daur penyakit :<br />
Cendawan P. nicotianae var parasiticia sporangiumnya berbentuk jorong sampai agak bulat, berbentuk buah pir, dengan sporangiofor lebih halus dari pada hifa. Spora mempunyai dua bulu cambuk (flagela), dan patogen dapat membentuk klamidospora bulat, berdinding agak tebal.<br />
P. citrophthora sporangiumnya berbentuk jorong atau berbentuk sitrun, dan terbentuk pada bagian tengah atau ujung sporangiofor. Sporangiofor bercabang tidak teratur. Spora mempunyai 2 bulu cambuk. Patogen juga dapat membentuk klamidospora.<br />
P. palmivora mempunyai sporangium jorong, dan dapat membentuk klamidospora. Cendawan P. palmivora dapat bertahan dalam tanah dan membentuk spora kembara. Cendawan ini disebarkan terutama oleh hujan dan air pengairan yang mengalir di atas permukaan tanah.<br />
Penyakit busuk pangkal batang lebih banyak menyerang kebun dengan ketinggian lebih dari 400 m dpl, pada tanah - tanah yang basah, seperti tanah lempung berat yang dapat menahan air lebih lama.<br />
Patogen masuk lewat luka pada pangkal batang (penyebaran oleh oospora melalui luka alamiah, luka karena alat pertanian, atau luka oleh serangga). Infeksi terjadi terutama pada musim hujan dan dibantu oleh pH tanah agak asam (6,0 - 6,5). Infeksi patogen juga dibantu oleh kabut dan fluktuasi suhu yang kecil yang akan memperlambat penguapan.<br />
<br />
Faktor - faktor yang mempengaruhi penyakit :<br />
Penyakit ini lebih banyak menyerang pada ketinggian kebun lebih dari 400 m di atas permukaan laut dan mempunyai temperatur tanah cukup tinggi. Tingkat ketahanan varietas sangat berpengaruh terhadap tingkat serangan patogen ini. Jenis yang peka adalah jeruk manis, jeruk nipis, sitrun Italia, Japanese citroen (JC) dan Rough Lemon (RL) sangat rentan terhadap penyakit ini, sedangkan yang toleran adalah trifoliate orange, jeruk masam, Swingle Ctromelo, Citrange (Corrizo dan Troyer), Sukade, jeruk Keprok, jeruk Manis, Grape Fruit, jeruk besar, jeruk nipis, dan Lemon<br />
Tanah basah, adanya kabut, dan fluktuasi suhu yang kecil, pH tanah yang agak masam yaitu 6,0 - 6,5 merupakan kondisi yang cocok untuk perkembangan patogen.<br />
<br />
Tanaman inang lain :<br />
Kacang tanah, cabai, tapak dara, kenaf, ubi kayu, jarak, terung, sirsak, srikaya, aren, pepaya, kelapa, terung belanda, durian, karet, pala, sirih, lada, kakao, anggrek Vanda dan kemiri minyak.<br />
<br />
Pengendalian :<br />
a. Kultur teknis<br />
- Menanam jeruk di atas gundukan - gundukan setingi 20 - 25 cm, tetapi tanaman jangan dibumbun agar batang atas tidak berhubungan dengan tanah.<br />
- Menggunakan benih dengan mata tempel setinggi 35 - 50 cm dari permukaan tanah, untuk mengurangi kemungkinan batang atas yang rentan terinfeksi cendawan dari tanah.<br />
- Menghindari air pengairan mengenai / terkena langsung pangkal batang dengan membuat selokan melingkari batang.<br />
- Mengurangi kelembaban kebun dengan mengatur drainase, jarak tanam, pemangkasan, dan sanitasi lingkungan / kebun.<br />
- Menghindarkan terjadinya pelukaan terhadap baik akar maupun pangkal batang pada waktu pemeliharaan / penyiangan.<br />
- Pemupukan<br />
- Pengamatan pangkal batang jeruk secara teliti dan teratur, terutama pada musim hujan, agar gejala penyakit dapat diketahui secara dini.<br />
- pH tanah diupayakan lebih dari 6,5, dengan pemberian dolomit (kapur pertanian),<br />
<br />
b. Mekanis / fisis<br />
- Membongkar tanaman (termasuk akarnya) yang terserang berat, kemudian membakarnya.<br />
- Memotong / membuang bagian tanaman yang sakit, termasuk 1 - 3 cm bagian kulit sekitarnya yang sehat, kemudian diolesi fungisida. Untuk mempercepat pemulihan (regenerasi), sebaiknya bagian atas dan bekas luka potongan membentuk titik.<br />
- Menggunakan multiple foot stock (kaki ganda) dengan teknik aaneting / penyusuan (sambung samping) dengan batang bawah sehat 1 atau beberapa, tergantung besar tanaman yang akan ditolong untuk membantu fungsi akar dan pohon yang rusak.<br />
<br />
c. Biologi<br />
Mengunakan agens antagonis cendawan Trichoderma spp., Gliocladium spp. yang dicampur dengan pupuk kandang / kompos.<br />
<br />
d. Genetika / Varietas Tahan<br />
- Menggunkan batang bawah yang tahan terhadap Phytophthora, seperti “trifoliate orange” atau jeruk masam.<br />
- Varietas tahan terhadap Phytophthora dan salinitas, yaitu Taiwanica dan Citromello 4475.<br />
<br />
e. Kimia<br />
- Melumasi pangkal batang dan akar - akar yang tampak dari luar dengan ter (Carbolineum plantarum 50 %) sampai setinggi 50 cm. Perlakuan tersebut dimulai tahun ketiga setelah penanaman dan setiap awal musim hujan (untuk Jawa September atau setiap 6 bulan. Agar batang yang berwarna hitam tidak banyak menyerap panas sehingga kulitnya rusak (untuk mencegah infeksi setelah diberi ter), maka bagian yang diberi ter ditutup dengan larutan kapur yang ditambah dengan garam dapur (25 kg kapur mati, 2 kg garam dapur, dan 25 - 35 liter air.<br />
- Mengoles luka (bekas tanaman yang terinfeksi yang dibuang) dengan bubur California, bubur Bordo (Lampiran 3), Carbolineum-parafin (8 : 92), Mankozeb, atau tembaga oksiklorida. Kemudian luka ditutup dengan obat penutup luka, seperti ter, setelah kulit mengalami regenerasi.<br />
- Membersihkan alat - alat pertanian yang akan digunakan, misal dengan pemutih (klorok).<br />
<br />
4. Penyakit Kulit Diplodia (Bark rot / Diplodia Cummosis)<br />
<br />
Penyebab :<br />
Cendawan Botryodiplodia theobromae Pat. (Oomycetes); yang dulu dikenal dengan nama Diplodia zae Lev.; Diplodia natalensis P.Evans.<br />
<br />
Penyebaran :<br />
Di Indonesia penyakit ini terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Di luar negeri penyakit terdapat di Amerika Serikat, Kuba, India, Malaysia, dan Thailand.<br />
<br />
Gejala :<br />
Pada jeruk dikenal dua macam Diplodia yaitu Diplodia “basah” dan Diplodia “kering”. Penyakit ini dapat menyerang akar, batang dan ranting dan dapat mengakibatkan busuk akar, busuk leher dan mati ranting.<br />
Serangan Diplodia basah mudah dikenal karena tanaman yang terserang mengeluarkan “blendok” yang berwarna kuning emas dari batang atau cabang - cabang tanaman. Kulit tanaman yang terserang setelah beberapa lama dapat sembuh kembali, kulit yang terserang mengering dan mengelupas. Sering terjadi penyakit berkembang terus, sehingga pada kulit terjadi luka - luka yang tidak teratur, kadang-kadang terbatas pada jalur yang sempit, memanjang dan dapat juga berkembang melingkari batang atau cabang yang dapat menyebabkan kematian cabang atau tanaman. Cendawan berkembang di antara kulit dan kayu, dan merusak lapisan kambium tanaman. Kayu yang telah mati berwarna hijau sampai hitam.<br />
Serangan Diplodia kering umumnya lebih berbahaya karena gejala permulaan sukar diketahui. Kulit batang atau cabang tanaman yang terserang mengering, terdapat celah - celah kecil pada permukaan kulit, dan pada bagian kulit dan batang yang ada di bawahnya berwarna hitam kehijauan. Pada bagian celah - celah kulit terlihat adanya massa spora cendawan berwarna putih atau hitam. Perluasan kulit yang mengering sangat cepat dan bila sampai menggelang tanaman, menyebabkan daun-daun tanaman menguning dan kematian cabang atau pohon.<br />
<br />
Morfologi dan daur penyakit :<br />
Cendawan dapat membentuk piknidium yang tersebar, berwarna hitam, mula - mula tertutup dan kemudian pecah. Konidium berbentuk jorong, mempunyai 1 sekat, berwarna gelap, dan terutama disebarkan oleh air dan serangga.<br />
Penyakit diplodia banyak terdapat di dataran rendah dan tempat - tempat dengan kelembaban tinggi Infeksi dan perkembangan penyakit terjadi pada awal musim hujan (antara bulan Oktober – Nopember). Patogen masuk lewat luka: alamiah, alat - alat pertanian, retak karena beban buah terlalu berat.<br />
<br />
Faktor - faktor yang mempengaruhi penyakit<br />
Perkembangan dan tingkat serangan penyakit dipengaruhi oleh jenis dan umur tanaman. Jenis jeruk besar seperti jeruk Delima, Pandawangi, dan Bali peka terhadap Diplodia basah dan diplodia kering Bertambahnya umur tanaman pada jenis jeruk tertentu akan meningkat pula ketahannya tetapi pada jenis lain bisa menurun ketahanannya. Jeruk Pandanwangi peka pada umur 4 tahun, tetapi semakin tahan dengan bertambahnya umur tanaman, sedangkan jeruk Delima agak peka pada usia muda, tetapi makin peka dengan bertambahnya umur tanaman.<br />
Kekeringan yang terjadi secara tiba-tiba, pembuahan yang terlalu lebat, dan adanya pelukaan pada tanaman merupakan kondisi yang baik untuk perkembangan patogen.<br />
<br />
Tanaman inang lain :<br />
Cendawan ini bersifat polifag yang dapat menyerang beberapa macam jenis tanaman.<br />
<br />
Pengendalian :<br />
a. Kultur teknis<br />
- Sanitasi tanaman. Potong pohon / cabang / ranting yang terserang berat, buang kulit yang terinfeksi sedang dan bersihkan kulit yang terinfeksi ringan serta lingkungan dari gulma.<br />
- Mengurangi kelembaban kebun dengan mengatur jarak tanam dan melakukan pemangkasan.<br />
- Penjarangan buah, agar keadaan tanaman tidak terlalu berat, sehingga cabang / ranting tidak luka / retak.<br />
- Menghindari pelukaan terhadap akar maupun batang pada waktu penyiangan.<br />
- Perlakuan pembersihan dengan menggosok batang tanaman, agar batang semakin halus.<br />
- Pemupukan berimbang, terutama setelah panen.<br />
- Drainase. Menjaga agar pengairan tetap baik.<br />
<br />
b. Mekanis / fisis<br />
- Memotong / membuang bagian bagian kulit batang tanaman yang sakit, termasuk 1 - 2 cm bagian kulit sekitarnya yang sehat, kemudian diolesi dengan bahan penutup luka (karbolineum parafin, fungisida atau ter.<br />
- Mengumpulkan sisa - sisa tanamn dan memotong cabang - cabang yang terserang penyakit berat, kemudia dibakar.<br />
- Membongkar tanaman yang terserang berat dan dibakar.<br />
<br />
c. Biologi<br />
Mengunakan agens antagonis Trichoderma spp., Gliocladium spp., Pseudomonas fluorescens dan dilanjutkan dengan Bacillus subtilis yang telah dicampur dengan pupuk kandang/kompos, setelah kulit dikupas.<br />
<br />
d. Genetika / Varietas Tahan<br />
Varietas tahan belum ada. Varietas yang agak tahan (agak toleran) adalah Pandanwangi (cikoneng), jeruk manis, dan jeruk grape fruit.<br />
<br />
e. Kimia<br />
- Mengoleskan bubur California atau fungisida yang efektif berbahan aktif metil tiofanat dan siprokonazol pada bagian kulit batang / ranting tanaman yang sakit setelah dibersihkan lebih dulu, dan untuk pencegahan di daerah kronis endemis.<br />
- Membersihkan alat-alat pertanian yang akan digunakan, misal dengan pemutih (klorok).<br />
<br />
5. Penyakit Antraknosa<br />
<br />
Penyebab :<br />
Cendawan Colletotrichum gloeosporioides Penz., dengan bentuk sempurnanya adalah Glomerella cingulata. Cendawan penyebab lainnya adalah Gloeosporium limetticolum Clausen.<br />
<br />
Penyebaran :<br />
Penyakit ini dikenal di semua negara penanam jeruk. Di Indonesia penyaki ini tersebar di Jawa, Bali, Kalimantan Barat, dan NTB.<br />
<br />
Gejala :<br />
Ujung tunas menjadi coklat, bagian nekrotik hitam berkembang ke pangkal dan menyebabkan mati ujung. Pada cuaca lembab, timbul bintik - bintik hitam (terdiri dari aservulus) pada ranting. Pada tanaman besar patogen ini dapat mengakibatkan ranting mati dan bercak pada buah. Gejala mati ujung ranting dimulai dari daun-daun pada cabang atau ranting berwarna kuning, kemudian mati dan gugur. Kadang kala pada batas antara bagian jaringan sakit dan sehat keluar blendok.<br />
Gejala antraknosa pada buah adalah adanya bercak / bintik - bintik coklat kemerahan atau coklat hitam, berbentuk bulat pada permukaan kulit buah, lama - lama menjadi cekung, mengeras dan kering.<br />
<br />
Morfologi dan daur penyakit :<br />
Aservulus dangkal, seta bersekat 1 - 2. Konidium hialin, berbentuk bulat telur dengan kedua ujungnya agak runcing.<br />
<br />
Faktor - faktor yang mempengaruhi penyakit :<br />
Faktor yang sangat mempengaruhi mati ranting atau ujung adalah lemahnya jaringan tanaman karena kondisi tanaman kurang baik, yang dapat disebabkan oleh perawatan yang kurang baik, misalnya tanah yang kurus terutama defisiensi fosfor, kekurangan air, dan adanya lapisan cadas atau adanya gangguan organisme lain. Cuaca lembab dan panas merupakan kondisi lingkungan yang mendukung terjadinya infeksi pada buah.<br />
<br />
Tanaman inang lain :<br />
Bawang - bawangan, jambu mete, srikaya, sirsak, teh, pepaya, tapak dara, beras tumpah (Dieffenbachia saguine), bisbul, kesemek, Dracaena sp (ornamental), kelapa sawit, lokuat, kastuba, manggis, karat, pacar banyu, leci, kweni, pala, apokat, jambu biji, delima, kakao, dan anggrek Vanda.<br />
<br />
Pengendalian :<br />
a. Kultur teknis<br />
- Penggunan bibit yang bukan berasal dari cangkokan.<br />
- Menjaga agar tanaman pada kondisi optimum dengan memperbaiki kondisi tanah (drainase dan kesuburan tanah yang baik).<br />
- Sanitasi terhadap bagian atau sisa - sisa tanaman yang dapat menjadi sumber infeksi, kemudian dibakar.<br />
<br />
b. Kimiawi<br />
Penggunaan fungisida yang efektif sesuai dengan anjuran.<br />
<br />
6. Penyakit Embun Tepung (Powdery Mildew)<br />
<br />
Penyebab :<br />
Cendawan Oidium tingitanium Carter, yang juga disebut Acrosporium tingitanium (carter) subr.<br />
<br />
Penyebaran :<br />
Penyakit ini menyebar di pertanaman jeruk di seluruh Indonesia. Di luar negeri terdapat di California, Brasilia, Panama, India, Sri Lanka, Filipina, Malaysia.<br />
<br />
Gejala :<br />
Cendawan ini dapat menyerang daun dan ranting - ranting muda atau bagian tanaman yang masih tumbuh aktif. Permukaan daun atau ranting-ranting muda tertutupi oleh lapisan tepung berwarna putih. Tepung putih ini merupakan massa dari konidia cendawan. Jaringan di bawah lapisan tepung tersebut berwarna hijau tua kebasah - basahan. Serangan berat menyebabkan daun - daun menjadi mengeriting atau mengalami penyimpangan bentuk (malformasi), mengering, tetapi daun - daun tetap melekat pada ranting - ranting tanaman.<br />
<br />
Morfologi dan daur penyakit :<br />
Apresorium membulat, konidium berbentuk tong dengan ujung - ujung yang membulat, tidak berwarna, berbutir halus. Konidium membentuk rantai yang terdiri dari 4 - 8 konidium. Penyebarannya dipencarkan oleh angin.<br />
<br />
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit :<br />
Penyakit dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Serangan penyakit ini jarang terjadi di dataran rendah. Adanya tunas-tunas muda dan kelembaban tinggi merupakan kondisi yang baik bagi perkembangan patogen.<br />
<br />
Tanaman inang lain : Belum diketahui<br />
<br />
Pengendalian :<br />
a. Kultur teknis<br />
Sanitasi terhadap tunas atau daun-daun terinfeksi yang tidak produktif.<br />
b. Kimiawi<br />
Penyemprotan dengan serbuk belerang atau penggunaan fungisida yang efektif, bila dijumpai serangan. Bila menggunakan serbuk belerang, untuk tanaman jeruk dibutuhkan 20 - 30 kg tepung belerang per hektar. Penghembusan tepung belerang hendaknya dilakukan pagi hari, saat bunga dan daun masih basah oleh embun. Bila penghembusan dilakukan saat hari telah panas dapat menimbulkan luka bakar pada bunga dan daun.<br />
<br />
7. Jamur Upas<br />
<br />
Penyebab :<br />
Cendawan Corticium salmonicolor B. & B.<br />
<br />
Penyebaran :<br />
Tersebar luas di daerah penanaman jeruk di Indonesia.<br />
<br />
Gejala :<br />
Batang, cabang, dan ranting terlihat dilapisi oleh benang-benang mengkilat seperti sarang laba-laba(stadium membenang. Cendawan berkembang terus, masuk ke dalam kulit dan menyebabkan kulit membusuk. Daun - daun menjadi gugur, ranting dan cabang yang terserang dapat mengalami kematian, terdapat bintil - bintil spora (stadium membintil). Pada stadium lanjut warna merah jambu berubah menjadi abu-abu dan lapisan miselium membentuk bercak - bercak tak beraturan atau seperti kerak (stadium nekator).<br />
<br />
Morfologi dan daur hidup<br />
Morfologi pertumbuhan patogen pada tanaman mengalami 4 stadia yakni stadium membenang, stadium membintil, stadium kortisium dan stadium nekator. Stadium membenang merupakan perkembangan awal patogen. Patogen masuk secara mekanis.<br />
<br />
Faktor - faktor yang mempengaruhi penyakit :<br />
Cendawan / penyakit akan berkembang bila kelembaban dan cahaya yang mengenai bagian tanaman, kurang<br />
<br />
Tanaman inang lain :<br />
Karet, kakao, kopi, teh dan cengkeh.<br />
<br />
Pengendalian :<br />
a. Kultur teknis <br />
- Sanitasi dengan membuang bagian tanaman yang sakit. Pemotongan dilakukan pada bagian tanaman sehat, yaitu + 5 cm dari batas bagian tanaman yang sakit dan sehat. Luka yang terjadi ditutup dengan bahan penutup luka. Potongan bagian tanaman yang sakit dikumpulkan dan dibakar.<br />
- Menjaga kebersihan kebun dan mencegah terjadinya kelembaban yang tinggi.<br />
<br />
b. Kimiawi<br />
Melabur bagian tanaman sakit dengan fungisida yang efektif bila dijumpai serangan, harus diiringi dengan pengendalian kutu - kutu daun dengan insektisida yang efektif.<br />
<br />
8. Penyakit Kudis (Scab)<br />
<br />
Penyebab :<br />
Cendawan Sphaceloma fawcetti (Mc Alpin & Tyron) Jenkins<br />
<br />
Penyebaran :<br />
Penyakit kudis terdapat menyebar di pertanaman jeruk di indonesia. Di luar negeri penyakit ini dilaporkan terdapat di Jepang, Florida, Teluk Meksiko, Australia, dan Argentina.<br />
<br />
Gejala :<br />
Gejala kudis dapat terjadi pada daun, ranting dan buah. Pada tanaman yang rentan gejala kudis menyerupai bintil - bintil kecil agak menonjol berwarna kuning atau orange. Kemudian bintil - bintil ini berubah menjadi coklat kelabu, bersatu, keras dan bergabus membentuk kerak. Pada daun, gejala kudis terdapat pada bagian bawah permukaan daun dan kadang-kadang dapat dijumpai pada bagian atasnya. Daun yang terserang berkerut dan gugur. Buah - buah yang terserang terhambat pertumbuhannya dan sering mengalami malformasi.<br />
<br />
Morfologi dan daur penyakit :<br />
Aservulus cendawan ini dapat terpisah - pisah atau bersatu, dan agak bulat. Konidiofor berbentuk tabung, dengan ujung meruncing, warna hialin, kemudian menjadi agak keruh dan bersekat 1 berwarna gelap.<br />
Patogen dapat bertahan pada daun, dan ranting tanaman yang terinfeksi. Spora cendawan dapat disebarkan oleh percikan air hujan, tetesan embun, angin, dan serangga. Daun dan buah yang masih muda sangat mudah terinfeksi patogen ini.<br />
<br />
Faktor - faktor yang mempengaruhi penyakit :<br />
Keadaan cuaca, tingkat ketahanan varietas, terbentuknya buah dan tunas baru sangat berpengaruh terhadap perkembangan penyakit. Pada umumnya penyakit tidak berkembang pada musim kemarau, tetapi pada musim hujan, suhu udara antara 15 - 23 °C, dan tanaman sedang membentuk tunas dan buah baru, merupakan kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan patogen dan merupakan titik kritis terutama bila tanamannya rentan.<br />
<br />
Tanaman inang lain : Belum diketahui<br />
<br />
Pengendalian :<br />
a. Kultur teknis<br />
- Penanaman varietas tahan<br />
- Mengusahakan agar buah dan tunas tanaman pada awal musim hujan sudah besar dimana pada kondisi demikian tanaman menjadi lebih tahan.<br />
- Mengatur saat pembuahan dapat dilakukan dengan menentukan saat pengairan tanaman yang tepat pada jenis jeruk tertentu. Unuk jeruk keprok, usahakan terjadi pembuangan lebih awal dengan pemberian air pada tanaman (+ 8 bulan sebelum musim hujan), sehingga pada awal musim hujan buah sudah agak besar dan mempunyai ketahanan yang lebih tinggi terhadap penyakit.<br />
<br />
b. Mekanis / Fisis<br />
Serangan pada persemaian batang bawah dapat dicegah dengan penghembusan atau pemberian asap.<br />
<br />
c. Kimiawi<br />
Penyakit ini dapat dikendalikan dengan penyemrpotan bubur Bordo 1,5 - 2 % atau disemprot dengan campuran Zink Zulfate – Cooper Sulfate dan kapur tohor dengan perbandingan 3 : 2 : 6 dalam 100 bagian air (dua kali penyemprotan awal berbunga dan setelah persarian).<br />
<br />
9. Kanker<br />
<br />
Penyebab :<br />
Bakteri Xanthomonas compestris pv. Citri (Hasse) Dye. Yang juga dikenal dengan nama Xanthomonas compestris (Hasse Dowson), Pseudomonas citri Hasse dan Phytomonas citri (Hasse) Bergex.<br />
<br />
Penyebaran :<br />
Penyebaran ini terdapat diseluruh Indonesia. Di luar negeroi dilaporkan terdapat di India, Amerika Serikat, Australia, Afrika Selatan, Selandia Baru, dan Malaysia. Penyakit ini termasuk penyakit yang cukup merugikan banyak jenis jeruk.<br />
<br />
Gejala :<br />
Pada daun dan buah terjadi luka yang timbul dari bercak berwarna hijau gelap, kebasah - basahan yang lalu mengering dengan bagian tengah terjadi pembentukan gabus berwarna coklat / kuning. Pada bagian tengah kulit tersebut terdapat celah - celah yang menyebabkan terjadinya lubang - lubang seperti kepundan.<br />
Daun dan buah yang sakit kadang - kadang mengalami salah bentuk (malformasi) dan ukuran buah menjadi kecil - kecil.<br />
<br />
Morfologi dan daur penyakit :<br />
Bakteri berbentuk batang, membentuk rantai, berkapsul, tidak berspora dan bergerak dengan bulu cambuk polar. Patogen dapat bertahan pada bercak di daun, ranting, batang, atau tanah dan bertahan lebih lama pada jaringan kanker yang berkayu. Infeksi terjadi melalui stomata, lentisel, dan luka. Bakteri dapat tersebar melalui serangga.<br />
<br />
Faktor - faktor yang mempengaruhi Penyakit :<br />
Perkembangan patogen dipengaruhi oleh jenis tanaman dan keadaan lingkungan. Adanya embun yang sangat tebal pada keadaan lembab, bakteri keluar dari luka. Jenis keprok tahan terhadap penyakit ini sedang jeruk Delima, Pandanwangi dan Bali sangat rentan. Suhu antara 20 - 35 0C sangat menguntungkan bagi patogen untuk menginfeksi tanaman.<br />
<br />
Tanaman Inang Lain :<br />
Agle sp.,Atalantia sp., Feronia sp., Zoysia japonica (rumput).<br />
<br />
Pengendalian :<br />
a. Menggunakan kultivar yang tahan terhadap penyakit kanker.<br />
b. Membersihkan alat - alat yang dipergunakan di pembibitan misalnya dengan alkohol 70%<br />
c. Pengendalian secara mekanis dengan memotong bagian tanaman yang terinfeksi penyakit.<br />
d. Bila infeksi berat, tanaman diearadikasi, kemudian dibakar.<br />
e. Pada intensitas serangan hebat, dapat dilakukan pengendalian dengan menyemprot daun - daun muda dan buah dengan fungisida Copper (misalnya bubur Bordo, Copper oxychloride). Penyemprotan dilakukan tepat sebelum pohon membentuk tunas - tunas baru, pada musim hujan. Sebelum terdapat serangan berat.<br />
<br />
10. Embun Jelaga (Scooty Mold)<br />
<br />
Penyebab : Cendawan Capnodium citri B. & Esm.<br />
<br />
Penyebaran :<br />
Terdapat pada setiap pertanaman jeruk, terutama bila dijumpai adanya kutu - kutu tanaman yang mengeluarkan embun madu yang mengandung zat gula.<br />
<br />
Gejala :<br />
Daun, ranting dan buah yang terserang dilapisi oleh lapisan tipis berwarna hitam. Pada musim kering lapisan ini dapat dikelupas memakai tangan atau terkelupas sendiri, dan mudah tersebar oleh angin. Buah yang tertutup oleh lapisan hitam ini, biasanya ukurannya lebih kecil dan mengalami kelambatan dalam pematangan. Gejala ini banyak terjadi pada pohon jeruk yang dijumpai kutu - kutu tanaman yang dapat mengeluarkan embun madu.<br />
<br />
Marfologi dan daur penyakit :<br />
Miselium berwarna coklat dan melekat pada permukaan daun atau bagian tanaman lainnya.<br />
<br />
Faktor-faktor yang mempegaruhi penyakit :<br />
Adanya kutu tanaman yang dapat mengeluarkan sekresi embun madu seperti Aleurodicus sp., Pseudococcus sp., dan Coccus viridis merupakan medium yang baik perkembangan cendawan. Kelembaban yang tinggi juga dapat mendorong perkembangan cendawan.<br />
<br />
Tanaman Inang Lain :<br />
Cengkeh, jambu, dan kopi<br />
<br />
Pengendalian :<br />
a. Mengendalikan kutu-kutu tanaman antara lain dengan pertisida yang efektif<br />
b. Mengendalikan cendawan dengan fungisida yang efektif<br />
<br />
11. Penyakit Ganggang<br />
<br />
Penyebab :<br />
Ganggang Cephaleuros virescens Kunse.<br />
<br />
Penyebaran :<br />
Semua pertanaman jeruk teruitama di daerah tropis<br />
<br />
Gejala :<br />
Bercak - bercak berbentuk bundar atau tidak beraturan pada daun - daun terserang. Bercak - bercak mempunyai tepi yng tidak jelas, permukaan bercak tertutup oleh sporangiofor. Bercak - bercak dapat berubah warnanya menjadi coklat kehijau - hijauan. Bila ranting terserang terlingkari, maka kulit ranting membengkak, membesar dan pecah - pecah. Pada serangan berat daun - daun berguguran. Pada buah akan tampak lapisan yang berwarna hijau gelap atau hitam yang agak tebal yang mengurangi kualitas buah. Namun lapisan ini biasanya terdapat pada buah - buah yang terlalu matang untuk dipasarkan.<br />
<br />
Morfologi dan daur penyakit :<br />
Ganggang ini tidak merupakan parasit asli. Pada beberapa jenis jeruk, ganggang nampak pada permukaan tanaman, menyebabkan gangguan pada lapisan kutikula, epidermis atau kulit luar<br />
<br />
Faktor - faktor yang mempengaruhi penyakit :<br />
Patogen ini berkembang baik dalam kondisi pertumbuhan tanaman lemah, drainase tanah kurang baik, sinar matahari langsung yang terik, kekurangan air, dan pemeliharaan tanaman yang kurang baik.<br />
<br />
Tanaman inang lain :<br />
Teh, cengkeh, dan kopi<br />
<br />
Pengendalian :<br />
a. Pemeliharaan tanaman yang baik, sehingga tanaman dapat tumbuh kuat (perbaikan drainase, penyiraman, pemupukan berimbang).<br />
b. Penggunaan pestisida yang efektif bila dijumpai serangan.<br />
<br />
12. Penyakit Buih atau Busa (Foam Disease)<br />
<br />
Penyebab :<br />
Penyebab penyakit belum diketahui. Namun kemungkinan disebabkan oleh kondisi pertanaman yang kurang baik.<br />
<br />
Penyebaran :<br />
Kalimantan Barat<br />
<br />
Gejala :<br />
Busa berwarna putih seperti buih terlihat keluar dari batang atau pada bidang pertemuan antara percabangan. Busa ini biasanya berbau tidak enak atau seperti bau alkohol. Kulit pada bagian yang mengeluarkan busa busuk dan apabila dikelupas sering terlihat kumbang - kumbang kecil baik dewasa maupun larvanya. Biasanya luka pada kulit tidak menyebar tetapi sembuh secara alami dengan meninggalkan bekas luka diameter 1 – 3 cm.<br />
<br />
Morfologi dan daur hidup :<br />
Penyebab penyakit belum diketahui dengan pasti. Kemungkinan busa yang terbentuk disebabkan oleh fermentasi gula pada cairan tanaman oleh bermacam - macam cendawan atau yeast yang kemudian menarik kegiatan kumbang. Masuknya cendawan maupun yeast pada awalnya melalui alur sempit memanjang pada kulit yang diduga disebabkan oleh bekas rembesan atau aliran air yang terlalu berlebihan selama musim hujan. Penyakit dapat ditularkan oleh kumbang tanduk (Xylotrupes gideon), lalat dan serangga Caspophillus sp. Yang senang memakan atau mengisap bagian yang membusuk dan berbuih.<br />
<br />
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit :<br />
Penyakit ini sering terlihat pada kondisi sangat lembab, seperti umumnya daerah rawa yang airnya berlebihan. Penyakit ini dapat menyerang segala jenis batang bawah. Pada keadaan tertentu, luka bisa menyebar sampai melingkari cabang. Keadaan ini tidak berbahaya, kecuali bila timbul luka yang dapat digunakan sebagai jalan masuk Diplodia.<br />
<br />
Tanaman inang lain : Belum diketahui<br />
<br />
Pengendalian :<br />
a. Perbaikan drainase di sekitar kebun.<br />
b. Menjaga kesuburan tanaman dengan pemberian air dan pupuk yang berimbang.<br />
c. Bagian tanaman yang sakit dioles dengan campuran belerang atau belerang kapur.<br />
<br />
13. Psorosis (Rimocorticus psorosis Fawc.) Holmes<br />
<br />
Penyebab :<br />
Virus atau Citrus Psorosis Virus (CPsV)<br />
<br />
Penyebaran :<br />
Jawa Timur, jawa Tengah, bali, Riau, kalimantan Barat. Penyebaran di negara lain adalah Florida, Laut Tengah, Afrika Selatan dimana banyak pohon yang tidak produktif akibat serangan penyakit ini.<br />
<br />
Gejala :<br />
Gejala awal adalah kematian pucuk atau ranting yang cepat yaitu 1 - 2 bulan setelah penularan. Pucuk dan ranting yang terbentuk setelah penularan mula - mula menguning daun-daunnya rontok, selanjutnya mengering. Gejala selanjutnya adalah garis - garis klorosis pada jaringan di sekitar tulang daun dan bercak - bercak klorosis yang tepinya bergerigi atau zigzag yang simetris di sekitar tulang daun tengah, 2 - 4 bulan setelah penularan gejala dan terlihat jelas pada daun - daun muda dan pada daun yang sudah menjadi tua gejalanya menghilang.<br />
Pada varietas tertentu seperti jeruk manis menyebabkan pengelupasan kulit pada batang dan cabang (Bark scalling) pada 6 - 12 tahun setelah tertulari.<br />
<br />
Morfologi dan daur penyakit :<br />
Virus ini menular melalui mata tempel yang berasal dari tanaman terinfeksi. Penularan kemungkinan terbawa biji. Varietas yang sangat peka adalah jenis Sweet Lime, Tangelo, dan mandarin<br />
<br />
Faktor - faktor yang mempengaruhi penyakit :<br />
Penggunaan mata tempel yang berasal dari tanaman sakit dan penyebaran bibit ke lokasi lain akan membantu penyebaran dan perluasan serangan penyakit ini.<br />
<br />
Pengendalian :<br />
a. Menggunakan mata tempel yang sehat.<br />
b. Mengeradikasi / pemusnahan bibit yang terserang penyakit dan mencegah penyebaran dan pemasarannya.<br />
c. Sterilisasi alat - alat perbanyakan dengan alkohol 70 % atau klorok.<br />
<br />
14. Exocortis (Scally Butt, Rangpur Lime Disease)<br />
<br />
Penyebab :<br />
Viroid atau Citrus Exocorris Virus(CEV).<br />
<br />
Penyebaran :<br />
Penyebaran Citrus Exocortis Viroid (CEV) di Indonesia belum banyak diketahui, tetapi telah ditemukan pada beberapa pertanaman jeruk di Kabupaten Malang (Jawa Timur) dan Bali. Di luar negeri penyakit ini dilaporkan terdapat di Australia.<br />
<br />
Gejala :<br />
Tanaman kerdil, meranggas, layu, produksi menurun dan akhirnya mati. Kulit mengelupas di sekeliling batang bawah yang peka terhadap penyakit ini. Viroid Exocortis dapat hadir dalam keadaan tanpa gejala di tanaman pembawa (carrier). Exorcotis tidak menunjukkan gejala pada jenis - jenis jeruk Sweet Orange, Grapefruit, Mandarin, Rough Lemon dan Sour Orange. Bila mata tempel yang terinfeksi dari tanaman yang tidak bergejala ditempelkan pada batang bawah yang peka maka, akan timbul tanaman yang berpenyakit Exocortis.<br />
<br />
Morfologi dan daur hidup :<br />
Viroid berada pada tanaman sebagai asam nuklead bebas tanpa selubung protein. Tahan lama dalam jaringan - jaringan tanaman yang kering atau sebagai kontaminan pada permukaan bagian tanaman yang kering, dan tetap dapat menginfeksi tanaman. Penularan melalui penggunaan mata tempel yang telah terinfeksi penyakit dan kontaminasi melalui peralatan perbanyakan.<br />
<br />
Faktor - faktor yang mempengaruhi penyakit :<br />
Viroid exorcotis tahan terhadap cara - cara pemanasan dan penggunaan bahan - bahan kimia.<br />
<br />
Tanaman inang lain : Belum diketahui<br />
<br />
Pengendalian:<br />
a. Gunakan mata tempel yang bebas exocortis.<br />
b. Hindarkan penggunaan peralatan yang terkontaminasi penyakit dalam perbanyakan atau penanaman. Peralatan dapat dibersihkan dengan natrium hipoklorit 1 - 2 % atau campuran formaldehid dan sodium hidroksida<br />
c. Penyebaran CEV di pembibitan dapat dihindari dengan memisahkan tanaman yang terinfeksi dengan tanaman yang sehat.<br />
<br />
15. Cachexia Xyloporosis<br />
<br />
Penyebab:<br />
Viroid Cachexia Jeruk atau Citrus Cachexia Viroid (CCaV)<br />
<br />
Penyebaran: Belum diketahui<br />
<br />
Gejala:<br />
Sebagian besar jenis dan varietas jeruk dapat terinfeksi oleh CCaV, tetapi umumnya tidak menunjukkan gejala. Varietas jeruk yang sangat rentan terhadap infeksi viroid ini adalah Tangelo Orlando dan Mandarin Parso’s Special. Kedua varietas ini meruapkan tanaman indikator terbaik untuk pengujian CCaV.<br />
<br />
Gejala infeksi CCaV pada tanaman - tanaman indikator ini adalah terbentuknya bercak-bercak yang mengandung blendok (lendir kental berwarna coklat) pada jaringan kulit batang, minimum 1 tahun sejak terinfeksi. Pada permukaan dalam jaringan kulit terjadi tonjolan - tonjolan tumpul yang menyebabkan bagian kayu melekuk ke dalam. Gejala akan tampak lebih nyata pada kondisi suhu yang hangat (20-350C). tanaman jeruk yang terserang berat akan kerdil, daun - daun menguning, layu, mengering dan akhirnya mati.<br />
<br />
Morfologi dan daur hidup penyakit :<br />
Penyakit ini disebabkan oleh viroid yang informasinya belum banyak diketahui. Sifat viroid ini mirip dengan viroid exocortis yaitu mudah menular melalui penyambungan mata tempel dan secara mekanik melalui alat - alat pangkas. Viroid ini tidak menular melalui serangga ataupun biji.<br />
<br />
Tanaman inang lain : Belum diketahui.<br />
<br />
Pengendalian :<br />
a. Menggunakan bahan perbanyakan tanaman yang sehat.<br />
b. Bibit yang diketahui terkena penyakit harus segera dibongkar dan dimusnahkan.<br />
c. Menjaga kebersihan peralatan dengan natrium hipoklorit 1 - 2 % (bahan aktif dalam larutan pencuci seperti “clorox”) dengan cara disemprotkan atau dicelupkan selama 10 detik. Bahan kimia ini sangat efektif dalam mematikan partikel - partikel viroid yang menempel pada alat - alat tersebut.<br />
<br />
16. Puru Berkayu (Woody Gall)<br />
<br />
Penyebab :<br />
Virus puru berkayu jeruk atau Citrus Vein Enation – Woody Gall Virus (CVEV)<br />
<br />
Penyebaran :<br />
Di Indonesia dilaporkan terdapat di Jawa Tengah dan jawa Barat. Di luar negeri tersebar di Amerika, Australia, Afrika Selatan, Fiji, Peru dan India.<br />
<br />
Gejala :<br />
Pada tanaman jeruk nipis, infeksi CVEV menyebabkan munculnya tonjolan - tonjolan (enation) yang tersebar tidak beraturan pada tulang daun di permukaan bawah daun. Gejala ini mula - mula berukuran kecil dan mulai tampak pada daun - daun muda yang biasanya terjadi 2 - 3 bulan sejak penularan. Gejala tersebut semakin jelas bila daun menjadi tua. Pada tanaman terinfeksi, gejala tonjolan - tonjolan ini bisa terjadi pada sebagian atau seluruh daun.<br />
<br />
Selain pada jeruk nipis, gejala tersebut kadang-kadang dijumpai pada jeruk manis, Siem, Rough lemon (RL) dan Sour Orange, tetapi biasanya lebih ringan dibandingkan pada jeruk nipis.<br />
<br />
Pada tanaman jeruk yang disambung pada batang bawah RL, CVEV menyebabkan pembentukan puru - puru atau benjolan - benjolan (gall) pada daerah sambungan, sekitar 6 bulan sejak tertulari. Gejala ini mula-mula berukuran kecil berwarna hijau pucat, kemudian berkembang melebar dan membesar tak beraturan.<br />
<br />
Morfologi dan daur penyakit :<br />
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang belum banyak diketahui seluk beluknya. CVEV bersifat endemik di pertanaman jeruk. Virus dapat menular melalui penyambungan mata tempel dan di lapang melalui beberapa jenis kutu daun, yaitu T. citridus, A. gossypii dan M. persicae. Serangan CVEV hampir selalu bersamaan dengan virus Tristeza<br />
<br />
Tanaman inang lain : Belum diketahui<br />
<br />
Pengendalian :<br />
a. Pengendalian serangga vektor dengan insektisida.<br />
b. Pemilihan pohon induk yang bebas virus, yang menghasilkan barang atas yang sehat.<br />
c. Alat - alat yang dipakai dalam penempelan didisinfeksi dengan teratur.</div></span>Agrobisnishttp://www.blogger.com/profile/09028064756407590382noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2532569662980250496.post-4046740011796454262011-04-14T23:59:00.000+07:002011-04-14T23:59:22.247+07:00Budidaya Anthurium<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpI9EBjq8tVJv-VtBxp5bMlegFBj82N1tYkanhyphenhyphenazv-bgryLauNJNdygG-cY9A86L2GGKWCM8H2QGFefUijHnYSHMOtRPeZK9sjbma3vEQ_9_x0pnfX6qtFnlWsfuJCHWDRvb9dkuJ1Hf0/s1600/anthurium.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpI9EBjq8tVJv-VtBxp5bMlegFBj82N1tYkanhyphenhyphenazv-bgryLauNJNdygG-cY9A86L2GGKWCM8H2QGFefUijHnYSHMOtRPeZK9sjbma3vEQ_9_x0pnfX6qtFnlWsfuJCHWDRvb9dkuJ1Hf0/s1600/anthurium.jpg" /></a></div>DESKRIPSI<br />
Tanaman anthurium termasuk tanaman yang bandel dan tidak manja. Jadi, memiliki dan merawat tanaman anthurium tidak repot. Tanaman ini, misalnya, tak butuh pemangkasan seperti pada tanaman cemara udang. Juga tak terlalu digemari kutu atau hama seperti pada tanaman sikas.<br />
<br />
Anthurium juga dikenal sebagai tanaman dari keluarga arracae yang paling mudah beradaptasi dengan lingkungan.<br />
<br />
Yang paling penting, jangan abaikan beberapa persyaratan hidup dibawah ini:<br />
<br />
A. LOKASI:<br />
<br />
Pada dasarnya, di Indonesia, tanaman anthurium dapat beradaptasi dengan baik di segala tempat: baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Namun untuk menjamin pertumbuhan anthurium yang bagus, daerah atau lingkungan tumbuh ideal bagi anthurium adalah di dataran menengah (medium) sampai dataran tinggi (antara 600 m – 1.400 m dpl).<br />
<br />
<a name='more'></a>B. SUHU:<br />
<br />
Anthurium daun tumbuh ideal di dataran sedang yang bersuhu 24 — 28º C pada siang hari dan 18 — 21º C pada malam hari. Karena pada suhu tersebut menyebabkan perangsangan produksi klorofil (zat hijau daun) lebih banyak, sehingga warna daunnya menjadi lebih hijau. Namun, tanaman yang gampang perawatannya ini juga dapat beradaptasi dengan baik di daerah dataran rendah yang bersuhu 28 — 31º C pada siang hari dan 21 — 25º C pada malam hari.<br />
<br />
<span class="fullpost"><div align="justify"><br />
C. KELEMBABAN:<br />
<br />
Kelembapan adalah jumlah kandungan air di udara pada suatu lokasi. Anthurium dapat hidup pada kelembapan cukup tinggi, yakni 60 — 80%. Kalau kelembapan kurang dari 60%, tanaman akan cepat layu. Sedangkan, jika kelembapan lebih dari 80% akan memicu tumbuhnya jamur pada media sehingga mengancam kesehatan tanaman. Penyiraman pada tanah atau semprotan air yang lembut pada tanaman dapat meningkatkan kelembapan. Untuk mengukur kelembaban, gunakan Higrometer, alat pengukur suhu, yang bisa dibeli di toko2 / apotek di kota anda.<br />
<br />
D. SINAR MATAHARI:<br />
<br />
Sebagai tanaman yang hidup di daerah menengah dan tinggi, Anthurium tidak tahan terhadap panas matahari langsung. Tanaman anthurium yang menerima sinar matahari secara langsung atau berlebihan akan mengalami dehidrasi: daun-daunnya mongering atau hangus terbakar.<br />
<br />
Sebaliknya bila kekurangan cahaya juga dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu. Misalnya, daun menjadi pucat atau lemas.<br />
<br />
Yang ideal, anthurium membutuhkan tempat yang semi teduh (semi naungan). Kira-kira, lingkungan yang menerima sinar matahari dengan intensitas cahaya sekitar 30 - 60 %.<br />
<br />
Jika Anda tinggal di dataran rendah seperti Jakarta, atau Surabaya, sebaiknya menggunakan shading net, yang berukuran 65% atau jika lokasi Anda di dataran menengah bisa menggunakan shading net berukuran 55%.<br />
<br />
E. ANGIN DAN SIRKULASI UDARA:<br />
<br />
Angin dan sirkulasi udara berkaitan erat dengan hal-hal yang sudah sebut di atas. Dalam kondisi suhu udara meninggi, maupun rendah sirkulasi udara bisa menjaga kestabilan kelembaban.<br />
<br />
F. AIR:<br />
<br />
Seperti halnya pada tanaman lain, air merupakan unsur penting untuk pembentukan akar, cabang, daun dan bunga. Namun dalam soal air, bagi Anthurium bisa dibilang, “malu-malu tapi mau”. Tepatnya, dia membutuhkan media tanam yang lembab. Penyiraman hanya dilakukan bila media telah kering. Media yang becek tergenang air, tidak bersahabat bagi tanaman ini. Kebanyakan air siraman, bisa membuat anthurium celaka, karena akar anthurium membusuk.<br />
<br />
Penyiraman sebaiknya dilakukan dua hari sekali hanya bila cuaca panas atau pada musim kemarau. Tapi bila musim hujan, lihat kondisi dulu. Kalau media masih basah, penyiraman tidak perlu dilakukan.<br />
<br />
Kalau bisa, selalu gunakan air yang bersih dan bebas dari pencemaran.<br />
<br />
G. MEDIA TANAM:<br />
<br />
Media tanam memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan kesehatan anthurium.<br />
<br />
1. Syarat Media Tanam<br />
<br />
Derajat keasaman (pH) media tanam yang ideal bagi anthurium adalah 6 — 7. Namun, anthurium masih mungkin hidup di media ber pH 5,5 atau 6,5. Pada pH 7 atau netral, anthurium dapat tumbuh optimal karena ketersediaan unsur hara pada media terpenuhi dan ada jaminan kemampuan akar dalam menyerap nutrisi atau zat hara. Angka pH sangat penting karena berpengaruh pada kandungan unsur hara di media. Media disebut masam (tanda media miskin hara) jika angka pH di atas 7, dan disebut basa jika pH ada di bawah angka 7. Pada kondisi media asam, . umumnya cendawan lebih mudah tumbuh, meski ada juga cendawan yang tumbuh pada media ber-pH netral atau sedikit basa seperti jamur fusarium.<br />
<br />
Cara untuk menaikkan pH media tanam, taburkan dolomit secara bertahap. Dolomit mengandung kalsium dan magnesium karbonat. Sebaliknya jika media dianggap terlalu basa, kita bisa menaburkan belerang pada media tanam. Cara yang paling praktis, ganti saja media tanamnya.<br />
<br />
Porositas adalah kemampuan media dalam menyerap air. Tingkat porositas tanaman di setiap daerah berbeda-beda. Di daerah dataran rendah yang berudara panas, sehingga tingkat penguapannya tinggi, media harus mampu menahan air sehingga tidak mudah kering. Sedangkan di daerah dataran sedang dan tinggi yang umumnya sering hujan, gunakan media berporositas tinggi atau tidak boleh mengikat air terlampau banyak. Komposisi media yang digunakan sangat menentukan tingkat porositasnya.<br />
<br />
Steril artinya media harus terbebas organisme yang dapat menyebabkan penyakit, seperti bakteri, spora, jamur, dan telur siput. Cara melakukannya cukup gampang, ada yang mengukus media tanam, menjemur seharian di terik matahari, menyiram media dengan air panas, ada juga yang merebus pupuk kandang sebelum digunakan. Cara lainnya yang sering dipraktikkan adalah menebarkan Furadan atau Basamine G ke media tanam untuk meracuni semut atau cacing.<br />
<br />
2. Jenis dan Komposisi Media Tanam<br />
<br />
Bahan organik yang digunakan bisa berupa pupuk kandang, kompos, humus, cincangan pakis, serutan kayu, dan arang. Komposisi media yang digunakan bisa berbeda-beda untuk setiap petani atau nurseri, tergantung pada iklim setempat.<br />
<br />
Berikut beberapa variasi komposisi media yang selama ini dianggap ideal.<br />
<br />
- Pakis dan Sekam bakar (arang sekam) dengan perbandingan 1 : 4.<br />
<br />
- Sekam bakar dan pupuk kandang yang difermentasi dengan perbandingan 1: 1.<br />
<br />
- Cacahan pakis dan kadaka (1:1).<br />
<br />
- Pakis, humus, dan pupuk kandang (1:1:1).<br />
<br />
Fungsi masing-masing komponen media:<br />
<br />
• Pakis mempunyai rongga udara yang banyak, membuat akar tanaman bisa berkembang dengan nyaman dan memperoleh air dengan mudah. Pakis dikenal sebagai bahan campuran media yang bisa menyimpan air dalam jumlah cukup, sekligus drainase dan aerasinya mantap. Daya tahannya sebagai bahan media juga baik, yakni tidak mudah lapuk. Sangat layak digunakan di daerah dengan curah hujan tinggi.<br />
<br />
• Sekam bakar dianggap memiliki daya serap terhadap air yang sedikit, tetapi aerasi udaranya sangat baik. Sekam disarankan sebagai bahan campuran media, tetapi digunakan sekitar 25% saja, karena dalam jumlah banyak akan mengurangi kemampuan media dalam menyerap air<br />
<br />
• Pupuk kandang, baik berupa kotoran unggas atau ternak, atau humus dianggap memiliki kandungan N yang sangat menunjang dalam pembentukan daun, menjadikan daun lebih sehat dan segar serta membentuk sel dan jaringan pada tanaman.<br />
<br />
Disarankan, setiap komponen dari media tersebut, disterilkan, guna menjaga tanaman terhindar dari jamur dan bakteri. Sterilisasi yang lazim dilakukan adalah dengan mengukus atau menyiram dengan air panas terlebih dulu pada komponen-komponen tersebut.</div></span>Agrobisnishttp://www.blogger.com/profile/09028064756407590382noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2532569662980250496.post-90998627475664944602011-04-12T01:14:00.000+07:002011-04-12T01:14:21.563+07:00Budidaya Sirih Merah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUI74oQ2euDFVDG4filcsMeJcHWydleSHNdlI-z2OfRWInH2qu_UsdB63Vex3bsACvkIX-TEbIxtHe1LkYu2Wi0ETbSugsQ8JgWiQju7VQAOj647NBe1M1SchQdxNQXa_Wvu-dpf43mJaC/s1600/sirih+merah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUI74oQ2euDFVDG4filcsMeJcHWydleSHNdlI-z2OfRWInH2qu_UsdB63Vex3bsACvkIX-TEbIxtHe1LkYu2Wi0ETbSugsQ8JgWiQju7VQAOj647NBe1M1SchQdxNQXa_Wvu-dpf43mJaC/s1600/sirih+merah.jpg" /></a></div><div style="text-align: justify;">Deskripsi</div><div style="text-align: justify;">Tanaman sirih terdiri dari dari berbagai species dan memiliki istilah sebutan nama yang beragam pula, kita tentu pernah mendengar nama nama sirih gading, sirih hijau, sirih hitam. sirih kuning dan banyak lagi yang lainnya . Semua jenis tanaman sirih ini memiliki ciri yang hampir sama , yakni berupa tanaman merambat dengan bentuk daun yang menyerupai “hearth” , yang tumbuh langsung dari batangmya itu rata rata berwarna hijau, kehijauan sampai dengan kuning dan kehitaman itu memiliki khasiat pengobatan yang sangat manjur. <br />
<strong>CARA PEMBIBITAN dan PERBANYAKAN</strong><br />
Tanaman sirih merah lebih suka tumbuh di tempat teduh. Misalnya di bawah pohon besar yang rindang. Bisa juga tumbuh subur di tempat yang berhawa sejuk. "Hanya butuh 60 - 75 persen cahaya matahari, " tegas pria yang biasa dipanggil Dewo.<br />
Dengan tumbuh di tempat teduh, daunnya akan melebar. Warna merah marunnya yang cantik akan segera terlihat bila daunnya dibalik. Batangnya pun tumbuh gemuk. Bila terkena banyak sinar matahari, batangnya cepat mengering. Sebaliknya bila terlalu banyak kena air akar dan batangnya akan membusuk.<br />
Hal ini diamini oleh Akhief Nastain dari PJ Sekar Kedathon perwakilan Bekasi. "Jika kebanyakan air, tanaman akan mati. Kena panas terus pun akan mati juga. Artinya, jika di pot tidak boleh langsung kena matahari. Sangat baik jika menggunakan penutup (net) sehingga tak langsung kena hujan."<br />
Budidaya sirih merah bisa lewat pembibitan atau perbanyakan. Bisa melalui stek, cangkok, dan memanfaatkan setiap runduk batang. Bagi para pemula, sebaiknya memilih cara pertama dan kedua. Sedangkan runduk batang bisa dilakukan bila tanaman sirih merah sudah mulai menjalar atau berkembang pesat.</div><a name='more'></a>Musuh utama sirih merah adalah keong, bekicot kecil, dan semut. Kalau daunnya akan dipakai obat, hendaknya jangan menggunakan pestisida untuk menghalau hama. Yang jelas, hama tersebut harus segera dibuang. Saat menyiram pun tidak boleh sembarang memakai air, misalnya air kali. "Karena banyak mengandung binatang kecil yang bisa merusak tanaman," tandas Akhief.<br />
PEMBAWA BAHAGIA <br />
Jika dalam sebuah daun guratannya berbentuk hati dipercaya bisa mendatangkan kebahagiaan bagi pemiliknya. Tapi tak mudah menemukan guratan seperti itu. 2. Sirih merah juga bisa dipakai untuk menghaluskan kulit. 3. Pemilihan daun sangat penting. Biasanya di usia sebulan daunnya sudah cukup lebar, bersih, mengkilap, umurnya sedang sehingga kadar zat aktifnya tinggi. Jika dipegang daunnya tebal dan kaku. 4. Perbanyakan sirih merah biasanya dilakukan dengan pencangkokan. Media tanamnya berupa tanah, pasir, dan kompos.<br />
<br />
<br />
<strong>STEK PALING GAMPANG</strong><br />
Bagi Anda yang ingin mencoba menanam sirih merah, cobalah dengan cara stek. Cara ini adalah yang paling mudah bagi pemula. Caranya: 1.Sediakan media tanam stek berupa pasir, tanah dan kompos. Perbandingannya 1:1:1. Masukkan ke dalam polybag berdiameter 10 cm yang bagian bawahnya sudah dilubangi. 2.Pilih batang sirih merah yang sudah tua. 3.Potong batang sirih kira-kira dua ruas. Jangan asal potong. Sebaiknya batang yang diplih sudah memiliki 2 -3 lembar daun. 4.Rendam potongan batang ini ke dalam air biasa kira-kira 15 menit lalu angkat. 5.Masukkan setek ke dalam media tanam yang sudah disediakan. 6.Letakkan setek yang sudah ditanam di tempat teduh. Sinar matahari kira-kira 60 persen saja. <br />
<br />
<br />
<strong>CARA PEMANENAN DAUN SIRIH MERAH</strong><br />
Tanaman siap panen minimal berumur 4 bulan. Saat itu sirih merah terdiri atas 16 sampai 20 daun. Pada saat itu daun sudah relatif lebar, dengan panjang 15 sampai 20 cm. Daun siap petik harus berumur 1 bulan, bersih, dan warna mengkilap. Daun yang dipetik berumur sedang, tidak terlalu tua atau muda, karena kadar zat aktifnya tinggi.<br />
Daun yang subur berukuran 10 cm dan 5 cm. Bila dipegang, daun terasa tebal dan kaku (tidak lemas). “Semakin tua warna daun, semakin tebal. Semakin tebal daun, semakin kaku,” kata Soekardipengelola kebun pembibitan tanaman obat di Bogor. Aroma daun tajam dan rasanya pahit. Dalam sepekan panen sekali, tapi bila tanaman rimbun panen setiap hari juga memungkinkan. Hindari memetik daun yang terkena cipratan tanah, terutama pada waktu musim hujan.<br />
Pemetikan dimulai dari tanaman bagian bawah menuju atas. “Daun dipetik sekitar 60 cm dari permukaan tanah , dengan tujuan meminimalkan bila ada kotoran atau debu yang menempel,” ujar Bambang Sudewo. Bila daun dipetik sekitar 10 cm dari permukaan tanah, kotoran terlalu banyak sehingga kurang layak panen. “Semakin sering daun dipanen, semakin cepat tunas tumbuh,” lanjutnya. Pemetikan sebaiknya pada pagi hingga pukul 11.00. Bila dipetik pada sore hari, menghambat proses pengeringan. Pemetikan dengan pisau tajam dan steril. <br />
<br />
<strong>PASCA PANEN</strong><br />
Selesai dipetik, daun disortir dengan standar mutu : daun bersih, segar, tebal, dan mengkilap. Daun kotor, cacat, dan kusam dibuang. Daun direndam dalam air selama 1530 menit untuk membersihkan kotoran dan debu yang menempel. Kemudian dibilas hingga bersih, dan ditiriskan.<br />
Langkah berikutnya daun dirajang dengan alat yang bersih, steril, dan tajam. Lebar irisan sekitar 1 cm, langsung dikeringanginkan di atas tampah beralas kertas selama 1 jam. Rajangan yang telah kering 60% ditutup dengan kain hitam transparan untuk menghindari debu, serangga, atau kemungkinan terbang karena tertiup angin.<br />
Setelah kering, daun dimasukkan ke kantong plastik tebal transparan. Bila perlu berikan silica gel untuk menyerap kadar air. Tutup rapat kantong, beri label, dan tanggal kering. Kemudian simpan di tempat bersih, tidak lembap, dan mudah dijangkau, misalnya stoples kaca. Dengan cara ini kualitas sirih merah tetap terjaga hingga setahun. Ketika hendak mengkonsumsi, ambil rajangan kering sirih merah 34 lembar, dan rebus hingga mendidih. Minumlah setelah rebusan dingin dan melalui penyaringan.Agrobisnishttp://www.blogger.com/profile/09028064756407590382noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2532569662980250496.post-71340429268667336582011-04-12T00:59:00.000+07:002011-04-12T00:59:46.296+07:00Budidaya Paprika<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibw5J2UtTnA9JoRqwVUoIUYN8EsYf3CTLUl0c_xWTANPsFcwZAQ7v5SxSS-bVjzFKMKewsK0zWV5g0PsU1IeyEp0l3j4xoppv8oBGoxfgXS6NO3N4bnqYYgk6ZrqwCONfWdPUPLtgMy0lU/s1600/paprika.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibw5J2UtTnA9JoRqwVUoIUYN8EsYf3CTLUl0c_xWTANPsFcwZAQ7v5SxSS-bVjzFKMKewsK0zWV5g0PsU1IeyEp0l3j4xoppv8oBGoxfgXS6NO3N4bnqYYgk6ZrqwCONfWdPUPLtgMy0lU/s1600/paprika.jpg" /></a></div><div style="color: black;"><span style="font-family: arial; font-weight: bold;">DESKRIPSI</span></div><div style="color: black;"><span style="font-family: arial; font-weight: bold;">POTENSI & PROSPEK PAPRIKA</span><br />
<span style="font-family: arial;">Paprika bisa dikatakan sebagai komoditi sayuran kelas menengah atas. Karena yang paling sering mengkonsumsi adalah restoran-restoran mewah dan hotel-hotel berbintang yang menghidangkan masakan berbahan baku paprika. </span><br />
<br />
<span style="font-family: arial;">Paprika belum banyak dikonsumsi oleh masyarakat didalam negri karena belum memasyarakatnya buah paprika dan masih sedikit jenis masakan-masakan khas Indonesia yang menggunakan buah paprika disamping itu masih tergolong mahal dibanding dengan cabe besar biasa.</span><br />
<br />
<span style="font-family: arial;">Paprika terus meningkat permintaannya terutama dari para pemasok hotel, restoran, catering dan pasar swalayan di kota-kota besar yang masih merasa kekurangan suplai. Berkembangnya sektor pariwisata membuat hotel dan restoran besar menjadi semakin bertambah dan banyaknya pengunjung luar negeri yang rata-rata makanan mereka menggunakan paprika. </span></div><a name='more'></a><span style="font-family: arial;">Paprika merupakan komoditi berprospek cerah karena peluang pasarnya masih luas dan harganya pun cukup tinggi dibandingkan komoditi sayuran yang lain. Hal ini dikarenakan petani yang mengupayakan paprika masih sangat sedikit jumlahnya. Dalam luasan 1 hektar bisa dihasilkan 5 s/d 10 ton paprika. Paprika dapat dijadikan sebagai satu peluang usaha yang menguntungkan.</span><br />
<br />
<br />
<span style="font-family: arial; font-weight: bold;">MANFAAT & KEGUNAAN PAPRIKA</span><br />
<span style="font-family: arial;">Paprika termasuk kedalam golongan cabe yang tidak pedas. Paprika banyak digunakan sebagai bahan baku masakan terutama dipakai untuk bahan baku aneka masakan luar negri. Paprika mempunyai rasa tidak pedas karena tidak ada kandungan Capsicin yaitu zat yang menimbulkan rasa pedas cabe.</span><br />
<br />
<span style="font-family: arial;">Paprika kaya akan karoten, vitamin B serta vitamin C. Kandungan gizi yang terdapat didalam paprika tiap 100 gram buah hijau segar adalah : 0,9g protein, 0,3g lemak, 4,4g karbohidrat, 7,0mg Ca, 0,4mg Fe, 22mg P, 540 IU vitamin A, 22,0mg vitamin B1, 0,002mg vitamin B2, 0,4 Niacin adan 160mg vitamin C. Paprika juga mengandung asam askorbat yang nilai gizinya setiap 100 gram buah paprika 29 miligram kalori, 11 miligram kalium, 870 IU vitamin, 0,03 miligram riboflafin, 0,05 miligram Niasin.</span><br />
<br />
<br />
<span style="font-family: arial; font-weight: bold;">SEKILAS BUDIDAYA PAPRIKA</span><br />
<span style="font-family: arial;">Paprika termasuk golongan tanaman cabe namun tidak memiliki rasa pedas karena tidak mengandung Capsicin. Paprika mempunyai banyak jenis antara lain : Wonder Bell, Takii ace, Jumbo sweet, Green Horn, Skipper, Colombo, Marengo dll. Paling sering dibudidayakan di Indonesia adalah Wonder bell, skipper dan blue star karena bentuknya menyerupai bel dan buahnya besar.</span><br />
<br />
<span style="font-family: arial;">Paprika termasuk tanaman semusim yang dapat tumbuh di dataran tinggi dengan ketinggian 700 – 1.000 dpl dengan kelembapan udara berkisar 80%. Tanaman paprika dapat tumbuh dengan baik pada kondisi tanah lempung berpasir dengan PH yang cocok 6 – 7. Tanaman paprika membutuhkan suhu optimum untuk pertumbuhannya antara 18 s/d 23 derajat Celcius. </span><br />
<span style="font-family: arial;"> </span><br />
<span style="font-family: arial;">Paprika pada waktu dibudidayakan harus diperhatikan jenis medianya , jika lahan penanaman termasuk tanah berat maka harus dilakukan pembajakan terlebih dahulu. Permukaan bedengan yang akan ditanami harus gembur atau remah. Untuk menghambat pertumbuhan gulma bedengan diberikan mulsa setelah pemupukan dasar. Pengapuran dilakukan bersama-sama saat pemupukan dasar.</span><br />
<br />
<span style="font-family: arial;">Paprika ditanam setelah bibit semai berumur kurang lebih 21 hari dan berdaun 5 – 7 helai serta sudah cukup kuat untuk dipindah dilahan penanaman. Penanaman dilakukan pada sore hari diatas jam 16.00 atau dari jam 06.00 s/d 0 8.00. Dimaksudkan agar tanaman tidak mengalami stress karena terkena terik matahari. </span><br />
<span style="font-family: arial;"> </span><br />
<span style="font-family: arial;">Paprika pada waktu perkecambahan harus dijaga kelembapannya agar didapatkan bibit yang baik saat persemaian. Apabila kekurangan unsur hara dan air paprika akan terhambat pertumbuhannya terutama pada pertumbuhan awal dan pembungaan. Paprika muda sangat disukai oleh serangga, saat umur 3 hari dilakukan penyemprotan dengan insektisida kontak yang berbau menyengat. </span><br />
<span style="font-family: arial;"> </span><br />
<span style="font-family: arial;">Paprika sangat peka terhadap intensitas cahaya yang tinggi sehingga untuk memperoleh hasil optimal, selama pertumbuhannya perlu diberikan naungan. Tanaman yang diberi naungan hasilnya lebih memberikan bobot. Paprika merupakan tanaman yang toleran terhadap kekurangan sinar cahaya matahari. Naungan dapat menggunakan plastik atau tanaman yang agak tinggi sebagai pelindung.</span><br />
<span style="font-family: arial;"> </span><br />
<span style="font-family: arial;">Paprika mempunyai musuh berupa penyakit yang timbulnya banyak dipengaruhi iklim dan keadaan tanaman yang terlalu lembab. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman paprika hampir sama dengan hama dan penyakit yang menyerang pada jenis tanaman cabe yang lain. Pengendalian hama dilakukan secara mekanis dan kimia, sedang pengendalian penyakit dilakukan secara kimia.</span><br />
<br />
<span style="font-family: arial;">Hama yang biasa menyerang Pprika adalah Thrips sp, kutu daun ( aphids gossypii ), tungau ( poypbagotarsonemuslatus ), lalat putih ( white fly ) sedangkan penyakit-penyakitnya adalah Pythium sp, Rhizoctonia sp, Fusarium sp dan Cercospora sp selain itu juga terdapat penyakit fisiologis seperti Blossom end root.</span><br />
<br />
<span style="font-family: arial;">Paprika mulai dapat dipanen pada saat berumur dua bulan sejak tanam. Pemanenan dilakukan untuk buah yang matang hijau dan matang berwarna. Untuk mengetahui kekerasan dan ketebalan buah dilakukan dengan dipijat. Buah siap panen akan berbunyi nyaring bila diketuk dan tidak berubah bila ditekan. Paprika dipetik dengan tangkai buahnya. Rata-rata berat buah panenan 200 s/d 250 gram.</span><br />
<br />
<span style="font-family: arial;">Paprika setelah dipanen sebaiknya disimpan agar kualitas buah tetap terjamin sebelum sampai ketangan konsumen. Penyimpanan di-ruangan dengan suhu 7 – 10 derajat Celcius sangat baik untuk mempertahankan kualitas paprika. </span><br />
<br />
<br />
<span style="font-family: arial; font-weight: bold;">KRITERIA PASOKAN PAPRIKA</span><br />
<span style="font-family: arial;">Paprika permintaan pasar lokal adalah paprika yang sudah masak. Kriteria paprika matang hijau adalah buah berwarna hijau mengkilat, daging buah keras tebal, mudah dilepaskan dari tangkainya, tidak cacat serta bebas dari hama penyakit.</span><br />
<br />
<span style="font-family: arial;">Paprika dengan permintaan buah yang dipanen matang warna adalah buah yang sudah berwarna merata, daging buah tebal, tidak cacat serta bebas dari hama dan penyakit. Paprika memiliki banyak pilihan warna buah yaitu paprika warna merah, kuning, hijau, putih dan ungu. </span><br />
<br />
<span style="font-family: arial;">Paprika yang akan dipasok harus disortasi terlebih dahulu berdasarkan grade. Paprika kelas A adalah buah paprika dengan kondisi tidak cacat berbentuk normal dan mempunyai berat 150 - 250 gram / buah. Paprika kelas B adalah buah paprika mulus dengan berat antara 80 - 150 gram / buah.</span><br />
<br />
<span style="font-family: arial;">Paprika setelah di grade harus dipacking. Yang perlu diperhatikan dalam proses packing adalah kemasan yang digunakan, jumlah buah dalam kemasan, cara packing kemasan dan jumlah tumpukan kemasan yang masih bisa ditoleransi dalam angkutan agar tidak merusak buah. Paprika permintaan pasar lokal dipacking menggunakan keranjang-keranjang yang ber-aerasi udara baik. </span>Agrobisnishttp://www.blogger.com/profile/09028064756407590382noreply@blogger.com0